-06. Permintaan Seorang Ibu🦋

5.3K 612 28
                                    

"Bu, serius ini gak lucu! Kenapa Ibu ngambil keputusan tanpa diskusi sama Ata-nya dulu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bu, serius ini gak lucu! Kenapa Ibu ngambil keputusan tanpa diskusi sama Ata-nya dulu?"

Perempuan yang masih tampak cantik meski wajahnya pucat dan sayu itu menggenggam tangan putranya lembut. Diusapnya pelan punggung tangan Ananta, penuh kasih sayang.

"Ata, maapin Ibu. Ibu cuma takut, karena Ibu gak bisa mastiin apa Ibu sempat buat ketemu kamu." Haiya tersenyum lembut. "Nak, kamu percaya sama Ibu 'kan? Ibu pasti memilihkan yang terbaik buat kamu."

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Ananta memalingkan wajah dari sang Ibu. Sungguh, kabar yang baru saja dia ketahui lewat rekaman suara yang diberikan seorang suster padanya membuat Ananta benar-benar tak habis pikir. Rekaman itu berisi obrolan Haiya dengan keluarga pelaku yang menabraknya. Di sana, terdengar jelas bahwa Haiya meminta putri mereka untuk dinikahkan dengannya.

"Ata, Ibu gak mungkin bisa nemenin kamu terus. Ibu sudah memikirkannya dari jauh hari, Ibu memang sudah berniat melamar seorang gadis untuk kamu, tapi memang sebelumnya tidak ada yang pas di hati Ibu." Haiya berusaha memberi pengertian.

Omong-omong, wanita itu baru saja sadar dua jam lalu, pasca operasi. Operasi yang dijalaninya berjalan dengan lancar, hanya saja Haiya mengalami kelumpuhan dan ada beberapa saraf di tubuhnya yang tidak lagi berfungsi dengan baik.

"Gak harus dia 'kan, Bu? Ibu bisa bayangin gak, seberapa beratnya Ata harus nerima orang yang sudah bikin Ibu kayak gini sebagai mertuanya Ata? Berat, Bu. Kalau gak mikirin Ibu, Ata udah hajar dia tadi."

"Ananta!" Haiya menggeleng tegas. "Ibu gak pernah mengajarkan kamu menjadi seorang pendendam, Nak. Ibu gak suka sama sikap kamu yang kayak gini. Ibu sakit liatnya."

Tatapan Ananta berubah melunak. Laki-laki itu menelungkupkan kepalanya di sisi bangsal dengan tangan sang Ibu yang ia peluk.

Haiya mengusap bahu putranya saat ia sadari punggungnya bergetar. Ananta menangis.

"Ataa, kamu adalah tanggungjawab Ibu sampai kapan pun itu, berbeda dengan seorang perempuan yang sudah lepas dari tanggungjawab orangtuanya setelah ia menikah. Nak, Ibu ingin yang terbaik untuk kamu. Dan rasanya, Ibu akan sangat beruntung ketika mendapatkan menantu seperti Azalea. Dia gadis yang baik. Ibu seperti melihat sosok kamu versi perempuan di dirinya. Dia rela mengorbankan diri untuk menebus kesalahan Abi-nya. Sama seperti kamu yang selalu berusaha memuliakan Ibu." Haiya berusaha mengangkat wajah putranya dengan sisa tenaga yang ia punya.

"Kalau ini permintaan Ibu yang terakhir, kamu mau mengkabulkannya 'kan?"

Ananta menggeleng tak suka. "Ibu! Ata gak suka Ibu bicara kayak gitu. Ata masih sanggup untuk memberikan banyak hal yang Ibu minta. Ibu harus sembuh, harus bareng Ata terus. Ibu tau 'kan, Ata sendiri kalau Ibu pergi."

Tidak ada Davanka Yasa Ananta di sini, yang adalah sosok Ata, sosok rapuh yang benar-benar akan hancur jika wanita di depannya pergi. Haiya adalah dunianya. Haiya adalah alasan untuk semua yang ia usahakan susah payah selama ini. Kalau wanita ini pergi, hancurlah hidup Ananta.

ANANTAZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang