²⁰

2.7K 237 25
                                    

.
.
.

Kini Shanju Muthe  dan Cio baru saja sampai dirumah. Sekarang jam sudah menunjukkan jam enam sore.

Sesampainya diruang tamu sudah ada Joice dan Shani disana.

"Loh kok baru pulang de" tanya Shani heran, bukannya jam pulang sekolah sekitar tiga jam yang lalu.

"Iya kok bisa kalian bareng" tanya Joice.

"Kami dari rumah sakit pa" jawab Shanju.

"Hah kok bisa, siapa yang sakit" tanya Shani kaget.

"Muthe disekolah lengannya kena kuah bakso" ucap Shanju.

"Ya'ampun kok bisa sih sayang" ucap Joice lalu berdiri menghampiri Muthe yang masih berdiri disamping istrinya.

"Mana yang sakit sini biar papa lihat" ucap Joice lembut.

"Hiks...ini pa tangan aku perih" ucap Muthe mulai menangis. Memang lengannya masih sedikit terasa perih.

"Suttt...udah yah jangan nangis lagi sini papa gendong" Joice pun menggendong Muthe ala koala.

"Pa mending langsung bawa kekamar biar istrahat" ucap Cio yang sudah mendudukan bokongnya disamping Shani.

Tanpa menjawab Joice pun melangkahkan kakinya menuju kamar Muthe diikuti Shanju.

"Kok bisa Muthe kena kuah bakso" tanya Shani menoleh menatap Cio disampingnya.

"Ngk tau ci coba tanya Chika" jawab Cio.

"Chika? Oh iya dari tadi cici belum lihat dia" ucap Shani.

"Masa sih ci. Perasaan Chika udah pulang deh, mama tadi yang nyuruh dia buat pulang duluan"

"Mungkin dikamar"

"Tidur mungkin dianya ci" ucap Cio lalu berdiri.
"Aku kekamar dulu yah ci mau mandi" pamit Cio.

"Iya"

Saat ingin berdiri suara langkah kaki pun terdengar dari arah pintu depan. Shani pun menoleh dan ternyata Jinan yang baru saja pulang.

"Udah pulang nan"

"Udah ci. Ade mana" tanya Jinan setelah duduk. Ia memejamkan matanya sebentar lalu membukanya kembali dan menatap Shani.

"Ade yang mana nih" tanya Shani.

Jinan memutar matanya malas lalu berkata "Chika lah siapa lagi coba kalo bukan dia" ketus Jinan.

"Nan kamu masih belum menerima Muthe dikeluarga kita" ucap Shani lembut.

"Cici pasti udah tau apa jawabanya" ucap Jinan dingin lalu berlalu dari tempat itu.

Shani menatap punggung Jinan yang semakin menjauh lalu menghelahkan nafasnya pelan.
Shani sangat tau betul watak adik ketiganya itu.








Kini Chika sedang berada dihalte menunggu taxi online yang ia sudah pesan.

Tadi Chika memang sengaja menonaktifkan ponselnya, ia tidak ingin diganggu. Ia menatap kearah jam pada ponselnya yang sudah menunjukkan jam setengah tujuh. Cukup malam pikirnya.

POSESIF FAMILY  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang