²⁷

5.8K 293 46
                                    

.
.
.

Setelah menuggu kurang dari satu jam akhirnya Cio pun keluar dengan tampang lesuhnya. Dengan cepat Joice menghampiri anaknya itu disusul Shanju dan Shani.

"Bagaimana Cio dengan keadaan adik kamu" tanya Joice cepat.

Cio diam dan perlahan air mata pun jatuh mengalir tanpa permisi.

"Cio jawab ade baik baik aja kan" ucap Shani tidak sabaran.

"Maaf" perkataan singkat Cio mampu membuat ketiga orang itu bingung.

"Cio yang benar kamu kenapa malah minta maaf hah!" ucap Joice yang sedikit membesarkan suaranya ia begitu penasaran dengan keadaan anaknya itu.

"Hiks...hiks Cio gagal pa Cio abang yang buruk buat adik Cio hiks" ucap Cio lirih.

"Apa maksud kamu Cio?" tanya Shanju dengan khawatir.

"A-ade n-ngak bisa di-selamatkan pa ade udah ninggalin kita untuk selama lamanya hiks...hiks" ucap Cio lalu berlahan tubuhnya merosot kebawah.





Deg




Ketiganya langsung diam mematung masih mencerna maksud dari perkataan Cio.

"Kamu bohong kan Cio" tanya Shanju pelan dengan pandangan kosong menatap kearah depan.

Cio mendongakkan kepalanya menatap sang mama Cio menggeleng

"Gak ma Cio ngk hiks bohomg hiks...hiks ade udah niggalin kita ma hiks" ucap Cio lirih.

"Hiks...hiks GAK MUNGKIN NGK MUNGKIN HIKS ADE!" Shani menangis histeris lalu berlari memasuki ruang UGD yang disusul oleh Shanju.

Joice diam dengan pandangan kosong lalu perlahan ia mundur dan meghempaskan bokongnya dibangku yang sempat ia duduki tadi.

"Papa abang gangguin Chika"

"Papa peluk"

"Papa Chika mau itu"

"Papa...papa...papa"

Ucapan dan perkataan Chika terus melintas dipikiran Joice hingga air mata jatuh membasahi pipinya. Ia hancur dan benar benar hancur ia tidak sanggup melihat tubuh kaku anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi dedalam. Joice menangis dalam diam. Bukankah menangis tanpa suara itu sangatlah menyakitkan?.










Zean sedari tadi tidak tenang, hatinya risau dan perasaannya tak enak. Ada apa ini? Tanya dalam hati. Sudah tiga puluh menit ia mencoba untuk tidur tetapi nihil usahanya sia sia ia tetap tidak bisa tidur. Ia pun bangun dari tidurnya lalu berjalan menuju balkon.

Sesampainya disana ia menutup matanya sebenatar lalu menghelahkan nafas panjang.

"Gw kenapa sih kenapa dari tadi persaan gw gak tenang" gumamnya pelan. Ia terdiam lalu tiba tiba terlintas dipikirannya satu nama yang sudah beberapa hari ini tidak melihatnya.

"Jadi kangen dia. Mudah mudahan besok dia datang" ucap Zean dalam hati. Kemudian Zean kembali masuk kedalam kamarnya lalu membaringkan tubuhnya diatas ranjang dan mencoba untuk tidur kembali.











POSESIF FAMILY  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang