⁰⁷

2.7K 217 4
                                    


_________ ♡ _________

.
.
.








"Euugghh..."
"Udah jam berapa sih" ucap Chika yang baru bangun dengan suara seraknya.

Ia pun menoleh ke meja samping tempat tidurnya dan mengambil ponselnya.

"Jam lima. Dah sore ternyata, mama udah pulang apa belum ya" gumamnya lalu beranjak dari kasurnya dan turun kebawah mencari sang mama.

Setibanya di bawah, Chika tak melihat keberadaan mamanya. Ia pun memutuskan untuk ke dapur untuk mencarinya disana.

"Mbak Sumi mama mana?" Tanya Chika setibanya di dapur.

"Eh non Chika. Ibu belum pulang non" jawab Sumi sambil menggoreng ikan.

"Hah masa sih mbak. Mama ada kasih kabar ngk ke mbak Sumi"

"Ngk ada non"

"Yaudah Chika keatas lagi mau mandi" pamit Chika lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.


25 menit berlalu Chika pun kembali turun kebawah dan malihat rumah yang masih sepi.

"Mama mana sih kok belum pulang, padahal tadi katanya cepat dan mau ngajakin ke mal" seru Chika di anak tangga bawah.

Ya sebelum pergi ke panti, Shanju telah berjanji kepada anak bungsunya itu untuk belanja ke mal.




●●●•°♡°•●●●



Sedangkan di panti tepatnya di salah satu kamar terdapat dua orang yang masih asik dalam mimpinya dengan posisi saling berpelukan.

Tak lama salah satu diantara mereka pun mulai terbangun.

Perlahan orang itu membuka matanya. Seketika Shanju pun terkejut kalo ia masih dipanti dikamar Muthe. Niatnya cuma ingin menemani gadis itu hingga tidur eh malah dia juga ikut ketiduran. Shanju pun melihat jam pada tangan kirinya, ia pun langsung membelalakan matanya jam 18:20.

Shanju pun turun dari ranjang itu dengan pelan takut membangunkan Muthe yang masih tertidur nyenyak.

Saat keluar Shanju pun langsung berpamitan ke ibu Gaby. Setelah berpamitan ia pun pergi dari panti itu.

Dalam perjalanan ia terus memikirkan anak bungsunya. Karena tadi siang sebelum berangkat ke panti ia telah membuat janji ke pada anaknya itu untuk belanja ke mal. Ia yakin pasti anak bungsunya itu marah kepadanya.

"Ya'ampun Shanju kok bisa lupa gini sih" gumam Shanju pelan.




●●●•°♡°•●●●




Sedangkan di rumah, Joice, Shani, Cio dan Jinan di buat bingung karena Chika yang sedari tadi diam tak mengeluarkan suara saat mereka pulang.

"Hei sayang kamu kenapa hmm, kok ditekuk gitu mukanya" tanya Joice lembut.

Chika tak begeming ia tetap diam dengan pandangan lurus kedepan dan tangan yang dilipatkan di dada.

"Chika kalo di tanya tuh jawab bukan diam aja, kaya orang bisu" ucap Cio sedikit mengeraskan suaranya. Hari ini Cio banyak kerjaan dan ada sedikit masalah dirumah sakit. Hal itu pun mampu membuat Cio tak dapat mengontrol emosinya.

"Cio!" Marah Shani menatap tajam Cio.

"Kamu ngk seharusnya bilang kek gitu ke ade" lanjutnya.

Sedangkan Chika yang mendengar perkataan Cio barusan pun mulai menangis.

"Hiks hiks hiks..." Chika pun menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Joice yang melihat anak bungsunya menangis pun membawa Chika kedalam dekapannya.
Dan menatap tajam Cio.

"Papa ngk pernah ngebentak ade kamu seperti itu Cio dan dengan seenaknya kamu ngebentak dia di depan papa KURANG NGAJAR KAMU CIO" ucap Joice marah.

"Pa udah jangan marah marah" ucap Jinan.




Shanju yang baru saja sampai di depan rumah pun buru buru masuk kedalam rumah saat mendengar keributan dari dalam.

"Ada apa ini" tanya Shanju saat sampai diruang tamu.

Mereka pun menoleh dan menatap Shanju yang baru saja datang.

"Loh ade kok nangis kenapa sayang" Shanju pun menghampiri Chika yang masih berada didalam pelukan Joice.

Chika yang mendengar suara mamanya pun semakin menangis. Sebenarnya Chika sedang marah ke mamanya itu yang telah mengingkar janjinya. Tak biasanya Shanju seperti itu apakah pekerjaannya lebih penting dari pada dirinya, pikir Chika.

"Pa mending ade bawa ke kamar aja" ujar Shani.

Tanpa menjawab Joice menggendong Chika seperti koala menuju kamar anak bungsunya itu. Shanju mengekori Joice yang menggendong Chika.





Sedangkan dibawah Jinan menatap Cio tajam dan berucap "aku kecewa sama bang Cio. Ngk seharusnya tadi abang ngomong kek gitu sama Chika. Aku tau abang cape dan lagi ada masalah. Tapi bisa ngk sih jangan ngelampiasinnya ke Chika dengan ngebentak dan berucap seperti tadi" ucap Jinan datar lalu berlalu dari situ menuju kamarnya.

Saat ini Cio merasa bersalah karena telah kasar kepada adik bungsunya itu. Sungguh ia tak bermaksud seperti itu, ia kelepasan dan tak dapat mengontrol emosinya.

Shani terus menatap Cio, ia tahu bahwa adinya itu sekarang sedang menyesali perbuatannya.

"Cici ngk tau bakalan apa yang papa buat ke kamu karena sudah ngebentak Chika. Dan cici juga ngk yakin kamu bakalan bisa lagi ketemu Chika. Ingat Cio ini kedua kalinya kamu buat Chika seperti ini" ucap Shani.






Dulu pernah saat Cio tak sengaja ngebentak Chika karena adiknya itu tak sengaja menjatuhkan gitar kesayangannya. Sebenarnya tak masalah cuma waktu itu Cio lagi banyak pikiran dan membuatnya pusing. Jadilah ia kelepasan dan memarahi Chika sampe ketakutan dan menangis. Joice yang mengetahui itu pun marah besar dan membawa Chika ke Jerman. Shani dan Jinan pun ikut memarahi Cio karenanya adik mereka di bawa sang papa dan memisahkan mereka. Cio pun frustasi ia menyesal dan terus meminta maaf ke papanya dan sang adik. Bahkan sempat juga Cio menyusul ke Jerman untuk meminta maaf. Dua tahun lamanya barulah Joice membawa pulang Chika dan saat itu juga Chika baru saja tamat Smp dan melanjutkan SMA di Jakarta. Cio sudah meminta maaf ke sang adik dan dimaafkan begitupun ke papanya tapi dengan syarat ia tak mengulanginya lagi.









VOTE and COMEND!!
Kalo mau up nya cepat.





Sampe 70 VOTE double up👌

POSESIF FAMILY  ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang