"Renjun, kalau kau senggang dan tak keberatan mau menemaniku mencari tempat tidak?" Jaemin menelpon Renjun pagi itu, ini sudah seminggu berlalu sejak permintaan Jaemin yang ingin diantar oleh Renjun tak mendapat jawaban baik.
Dan sekarang Jaemin mencoba menanyakannya lagi pada Renjun, siapa tau kali ini Renjun mau mengantarnya.
📞 "Tempat apa?" Tanya Renjun dari seberang telpon.
"Mama ingin ikut pindah ke sekitar sini, tapi ia tak mau membeli rumah yang siap huni. Ia ingin membangun sesuai keinginannya." Jawab Jaemin.
Sejak beberapa hari yang lalu mamanya sudah memberitaunya soal keinginan itu, tapi Jaemin belum bisa menuruti ucapan sang mama yang ingin dicarikan tanah yang dijual. Karena Jaemin tak tau banyak tempat disini, sementara mamanya banyak mengatakan detail soal tanah yang diinginkan sebagai lahan membangun rumah barunya.
📞 "Jadi? Kau sekarang sedang mencari orang yang menjual lahan untuk rumah mama mu?"
"Ya. Kau mungkin juga bisa memberi saran kalau tempatnya tak sesuai mau mamaku." Selain Jaemin memang hanya kenal dekat dengan Renjun, ia juga pikir akan jauh lebih mudah kalau Renjun yang membantu memilih lahan yang diinginkan mamanya.
📞 "Memangnya seperti apa?"
Mendengar dari cara Renjun bertanya, Jaemin tanpa sadar tersenyum lebar. "Kau benar kau mengatarku?"
📞 "Aku perlu tau dulu keinginan nyonya Na, lagi pula aku tak tau banyak soal hal seperti itu."
"Aku harus mendapat jawaban pasti dulu darimu, agar aku bisa menghubungi mama dan memberitau kalau kau yang mengantarku."
"Iya aku antar." Renjun merasa bersalah juga karena beberapa kali terus menolak permintaan Jaemin, padahal ia memintanya baik-baik.
📞 "Sebentar ya, aku menghubungi mama dulu. Nanti aku sambungkan padamu."
Kalau boleh Renjun membayangkan, dari suara Jaemin terdengar seperti seseorang yang begitu senang atas jawaban Renjun. Apa memang selama ini Renjun terlalu bersikap dingin pada Jaemin? Tapi itu juga sebagai antisipasinya agar tak mudah dibodohi Jaemin lagi.
Setelah Renjun berbicara dengan mama Jaemin, ia menunggu Jaemin menjemputnya di rumah. Sambil menunggu Jaemin, Renjun juga menghubungi ayahnya meminta pendapat soal kenalan ayahnya yang kenal beberapa temannya yang menjual tanah.
"Ayahku sudah menghubungi orangnya, aku barusan sudah mengirim alamatnya padamu. Kita tinggal lihat tempatnya sesuai nyonya Na atau tidak." Kata Renjun begitu ia memasuki mobil Jaemin dan duduk di kursi penumpang.
Jaemin tersenyum. "Terimakasih mau membantuku."
Renjun mengangguk, sambil tersenyum kecil membalas senyuman Jaemin. "Ayahku bilang kalau di tempat sekarang tidak sesuai keinginan nyonya Na, ayah tau seorang lagi yang menjual tanah di sekitar sini."