31. Plead

1.6K 198 8
                                    

Renjun keluar dari rumah sakit dengan langkah tergesa, padahal ia pergi atas persetujuan dokter. Tapi karena ia memang merencanakan kepergiannya agar tak diketahui Jaemin, dan diam-diam jadilah Renjun merasa begitu tergesa.

"Haechan, antar aku ke suatu tempat ya?"

"Kau bilang tadi mau menginap lagi di rumahku." Protes Haechan.

"Nanti saja, sekarang aku ingin menemui seseorang." Ujar Renjun.

Akhirnya Haechan mau mengantar Renjun sesuai kemauannya, dan sebenarnya tujuannya juga sudah ia rencanakan sendiri sejak tadi siang. Selama ia melihat keberadaan Jaemin sejak kemarin, Renjun tau kalau dominan itu tak akan mudah melepasnya. Dan akan terus mengatakan kalimat-kalimat yang Renjun benci, lebih tepatnya tak Renjun percaya. Semua ucapan Jaemin hanya pembelaan atas sifat brengseknya sendiri.

Dan sejak ayahnya yang turut serta menyetujui perjodohan yang bahkan Renjun saja tak sudi mengiyakannya, Renjun memikirkan cara agar bisa menghentikan rencana gila itu karena ia benar-benar tak mau sampai harus hidup mendampingi manusia brengsek macam Jaemin nantinya.

Hingga akhirnya Renjun berpikir untuk menemui nyonya Na untuk membicarakan perjodohan itu, karena seingatnya dari ucapan mamanya kalau perjodohan ini diusulkan pertama kali oleh nyonya Na jadi Renjun akan memutus akarnya. Karena kalau ia melawan orangtuanya, itu tak mungkin. Mereka hanya akan mencoba menekannya dan menganggap Jaemin sebagai anak baik-baik seperti apa yang sempat Renjun kira juga.

"Ini rumah siapa Renjun?" Tanya Haechan begitu mobilnya terparkir di depan rumah yang terletak di lingkungan yang lebih tenang.

"Mama Jaemin." Jawab Renjun.

Haechan menoleh terkejut. "Ada apa kau kemari?"

"Aku harus meminta mama Jaemin agar membatalkan perjodohannya, aku tidak mau." Renjun berjalan pelan menuju pintu utama rumah itu.

Mengetuk pintu beberapa kali, Renjun sadar kalau ini nyaris tengah malam tapi ia harap nyonya Na belum tidur. Hingga akhirnya pintu terbuka, Renjun melihat lelaki paruh baya yang ia ketahui sebagai papa dari Jaemin.

"Renjun? Ada apa malam-malam kemari?"

Renjun dan Haechan menyapa sopan lelaki tersebut, sebelum Renjun menjawab pertanyaan tadi. "Aku kemari ingin bertemu dengan nyonya."

"Ah, masuklah. Ia baru selesai membongkar beberapa barang." Papa Jaemin memperailahkan Haechan dan Renjun masuk.

Mereka dituntun masuk, dan di beberapa sudut Renjun masih bisa melihat beberapa barang yang masih belum disusun. Khas sekali suasana rumah baru.

"Selamat malam." Renjun mencoba menarik perhatian nyonya Na yang tengah fokus menata hiasan di dalam lemari kaca.

Nyonya Na menoleh, dan agak terkejut melihat yang datang ke rumahnya adalah orang yang tadi siang Jaemin beritaukan padanya kalau ia tengah di rawat di rumah sakit. Matanya reflek melihat tangan Renjun, melihat bekas infusan disana.

"Renjun, bukankah kau sedang sakit?" Wanita itu berjalan mendekati Renjun, meraih tangannya dan mengusapnya lembut.

"Tidak apa-apa, aku sudah merasa baikan." Renjun mengulas senyum kecil.

"Ada apa malam-malam kemari? Kau bisa masuk angin, padahal kau baru sembuh." Nyonya Na menarik Renjun dan Haechan untuk duduk di sofa sudut ruangan. Sementara tuan Na melanjytkan pekerjaan istrinya tadi.

Begitu duduk, Renjun menatap wanita yang menjadi mama dari Jaemin tersebut. "Mama Jaemin, aku kemari dengan tujuan ingin meminta kau untuk membatalkan perjodohan antara aku dan putramu."

The Blue Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang