Apa yang Renjun ungkapkan adalah fakta, Jaemin dulu benar-benar sampai mau berpura-pura penasaran dengan biola padahal ia tak begitu tertarik dengan alat musik. Untuk sekarang, ia bertanya lagi pada Renjun tentang piano bukan seperti dulu. Ia benar-benar penasaran soal diri Renjun, soal apakah hobby anak itu bertambah. Apa minatnya pada alat musik sekarang tak hanya pada biola.
Jaemin barusan bertanya demi membuka pembicaraan dengan Renjun yang sejak tadi begitu diam padanya. Niatnya bukan untuk sebuah taruhan.
Berdekatan dengan Renjun tanpa adanya sebuah pembicaraan membuat Jaemin tak nyaman, dan karena Renjun tak terlihat mau membuka pembicaraan. Maka Jaemin berinisiatif sendiri melakukannya.
"Renjun, bagaimana kalau kita mulai pertemanan dari awal lagi?" Tiba-tiba Jaemin bertanya demikian, pada Renjun yang langsung menaikan halisnya.
Melihat Renjun yang bahkan jauh lebih asing padanya dari pada dulu, membuat Jaemin banyak berpikir bagaimana cara agar ia kembali bisa berteman dengan anak itu. Sementara ia bahkan masih belum dimaafkan oleh Renjun, dan yang terlintas di kepalanya adalah dengan memulai semuanya lagi.
Sementara Renjun menaikan halisnya, ia agak terkejut dengan apa yang Jaemin tawarkan barusan. Memulai pertemanan mereka dari awal? Jaemin seniat itu untuk tetap berteman dengannya.
"Dari awal." Jaemin kembali menekankan, ia benar-benar ingin memiliki hubungan yang baik dengan Renjun. "Aku perbaiki sikapku padamu, semuanya."
Renjun masih menatapnya.
"Jaemin yang kau tau dulu, si manusia yang kau sebut brengsek.." Saat Jaemin mengatakan ini, Renjun mengangguk membenarkan.
"..aku akan mencoba menghilangkan sikap brengaek itu dariku, aku benar berniat memperbaiki sikapku padamu." Jaemin mengulurkan tangannya, ia ingin berbaikan dengan Renjun sekaligus sebagai awal juga untuk ia merealisasikan ucapannya barusan. Memperbaiki semuanya.
"Aku benar-benar minta maaf atas semua yang aku lakukan padamu dulu, aku tak bercanda saat mengatakan kalau kau ingin menamparku lagi lakukan saja." Ujar Jaemin sungguh-sungguh.
Belum Renjun menjawab, suara mama Jaemin terdengar. "Jaemin? Kau melakukan kesalahan pada Renjun?"
Kedua wanita itu memasuki bagian rumah, mama Huang duduk di samping Renjun. "Pantas saja kadang kalian terlihat berjarak. Kenapa tidak dimaafkan Jaeminnya, Renjun?" Tanya mama huang.
Renjun mengerang atas apa yang diucapkan mamanya. Ia bahkan tidak tau apa-apa. Dan sekarang mama malah mulai mengomel padanya soal harusnya ia memaafkan seseorang yang sudah berusaha meminta maaf.
"Renjun." Tegur sang mama saat Renjun belum juga membalas ucapan Jaemin dan hanya diam.
Dengan terpaksa, Renjun menatap Jaemin kembali. "Iya." Renjun meraih tangan Jaemin untuk membalas uluran tangan itu. "Dimaafkan." Kata Renjun tidak ikhlas.
Jaemin tersenyum geli melihat wajah Renjun yang menahan kesal tapi mencoba tak terlihat sinis juga karena ada mamanya.
"Terimakasih." Walaupun Jaemin tau kalau Renjun belum memaafkannya, setidaknya sekarang mereka harus berpura-pura baik-baik saja di hadapan kedua wanita yang tiba-tiba ikut camput itu.
"Berhenti jadi orang pendendam Renjun." Ucapan mama Huang langsung membuat Renjun menoleh cepat sambil menahan kesal.
Bagaimana ia tak jadi pendendam? Sikap Jaeminnya yang membawa Renjun seperti itu!
Nyonya Na menatap putranya dengan Renjun bergantian. "Nah, mulai berbicaralah lagi dengan akrab. Bukankah kalian berteman dulu?"
Renjun mendengus keras setelah akhirnya mamanya dan mama Jaemin meninggalkannya dan Jaemin dan menuju dapur, ia mendelik sinis pada Jaemin.
"Jadi, kegiatanmu sekarang memberikan kursus biola?" Tanya Jaemin.
Jaemin melirik ke arah dapur. "Renjun, mama mu akan kembali mengomel kalau kau tak menjawab pertanyaanku."
"Terserah aku, ingin menjawab atau tidak." Renjun menyalak, karena kesal karena situasinya sekarang malah membuatnya harus terpaksa bersikap baik pada Jaemin.
"Renjun." Suara teguran mamanya terdengar tepat setelah Renjun berkata sinis pada Jaemin.
"Ma.."
Akhirnya Renjun mendengar suara mama Jaemin yang sudah mulai mengatakan ucapan berpamitan, ia bisa segera lepas dari obrolan yang jelas hanya didominasi Jaemin. Renjun hanya menjawab sekenanya.
"Renjun, aku sungguh-sungguh menawarkan perbaikan hubungan kita. Aku tak mau kita hanya berakhir saling membenci seperti ini." Jaemin kembali mengatakan hal ini, sebelum ia pulang ia ingin meyakinkan Renjun soal ucapannya itu.
"Kita berteman lagi dari awal, ya?" Nada bicara Jaemin lembut padanya, membuat Renjun benar-benar merasa kalau disini dirinyalah yang jahat.
Mengenai perkataan Jaemin soal tak mau mereka memiliki hubungan yang buruk seperti ini, Renjun pun jujur memang tak mau terus menghindari Jaemin yang merecokinya dengan kata maaf. Renjun ingin kembali hidup tenang seperti sebelum kemunculan Jaemin lagi, ia pikir mungkin kalau ia mau menerima tawaran Jaemin ia bisa memperingatkan anak itu agar berhenti mengirim banyak hal padanya. Dan jangan muncul tiba-tiba dengan kalimat maaf yang bahkan Renjun tak berpikir bisa memberikannya sekarang.
Setidaknya kalau memulai pertemanan dengan Jaemin dari awal, Renjun bisa memperbaiki juga kesalahannya yang lalu. Yang begitu mudah membiarkan Jaemin masuk dalam kehidupannya. Sekarang ia akan jauh lebih hati-hati dan tak mudah tertipu oleh Jaemin yang sifat aslinya sudah ia ketahui.
Pertemanan yang akan membuat Renjun juga nyaman, jangan sampai berujung dengan perasaannya yang muncul lagi.
"Kau bilang kita mulai pertemanannya dari awal." Renjun mengulang ucapan Jaemin, dan Jaemin mengangguk mengiyakan.
"Jaemin tak akan ada teman yang mengkhianati pertemanannya dengan sikap brengseknya." Kata Renjun.
Karena bisa menangkap Renjun yang bisa saja setuju akan tawarannya, Jaemin jadi antusias. "Iya! Sungguh, aku tak akan melakukan hal brengsek lagi padamu."
"Berhenti mengirimku hadiah dan semacamnya, tolong bersikap seperti teman pada umumnya." Ujar Renjun.
Jaemin kembali mengangguk dengan senyum senang yang terulas di wajahnya. "Kau mungkin akan sangsi akan perkataanku ini, tapi aku jujur tentang ini aku mulai terbiasa denganmu. Nyaman dengan pertemanan kita saat kita dekat dulu, itulah alasan aku kembali padamu sekarang."
Ah, Renjun tak menyangka ia mendengar langsung ucapan dari orang yang dulu menjadikannya bahan taruhan mengatakan kalau ia terlanjur nyaman atas kedekatan mereka dulu. Tadinya Renjun pikir ini hanya akan ia lihat di film saja, ternyata sekarang nyata ia alami.
"Mengenai kesalahanmu dulu, bukan berarti aku melupakannya, hanya karena menerima tawaran pertemanan ini." Renjun akan menganggap pertemanan yang akan Jaemin maksud ini sebagai sebuah pembuktian, apa Jaemin benar-benar berniat memperbaiki kesalahannya dulu. Kalau mungkin segala sikap Jaemin padanya nanti benar-benar baik dan yang ia dapat adalah sikap baik yang penuh ketulusan, Renjun bisa saja melupakan juga kesalahan Jaemin dulu.
"Iya, tau. Itu bukan hal yang bisa kau maafkan dengan mudah, aku tau." Kata Jaemin, mengerti maksud Renjun.
__________
Dan kalian ngerti gak maksud Renjun?
Ini baru part 12, sementara partnya bakalan sampe 30 an. Dan kalian udah misuh padahal konflik utamanya belum aku keluarin.