Ini bonus terakhir, maaf ya lama? Dan juga yaaaa gini aja, 'biasa' bonusnya. Gak ada hal yang special ataupun 'wah'. Soalnya, jujur aku udah hampir lupa alur ceritanya ini gimana 😭
Maaf juga kalo keseluruhan ceritanya agak mengecewakan, karena ya sama aku juga kecewa.
Dan juga sekali lagi terimakasih banyak untuk yang mau baca tulisanku, dan nunggu sampai selesai bahkan nunggu update an bonusnya. ♡
Sampai jumpa di ceritaku yang lain. ^^
_________
Tadi malam Jaemin tidak langsung tidur karena menemani Renjun yang sulit tidur lagi setelah ia bujuk untuk meminum obat, anak itu malah terus mengajaknya berbicara padahal suaranya nyaris habis.
Jaemin berinisiatif membelai wajah Renjun saat anak itu berbicara, sesekali Jaemin menyahutinya sambil terus memberi afeksi lembut pada wajah kekasihnya itu. Sampai Jaemin sadar mata Renjun mulai menutup dengan perlahan, ia tersenyum kemudian memberi kecupan pada dahi Renjun. Dan ia pun ikut tidur sambil memeluk tubuh Renjun.
Paginya jelas Jaemin bangun kesiangan karena memang tidur telat semalam, saat menoleh pada Renjun anak itu masih nyenyak dengan tidurnya. Jaemin pun segera bangkit untuk membuatkan sarapan yang bisa membantu mempercepat pemulihan batuk Renjun.
Saat tengah menyiapkan sarapan, ponselnya berbunyi dan menemukan kalau alarm pengingat pertemuannya dengan orang yang hendak mengunjungi restorannya adalah besok. Jadi Jaemin dan Renjun mesti kembali hari ini dari liburan mereka. Jaemin sempat berpikir untuk membatalkan janji temunya dengan oranglain, tapi lagi pula Renjun tidak sakit parah. Anak itu juga pasti sudah tau jadwal pulang hari ini, dan tak akan mau mengundurnya.
"Kenapa belum membereskan barang?" Suara serak Renjun membuat Jaemin menoleh.
Nah? Renjun bahkan sudah langsung membahas mereka untuk segera berkemas. Padahal mereka tidak diburu waktu sebegitunya.
"Kita pulang sore saja, sekarang kemari. Sarapan dulu." Jaemin menyodorkan sendok bersih untuk Renjun segera menyantap sup yang masih hangat.
"Besok kau ada pekerjaan di pagi hari, kau harus memiliki waktu istirahat lebih dulu." Ujar Renjun sebelum mukai menyuapkan sarapannya.
"Nanti malam aku akan tidur, Renjun."
"Tetap-
Jaemin memainkan surai Renjun, kemudian mengusap kepalanya lembaut. "Suaramu nyaris habis, tapi kenapa masih terus banyak bicara? Segera habiskan sarapanmu." Tegur Jaemin.
Renjun cemberut mendengarnya, namun ia menurut dan segera menyuapkan lagi sarapannya.
Jaemin pikir hari itu ia mengajak Renjun pulang dalam keadaan baik-baik saja, mengingat Renjun tak banyak mengeluhkan apapun. Hanya saja dalam perjalanan pulang anak itu banyak tidur, dan saat Jaemin meraih tangannya untuk ia genggam selama perjalanan ternyata tangan Renjun cukup dingin. Dan barulah ia sadar kalau wajah Renjun memerah, Jaemin pun segera menempelkan tangannya pada leher Renjun lalu dahinya. Batuknya Renjun berujung demam.