Setelah mendengar ucapan Jaemin hari itu, Renjun jadi lebih banyak memperhatikan setiap sikap yang Jaemin berikan padanya. Dan semuanya terasa begitu manis, perhatian yang Jaemin berikan padanya, kini selalu tanpa sadar membuat Renjun ingin mengerang. Kadang sampai membuatnya tersipu.
Jaemin benar-benar membuat Renjun merasa begitu baik. Seolah tak ada hal yang perlu ia khawatirkan setiap harinya. Tatapan Jaemin padanya selalu lembut, membuatnya tenang. Senyum Jaemin begitu hangat dan membuat jantungnya berdetak cepat.
"Untuk kemarin, terimakasih ya. Aku lupa belum mengucapkannya karena buru-buru." Ujar Renjun saat keduanya tengah menikmati makan siang bersama, seperti biasa. 'Biasa' yang dimulai beberapa bulan ini.
"Iya, Renjun. Tidak apa-apa. Jadi apa adikmu baik-baik saja?" Jaemin kemarin mendengar kalau adik Renjun mengalami kecelakaan, jadi ayahnya tak bisa menjemput Renjun. Samlai akhirnya Renjun meminta bantuan padanya untuk menjemputnya di tempat kursus.
Renjun mengangguk sekilas. "Ayden hanya kecelakaan saat bermain sepeda, bibirnya bengkak karena sempat berdarah. Luka tak sengaja tergigit saat jatuh."
"Ah, iya." Jaemin mengangguk paham.
"Ayah bilang terimakasih. Karena mau mengantarku pulang. Maaf juga karena merepotkanmu. " Renjun baru ingat kalau ayahnya menitip kalimat itu untuk orang yang mau mengantarnya pulang, begitu tau kalau Renjun meminta bantuan temannya.
Helaan napas Jaemin terdengar. "Sebelum-sebelumnya aku selalu menawarkan hal itu, Renjun."
"Aku tetap tak enak karena harus menghubungimu padahal kau sudah pulang." Ujar Renjun.
Jaemin menggelengkan kepalanya seolah mengatakan kalau ia benar-benar tak kerepotan. "Itu justru bagus, Renjun. Artinya kau membutuhkanku. Aku senang kau menghubungiku."
Renjun tersenyum senang mendengar hal itu, Jaemin terasa begitu baik padanya.
"Renjun?" Tiba-tiba Jeemin memanggilnya lagi, untuk menarik perhatiannya karena Renjun sibuk dengan makanannya.
"Iya?"
"Nanti pulang sekolah, ayo bertemu di ruang musik." Jaemin mengatakannya dengan nada riang.
Renjun mengerutkan dahinya. "Ada apa?" Tanyanya penasaran. Lalu ia mengerjap teringat sesuatu. "Akhir-akhir ini kau bilang sedang belajar bermain biola, ingin memamerkan hasil latihanmu padaku?"
Tawa pelan Jaemin menguar, ia kemudian mengusak surai Renjun. "Aku tak jadi pandai secepat itu."
"Siapa tau." Renjun mengedikkan bahunya.
"Jadi ada apa?" Ia kembali bertanya.
"Ada yang ingin aku sampaikan." Jawab Jaemin.
Halis Renjun naik, agak aneh dengan Jaemin. "Tidak sekarang?"
"Nanti ya?" Jaemin ingin mengatakannya nanti.
"Tidak di kelasku saja? Atau aku yang ke kelasmu?" Renjun kembali bertanya.
"Aku ingin di ruang musik."
"Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Night ✔
Fiksi PenggemarJAEMREN NA JAEMIN - HUANG RENJUN ⚠️⚠️⚠️ bxb mature