19. Awareness

1.4K 193 32
                                    

Jaemin agak sedih setelah mendengar kalau Renjun tak bisa makan malam dengannya seperti yang mereka rencanakan kemarin. Karena Renjun agak telat pergi ke rumah Esther yang pastinya akan membuatnya pulang telat juga. Dan Jaemin tak bisa memaksanya, apalagi sampai harus membuat Renjun telat pulang ke rumahnya.

"Iya ma?" Jaemin menerima telpon dari mamanya.

📞 "Mama akan kesana besok."

"Bukankah pembangunannya belum sampai sesuai mau mama?" Tanya Jaemin, ia ingat soal ucapan mamanya yang hanya ingin menengok pembangunan rumah saat sudah selesai setengahnya.

📞 "Belum, tapi mama penasaran ingin segera melihatnya."

"Jam berapa mama kemari?"

📞 "Mungkin malam, karena akan menunggu papa pulang dari kantor."

Jaemin mendengus, tadinya ia pikir mamanya menghubunginya itu minta dijemput. "Aku kira minta dijemput, ternyata dengan papa."

📞 "Mama akan berkunjung lagi ke rumah Renjun dengan papa." Nyonya Na memang hanya sekedar memberitau putranya saja soal kedatangannya.

"Iya, nanti—" Ucapan Jaemin terhenti saat melihat kedatangan Renjun dari pintu masuk restorannya.

"Nanti aku hubungi lagi, aku harus bertemu Renjun." Ujar Jaemin cepat lalu mematikan sambungan telpon.

Senyumnya terulas seketika saat matanya bertemu dengan Renjun, lalu ia berjalan menghampiri tamunya itu. "Kau jadi kemari?"

"Adik kak Esther tak mau terlalu lama denganku, ia sedang rewel. Sepertinya karena aku yang telat kesana juga." Renjun meringis kecil mengingat kesalahannya yang malah telat tadi.

Jaemin mengangguk sebagai respon, kemudian menarik Renjun untuk duduk di kursi yang kosong. "Kemari, duduklah disini aku akan meminta seseorang menyiapkan makan malam untukmu." Sesuai janjinya, Jaemin akan mentraktir Renjun makanan di restorannya.

Sebelum Jaemin beranjak meninggalkan, Renjun menahan lengannya. "Kau sudah makan?" Tanya Renjun, takutnya tadi Jaemin sudah lebih dulu makan karena Renjun awalnya memberitau tak akan jadi kemari.

"Belum." Jawab Jaemin.

"Makan malam bersamanya jadi ya?" Renjun meminta itu dengan senyum manisnya. Membuat Jaemin pun membalasnya dengan senyum.

"Iya."

Setelah makanan mereka tersaji, Renjun menatap Jaemin yang duduk di hadapannya. "Kau tidak sibuk kan?"

"Tidak." Jawab Jaemin lembut.

Lalu keduanya makan dengan hening, Jaemin menyadari Renjun yang terasa jauh lebih diam. Mungkin perasaanya sedang buruk, bahkan sampai mempengaruhi napsu makannya juga. Dilihat dari lebih lambatnya Renjun makan dari biasanya.

"Kau terlihat lelah, perlu aku antar pulang?" Tanya Jaemin setelah pegawai restorannya membersihkan meja.

"Tidak usah." Jawab Renjun setelah menyeka bibirnya.

Jaemin memicingkan matanya tak percaya. "Kau juga barusan makan dengan tak napsu, ada yang salah?"

"Aku hanya merasa sedang tak begitu baik, sejak pagi perutku tak enak." Renjun menghela napasnya, ini juga salah satu alasan tadi ia terlambat ke rumah Esther karena tubuhnya terasa tak nyaman.

"Barusan menu makan malamnya—

Renjun mengerti kepanikan Jaemin, ia segera memotong ucapannya. "Aku makan dengan baik, itu makanan berat yang berhasil masuk di perutku hari ini."

The Blue Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang