Maaf ya lama aku tinggal, mulai sekarang aku balik lagi pelan-pelan.
"Aku memaafkan Jaemin." Renjun mengatakan itu pada Haechan yang kini duduk di hadapannya, mereka berada di sebuah cafe.
Haechan yang tengah menyeruput minum miliknya, melotot tak percaya pada Renjun. "Apa-apaan, kelakuannya bukan untuk dimaafkan Renjun."
Renjun mengedikkan bahunya, tak begitu mengambil pusing pendapat orang lain soal dirinya. Karena ia sendiri yang merasakan ringan setelah memilih memaafkan Jaemin beberapa hari yang lalu, rasanya ia tak terus dihantui dendam tak jelas karena kelakuan Jaemin dulu.
Justru sekarang Renjun berpikir, kalau mungkin memang dulu ia saja yang terlalu mudah jatuh pada Jaemin. Sementara Jaemin memang tak memiliki perasaan lebih padanya. Mungkin dulu ia juga hanya terlalu mudah menganggap apa yang dirasakannya setelah tau kenyataan sebenarnya, kalau ia hanya bahan taruhan. Dulu ia berpikir kalau ia marah pada Jaemin, padahal mungkin ia sebenarnya malu karena perasaannya ternyata hanya berat sebelah.
"Renjun, kau pasti hanya memaafkan Jaemin agar ia tak terus mengikutimu kan?" Tebak Haechan.
"Sebelum aku memaafkannya juga Jaemin tidak selalu mengikutiku, atau menerorku dengan kedatangannya setiap saat. Aku hanya merasa memang harusnya aku memaafkannya." Ujar Renjun.
Haechan berdecak. "Kau yakin dirimu yang dulu sudah memaafkannya? Jangan sampai kau menyesal, Renjun."
"Haechan, aku sudah tak memiliki kekesalan lagi saat melihatnya. Itu artinya aku sudah memaafkannya, lagi pula sikapnya benar menunjukkan kalau ia jadi lebih baik." Sebenarnya sejak dulu pun Jaemin memang sebaik itu, hanya saja nilai minusnya ia berikan karena taruhannya itu.
Mengenai apa yang Renjun sampaikan, Haechan begitu khawatir. Takut kalau ternyata keputusan Renjun hanya didasari atas hati Renjun yang belum menyingkirkan cintanya untuk Jaemin.
"Jangan karena rasa cintamu padanya menjadikanmu mau memaafkan Jaemin begitu saja." Haechan mengatakan sebuah peringatan.
Renjun tak bisa sepenuhnya mengelak itu, karena sekarang ia pun mulai bertanya pada dirinya sendiri. Ia kemarin memaafkan Jaemin karena melihat ketulusan Jaemin saat meminta maaf, bukan karena rasa yang tertinggal, cinta tak terbalasnya.
"Aku melihat ia meminta maaf dengan sungguh-sungguh."
Haechan tak boleh terus memojokkan Renjun setelah mendengar itu, karena ia tau bagaimana Renjun bukanlah orang yang mudah didekati dan memberikan ruang untuk orang lain masuk di kehidupannya. Apalagi ini adalah Jaemin, orang yang pernah membuat Renjun sendiri kecewa. Renjun tak mungkin sembarangan meladeninya lagi, jadi untuk memaafkan pun Renjun pasti berpikir panjang terlebih dahulu dan tak gegabah mengucapkannya sebelum tau sendiri bagaimana usaha Jaemin.
Setelah cukup lama mereka berdua di cafe itu, Haechan meminta jemputan pada kekasihnya karena kebetulan tadi mereka berdua kemari tanpa membawa kendaraan masing-masing.