18|Tapi Kenapa Re

436 50 56
                                    

Leonara duduk disalah satu kafe dengan memegang secangkir matcha serta beberapa mochi dan sushi didepanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leonara duduk disalah satu kafe dengan memegang secangkir matcha serta beberapa mochi dan sushi didepanya.

'Ra,lo itu mirip mochi ini manis.'

Senyum sendu tercetak di bibir Leonara saat mengingat ucapan Andrean.
"Gue rindu lo yang dulu Re, yang sayang sama gue."

'Lo gak boleh ikut campur masalah gue!'

Leonara mengusap kasar air matanya. Ucapan Andrean beberapa hari lalu sangat melukai hatinya.

"Sekarang lo enggan cerita, bahkan lo berubah kasar sama gue, Re." Leonara menatap makan malam yang ia pesan, mengingatkanya pada sosok Andrean yang sangat menyukai mochi dan minuman matcha.

"Dulu lo suka mochi, tapi sekarang lo gak akan pernah suka." Leonara meraih ponselnya pukul 22.10 tertera disana.

Ia menatap pesan yang ia kirim pada Andream beberapa hari lalu, tapi tidak ada balasan. "Lo telfon gue saat disekolah mungkin hanya kebetulan Re." 

Dengan ragu Leonara mengetikkan pesan singkat pada andrean.

Me:
"Re,lo sibuk ya?."

Hanya ceklist dua, padahal cowok itu tengah online.

Me:
"Bisa tolong jemput gue gak? Di kafe biasa kita beli mochi 🙂"

Leonara menghela nafas pelan. "Lo sekarang berubah, Re." setelahnya ia bangkit dan membayar lalu segera pergi.

Mata Leonara terkunci pada sosok cowok dengan helm full face tetap stay diatas motor didepan kafe.

"Andrean?" Leonara segera menghampirinya, "Kenapa lo gal balas-"
"Langsung pulang atau enggak?" tanyanya dingin.

"Terserah lo."
"Gue masih jam kerja." Leonara menatap Andrean, seolah cowok itu menjadi orang lain dengan sikap dinginya.

"Nih lo pakek," Andrean menyodorkan jaketnya pada Leonara.
"Gak dingin, lo aja."

"Paha lo ntar dilihat orang." Leonara segera memakainya dan menaiki motor Andrean.

Saat ia hendak melingkarkan tanganya diperut cowok itu untuk berpegangan, Andrean menepisnya.

"Gak usah pegang gue."
"Kalau gue jatuh gimana?"
"Yang penting hati-hati gak akan jatuh." Andrean lalu melajukan motor sportnya.

Harapan Leonara hancur bahkan Andrean tak memgizinkannya untuk memeluknya. Biasanya cowok itu yang menarik tangannya agar berpegangan padanya.

'Pegangan Ra, nanti lo jatuh.'

Leonara tersenyum getir mengingat itu.
"Apa mungkin ada yang lain Re?"

I'm Your Brother ✔| PROSES NASKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang