47| Varo & Kakak

654 35 14
                                    

Hai Readers, gimana prank bunda seru gak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai Readers, gimana prank bunda seru gak?

Jangan lupa Baca
Vote
Komen
Share

Tandai TYPO

Jangan jadi ninja dengan membaca tanap meninggalkan jejak

Keesokan paginya....

"Alvaro bangun, Dek udah pagi," ucap Andrean seraya menepuk pelan kedua pipi adiknya yang masih bergulat dengan guling serta selimut tebal.

Perlahan Alvaro bangkit tak lupa mengerjap beberapa kali, berusaha memandang sosok yang menjadi objek utama dalam penglihatannya. Ia masih tidak percaya dengan hal itu.

Dimana Andrean membangunkannya dipagi hari dengan wajah penuh kebahagiaan, senyuman yang hangat dan juga tangannya yang lembut mengusap pipinya beberapa kali.

Dengan segera Alvaro bangkit lantas meloncat dari tempat tidur untuk memeluk kakaknya dengan erat, karena tidak siap Andrean hampir saja terjengkang kebelakang, untungnya kedua tanganya masih bisa meraba dinding.

"Kakak maafin Varo...."

Seraya tersenyum Andrena kembali memainkan kedua pipi Alvaro sepertihalnya sebuah boneka, itu bentuk kasih sayangnya yang selama ini ingin ia salurkan. "Kakak nggak marah, kan Kakak sayang sama Varo. Sampai kapanpun Kakak selalu sayang sama kamu."

Alvaro masih enggan melepaskan, entah kenapa ia merasa kalaupun dilepas Andrean akan meninggalkannya dalam waktu yang lama. Alvaro tidak ingin berjauhan lagi dengan saudara kembarnya, cukup untuk 17 tahun mereka yang menyedihkan.

"Maaf karena Varo selalu nyakitin hati Kakak, selalu manggil Kakak 'pembunuh' dan maaf Varo udah jahat sama Kakak. Maaf untuk semuanya," sesal Alvaro yang hanya dijawab gelengan kecil seiring tawa kecil cowok itu mulai terdengar renyah ditelinga.

"Itulah gunanya seorang Kakak. Selalu melindungi, ada disaat Adiknya membutuhkan. Meskipun caranya terkadang salah, tapi dia tetap sayang."

Alvaro terdiam saat tangan lembut dan hangat Andrean kembali menangkup kedua pipinya, sepertinya cowok itu ingin memainkan kedua pipinya untuk sementara.

Alvaro tak keberatan asalka ia bisa bersama kakaknya, itu sudah lebih darj cukup. Alvaro ingin menulis ulang tentang kisahnya yang sempat berantakan selama 17 tahun terakhir, ia ingin memulai semuanya dari awal. Dengan awal yang bahagia.

Tatapan polos dari mata Alvaro membuat Andrean tak bisa menahan tawa, tetap sama Alvaro yang polos dan hobi merengek. "Kakak jangan tinggalin Varo lagi ya, Varo takut sendirian. Kita bersama lagi ya... Varo rindu kebersamaan kita, sama seperti saat masih kecil."

"Sudah lama Kakak juga menginginkan hal itu, sebelumnya ketahuilah satu hal-"

Ucapan Andrean terjeda saat Alvaro melepaskan pelukannya, beralih mengambil satu bantal yang ada diatas tempat tidurnya lantas memberikannya kepada Andrean. Cowok itu yang faham langsung mengajak Alvaro untuk duduk diatas karpet bulu yang tergelar di depan pintu yang terhubung dengan balkon.

Saan Andrean sudah duduk dengan bantal yang berada dipangkuanya, Alvaro bergegas ambil posisi untuk tidur dengan kepala berada di pangkuan kakaknya, sama seperti saat mereka masih anak-anak.

Alvaro siap mendengarkan cerita yang sebentar lagi akan dilanjutkan oleh kakak kesayangannya. "Boleh lanjut."

"Ketahuilah satu hal bahwa didunia ini semua orang tidak akan pernah sendirian. Masih banyak orang yang sayang dan peduli dengan sesama, termasuk pada kamu ataupun Kakak."

Dengan tatapan polos Alvaro melongo, tak mengerti maksud dari perkataan Andrean barusan. Sepertinya Andrean harus memutar cara agar Alvaro bisa mengerti dari maksudnya.

"Kakak ingat saat kita kecil, saat Varo takut main ayunan dan Kakak yang nyoba duluan sebelum Varo yang coba. Hehehe.... lucu ya, Varo mirip anak kecil."

"Bagi Kakak kamu akan selalu menjadi anak kecil, yang harus selalu diperhatikan dan dibimbing agar tidak bersedih."

Seraya tertawa Alvaro meraih kedua tangan Andrean lantas menggenggamnya dengan erat. "Varo sayang banget sama Kakak, hanya saja Varo malu ngakunya."

Andrena menarik pelan hidung mancung kembaranya, ia juga tau jika rasa gengsi Alvaro lebih besar daripada dirinya. Lagipula sikap manja Alvaro juga tidak pernah menghilang, tetap sama melekat dan mendarah daging.

"Kakak dan Varo semoga selalu bersama, selalu bahagia seperti keinginan Mama...."

"Kakak akan selalu sayang sama kamu, sampai kapanpun."

Komen sebanyak² nya buat next

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Komen sebanyak² nya buat next

Ada yang ingin disampaikan??

Hari ini tengah malam bund up

Akankah ini mimpi Alvaro saja atau berakhir menjadi kenyataan?

I'm Your Brother ✔| PROSES NASKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang