Oneshoot/twoshoot

Drunk [HinaBoku] 1

Perayaan kemenangan antara MSBY dan AD kini dimeriahkan oleh beberapa kaleng beer yang menemani anggota MSBY di asrama mereka. Semua anggota pemain berkumpul dengan canda tawa yang mengudara dan membuat perayaan kemenangan ini semakin membahagiakan. Hinata Shouyo, dikelilingi oleh para seniornya dan disodori kaleng beer, karena pemain baru mereka inilah yang usianya paling muda.

"Ayolah ini bukan pertama kalinya aku minum beer" Ucap Shouyo saat tau benar para seniornya ingin melihatnya mabuk. Tapi tak mau mengecewakan mereka, Shouyo mengambil satu kaleng dan meminumnya dengan tegakan besar. Semuanya bersorak, mereka pikir bocah itu akan langsung pingsan tapi lihatlah sekarang pemuda itu bahkan terlihat baik-baik saja. Mereka lantas menyusul, meminum beer masing-masing.

Saat sebagian orang sudah mabuk dan cegukan, tersisa Bokuto, Meian, Shouyo, dan Sakusa -yang hanya meminum satu kaleng- yang masih dalam kesadaran penuh. Sang kapten tak banyak minum karena ia perlu mengawasi anak-anak, apalagi Atsumu dan Inunaki yang sudah melantur, keduanya menganggu Sakusa hingga membuat lelaki itu jengah dan pergi ke kamarnya sendiri. Bokuto kini sibuk menertawakan Atsumu yang sedang dimarahi oleh kapten Meian, hingga tak sadar Shouyo meminum sesuatu.

"Kenapa ini sendiri di gelas? Apakah ini kadar alkoholnya lebih tinggi? Milik siapa? Coba dikit ah" Bisiknya bertanya pada dirinya sendiri, senyum jahilnya terbit dan ia langsung meminumnya sedikit, merasakan di lidahnya, "lumayan" Ucapnya senang dengan rasanya, meminumnya kembali karena itu membuatnya ketagihan. Ia meminumnya santai sambil menonton drama diantara rekannya, melihat Inunaki sudah pingsan dengan senyum aneh masih melekat di wajahnya. Atsumu melantur dan menggoda Meian yang sedang memarahinya, Bokuto disisi lain menertawakannya.

Tak sadar air yang Shouyo kira beer sudah habis, menyisakan dirinya cegukan dan warna merah menjalari wajahnya. Yang ia lihat berputar dan remang-remang, hingga ia jatuh pingsan dengan suara keras yang mengagetkan Bokuto dan kapten Meian. Keduanya menoleh serempak, menemukan Shouyo sudah jatuh pingsan dengan warna merah di wajahnya.

"Hinata sudah sampai batasnya, bawa dia ke kamar Bokuto, biar aku urus bocah ini" Ucap Meian sambil mendorong Atsumu untuk menjauh darinya, Bokuto mengiyakan, mengangkat murid nomor satunya itu dengan mudah dan membawanya ke kamar, untungnya kamar mereka bersebelahan, jadi ia bisa langsung beristirahat.

Shouyo menggeliat di lengan Bokuto, membuat Bokuto kesulitan. "Hey Shouyo, tenang! Sebentar lagi sampai" Jujur saja, Bokuto dapat merasakan panas pada tubuh Shouyo yang tak biasa. Ia khawatir, sepertinya tidurnya harus ditunda untuk memberitahukan ini pada kapten Meian. Tapi saat mereka sudah di dalam kamar Shouyo dengan Bokuto yang susah payah membuka pintu, tiba-tiba saja Shouyo bergerak liar hingga menjatuhkan tubuhnya dari lengan Bokuto. Pria dengan surai bagai tanduk burung hantu itupun ikutan jatuh, suara gaduh sangat berisik dari dalam kamar Shouyo.

Bokuto meringis sakit saat tubuhnya tertimpa oleh murid nomor satunya itu, bisa di bilang tubuh Bokuto besar di antara anggota MSBY, walaupun tak sebesar kapten dan Barnes, tapi bagaimana bisa ia merasa berat saat tubuhnya ditimpa oleh Shouyo yang tingginya lebih pendek dari Inunaki, tapi ia perlu diingatkan lagi bahwa otot tubuh mantan pemain voli pantai ini sudah menyainginya.

Tubuh Shouyo yang panas sangat bisa ia rasakan hingga tak salah mengira bocah itu sakit. Apa karena hari ini dia sangat bersemangat dalam pertandingan dan ditambah perlu meladeni senior-seniornya dalam alkohol membuat tenaga monsternya habis? Tapi sepertinya tidak mungkin, jika memang bocah itu sudah melebihi batasnya, pastilah ia akan muntah seperti pengalamannya saat kamp pelatihan masa SMA dulu.

Bokuto lantas mencoba membangunkan Shouyo, mendorong bahu yang lebih muda dan terkejut kala merasakan ototnya lebih keras dari yang dibayangkannya. "berat banget ni bocah. Hey Shouyo! Bangun!" Bokuto memukul pelan pipi Shouyo yang sangat merah, panik dan ia hendak berteriak meminta bantuan, barang kali Sakusa yang ada di sebelah dengar dan mau membantu.