Takdir benang merah adalah suatu peristiwa yang akan menuntunmu pada takdir hidupmu, seorang pasangan hingga mati. Istilah lainnya ialah soulmate. Benang berwarna merah itu akan terikat di jari kelingkingmu dengan jari kelingking pasangan hidupmu.
Tapi ada beberapa yang tidak bisa melihat atau tidak memiliki benang itu di jari kelingking mereka. Seperti seorang pria bernama Tsukishima Kei, seorang pemuda cerdas yang sudah memimpin sebuah perusahaan sendiri.
Ia tak pernah melihat benang merah itu di jari kelingkingnya, membuatnya bertanya-tanya kenapa dan apa penyebabnya. Tapi ia memilih abai dan lebih mementingkan pekerjaannya sampai orang tuanya menikahkannya dengan seorang wanita yang katanya juga tak melihat benang merah di jari kelingkingnya.
Saat Tsukishima melihat wanita itu, wajah cantik itu, mata biru yang indah itu, detak jantungnya bekerja dua kali lipat. Ia menganggap itu sebagai yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Hal itulah yang membuat hubungan mereka berjalan mulus, bahkan sangat mulus tanpa penghalang.
Tapi saat wanita yang ia nikahi tiga bulan lalu, wanita yang dulunya memiliki nama lengkap Kageyama Miwa dan kini sudah di ganti dengan Tsukishima Miwa, tiba-tiba mengatakan bahwa ia hamil dengan wajah yang berseri-seri penuh kebahagiaan.
Tapi Kei entah kenapa tak merasakan kebahagiaan itu, ia hanya memeluk tubuh sang istri dengan senyum lebar dan ucapan syukur serta terimakasih yang mengiringi. Ia benar-benar tak merasakan apa yang orang sebut kebahagiaan menjadi seorang ayah.
Dan tibalah saat kelahiran anak mereka, entah Kei harus bahagia atau sedih. Sedih saat mengetahui istrinya meninggal saat putra mereka telah lahir dengan sehat, bahagia karena tiba-tiba saja benang merah muncul di jari kelingkingnya.
Tapi apakah itu normal jika ujung dari benang merahnya ternyata terikat di jari kelingking putranya sendiri?
Bayi mungil yang sangat mirip dengan sang istri itu bahkan tak menangis saat keluar dari rahim sang ibu. Bayi imut yang tertidur di sebelah ibunya yang kulitnya perlahan mendingin itu tampak sangat polos menatap ayahnya.
Kei dapat merasakan matanya memanas saat melihat wajah tenang Miwa yang tersenyum, ia menggenggam tangan dingin wanita itu dengan kuat, lututnya tertekuk tak dapat menahan berat badannya yang perlahan jatuh di atas lantai. Ia menangis, menangisi kematian wanita yang sudah menemaninya satu tahun lebih ini, menangisi akan takdirnya yang terhubung dengan sang anak.
Kei menatap bayi yang ada di gendongannya, pemakaman pada Miwa sudah selesai dengan banyaknya tamu yang datang mengucapkan banyak doa dan simpati.
~♥~
"Daddy"
Suara riang anak kecil itu terdengar menghentikan jari-jari Kei yang sibuk mengetik pada laptopnya, kini mendongak dan mata kuning keemasannya menangkap putranya yang sudah berusia 4 tahun berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar menunjukkan dua gigi kelincinya, serta gigi-gigi kecil lainnya yang masih proses tumbuh.
"kemari baby" ajak Kei sembari melambaikan tangannya, memberi isyarat pada sang anak untuk mendekatinya.
Tobio, dengan riang mulai menggerakkan kaki gemuknya mendekati meja kerja sang daddy. Balita 4 tahun itu langsung saja di angkat ke atas paha Kei saat sudah sampai di sampingnya.
Mata biru langit yang sangat seiras dengan mendiang ibu kandungnya itu kini menatap polos pada layar laptop sang daddy yang menunjukkan tulisan-tulisan yang tidak ia mengerti.
"uh" Tobio merengutkan alisnya bingung, ia lantas membuang wajahnya ke arah lain, sambil mengemut ibu jarinya.
"jangan mengemut jarimu, Tobio. Kotor" tegur Kei saat melihat putranya mengemut ibu jarinya sendiri, sembari menjauhkan ibu jari mungil milik Tobio dari mulutnya.
Kei lantas menggantinya dengan mainan berbentuk tangan yang ada di dalam mangkuk berisi air dipinggir mejanya. Gigi Tobio sedang dalam proses tumbuh, mungkin itulah yang membuat balita 4 tahun itu sering mengemut jari atau menggigit sesuatu.
Tobio yang mendapatkan mainannya langsung saja menggigitnya diiringi tawa kecil dari daddy-nya. Tangan besar pria itu dengan mudah menangkup pinggangnya agar mencegahnya dari jatuh.
~♥~
Tobio menatap benang merah di kelingkingnya bingung, menatap jari kelingking ayah kandungnya yang juga memiliki benang merah tersebut, bahkan benang mereka terhubung.
"Daddy~ apa ini?" Tobio yang saat ini sudah duduk di bangku kelas dua SMP menunjukkan kelingking kanannya pada Kei yang tengah sibuk dengan berkas-berkasnya.
"hm?" Kei mendongak sambil bergumam, menatap putranya yang masih saja kecil dan imut walau sudah SMP. Melihat kelingking kecil putranya dengan alis terangkat.
"itu benang merah, semua orang punya itu" lanjutnya dengan lembut, sedikit bingung bagaimana harus menjelaskan yang sebenarnya pada kepolosan putranya.
"kenapa punya Daddy terhubung dengan punyaku?" Tobio sepertinya tak akan menghentikan pertanyaannya, mewakili rasa penasarannya ia mendekat pada ayah kandungnya masih dengan kelingkingnya yang teracung imut.
"itu karena..." Kei menjeda kalimatnya, sambil meletakkan berkas-berkasnya ke atas meja. Tangannya terulur mengangkat tubuh mungil putranya, meletakkannya di atas pangkuannya.
Kei menggenggam kelingking kanan Tobio dengan perasaan rumit, manik kuning keemasannya menatap serius pada benang merah tersebut.
"Daddy~ karena apa?" tanya Tobio mendesak, ia sudah mati penasaran karena teman-teman kelasnya membicarakan tentang benang merah tapi tak menjelaskan padanya apa arti sebenarnya dari benang merah itu.
"benang merah ini... Menghubungkan antara kamu dengan seseorang yang akan mendampingimu kelak dimasa depan dan selamanya" ujar Kei menjelaskan, sedikit meringis saat melihat tatapan polos putranya.
Hening.
Bocah empat belas tahun itu menatap ayah kandungnya dalam diam. Dengan ekspresi terlampau polos dan dahi berkerut yang secara tak langsung mengatakan ia sedang berpikir.
"tentu saja..." gumam bocah itu pada akhirnya, membuat Kei menaikkan alisnya.
"daddy tidak akan meninggalkanku, kan?" tanya Tobio setelah ia menjeda kalimatnya.
"tentu saja tidak akan" jawab Kei spontan, mengeratkan pelukan lemgannya pada pinggang ramping putranya.
"baguslah, berarti daddy dan aku akan bersama selamanya" balas Tobio ceria sembari mengalungkan lengannya di leher sang ayah. Dengan senyum lebar yang menambah kesan manis pada dirinya. Membuat Kai terdiam.
"benar" gumam Kei sambil memeluk lebih kuat putranya, bersamaan dengan Tobio menenggelamkan wajahnya di leher ayahnya.
Senyum mengembang di wajah Kei.
Entah ini baik atau tidak. Benang merah sudah memilih.
~♥~
ENDGak berani bikin adegan 18+ karena mereka ayah-anak kandung, bikin tema cerita ini aja aku dah merasa bersalah banget (╥╯﹏╰╥)ง
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot/twoshoot
Cerita PendekKagehina/hinakage Tsukihina/tsukiyama/tsukikage YamaHina/HinaYama DaiHina/DaiSuga Atsuhina/hinaatsu Osahina/hinaosa Miyahina/hinamiya Sunahina Akahina Bokuhina/bokuaka/akaboku Kurohina/kuroken Kenhina/hinaken Omihina(omihina) Omegaverse(ABO) Oihina...