"He was hard as stone, cold as ice but she will melt it."
Flashback onSuasana jamuan makan malam kali ini layaknya sebuah sidang skripsi. Menegangkan, hening, dan terlihat seorang gadis yang baru berusia tujuh belas tahun itu gemetaran. Raut wajahnya begitu kaku tanpa sebuah senyuman menghiasi wajah cantiknya.
Di tengah hening tanpa sebuah percakapan, tiba-tiba sang kepala keluarga membuka suara, "Agis, you should follow your brother by majoring in business."
Mendengar perkataan ayahnya, Agista kian murung. Gadis itu menunduk, menyembunyikan raut wajah sedih bercampur kesal secara bersamaan. Terkadang ia bertanya dalam hati, apakah benar bahwa dirinya memang putri dari keluarga ini.
"Dad, i think you know what i want."ucap Agis lirih namun suara gadis itu tetap tersampaikan kepada lawan bicaranya.
Ibunya menghela nafas kasar, ia merasa sedikit kesulitan untuk mendidik dan mengatur putri bungsunya. Dengan menampakkan raut wajah begitu datar, sang ibu berkata, "Don't argue with your father, Agista. We know what's the best for you."
Sungguh, malam ini Agis ingin sekali saja lari dari kenyataan bahwa ia terlahir di keluarga ini. Saat bersama keluarganya seperti ini, ia merasa bahwa ia menjadi orang lain. Gadis itu belum menyerah, ia masih berusaha membela diri, "But, i don't like the business world mom. I beg you to understand my feeling just a little."
"There is no refusal, you better do what we say as your parents."tegas sang ayah.
Mendengar ultimatum dari ayahnya tersebut, Agis sudah tidak mampu membantah lagi. Sekuat apapun ia berusaha, hasilnya tetap nihil. Ia tahu betul bahwa maksud orangtuanya memang baik, namun ia juga ingin didengarkan sebagai putri mereka. Agis merasa bahwa ia hanyalah sebuah robot yang mereka kendalikan.
Gadis itu sebelumnya berencana mengambil jurusan seni rupa. Meskipun ia tahu bahwa orangtuanya tak akan setuju, Agis tetap berusaha membujuk mereka, berharap mereka akan mendengarkan isi hatinya sekali saja.
Namun yang terjadi sama saja, orangtuanya bersikeras agar ia mengikuti jejak mereka dan juga kakaknya Johnatan untuk terjun ke dunia bisnis. Tidak ada pilihan lain lagi selain mengikuti kemauan orang tuanya.
Sedari kecil, Johnatan dan Agis selalu di doktrin oleh orangtuanya agar selalu menjadi apa yang mereka inginkan. Mungkin Johnatan mampu melakukan seluruh keinginan orangtua mereka, karena ia tumbuh menjadi pria yang cerdas dalam bidang akademik. Berbeda dengan Agis yang lebih memiliki keunggulan di bidang seni, ia sedikit mengalami kesulitan ketika mempelajari ilmu bisnis.
Agis dan kakaknya sudah menerima banyak tekanan dari orangtuanya semenjak mereka mengenyam bangku pendidikan sekolah dasar. Berbagai macam jenis peraturan dari orangtuanya serasa mengikat mereka berdua agar tidak lari kemanapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break the Rules ft Jeno-Karina
FanfictionHe fell first, but he never fell harder. Until he break the rules. Warning : 🔞 Start : 26 Maret 2023 Finish : - Please don't copy my story 🙏 copyright©2023 by JuliaJasmines