"Sometimes, it's hard to tell the difference between dream and reality."
"No, you're not my mom anymore."
"Please, let me go."
"Don't touch me."
"You traitor."
Agis terbangun mendengar suara rintihan Dio yang sepertinya sedang bermimpi buruk. Pria itu terus mengigau menyebut tentang ibunya. Agis hanya tau pria itu kini hidup seorang diri tanpa adanya orangtua disampingnya. Apa pria itu juga memiliki trauma berat seperti yang dialami dirinya sendiri? pikir gadis itu.
Agis beranjak, ditepuknya pundak serta pipi prianya. Dahi dan pelipisnya basah teraliri bulir bulir keringat dingin. Gadis itu menjadi khawatir dengan keadaan prianya ini.
"Dio, sayang... get up please."
"Sayang, hey... open your eyes please."
Agis terus berupaya membangunkan Dio dari mimpi yang menyeretnya jauh dari dunia fana ini. Gadis itu kini paham, sekuat apapun manusia mereka tetap memiliki sisi lemahnya tersendiri. Satu sisi yang akan disembunyikan dari oranglain. Terlihat kuat bukan berarti kuat, begitupun sebaliknya.
Setelah beberapa kali percobaan, Dio akhirnya terbangun dengan beberapa kali tepukan yang Agis lakukan. Pria itu terkejut mengetahui bahwa lagi-lagi ia bermimpi buruk tentang wanita itu. Dio lantas memegangi dahinya dengan satu tangannya dan tangan yang lain tetap menopang tubuhnya. Ia seketika merasakan pening setelah mengalami mimpi yang baginya terasa mengerikan, mimpi yang selalu ia hindari sekeras mungkin.
Agis memandang Dio penuh iba, lalu dengan sigap ia memeluk prianya, mengelus punggung lebar itu, memberikan rasa nyaman baginya. Ia tak tahu apa saja yang selama ini dialami oleh Dio sehingga pria itu terlihat begitu lemah setelah mengalami mimpi buruk itu.
"It's okay, i'm here Dio."ucap Agis berusaha menenangkan prianya.
Terdengar lirih isakan tangis di balik pelukannya. Pria itu menangis dan itu membuat Agis terkejut. Gadis itu mempererat rengkuhannya kepada tubuh si pria, menyalurkan kasih sayang dan perhatiannya. Berharap sang pria segera tenang dan menghentikan isak tangisnya.
"Tidak apa-apa, menangislah agar hatimu terasa lega. Menangis tidak akan membuatmu terlihat lemah."
Setelah isakan tangis itu mereda, Agis perlahan melepaskan pelukannya. Diusapnya air mata pria itu yang sudah membasahi sebagian wajah tampannya. Agis tak lupa mengusap puncak kepala Dio dan mengecup dahi pria itu lalu memeluknya lagi sebentar.
"Tunggu sebentar, aku ambilkan air putih dulu ya."
Baru saja gadis itu akan beranjak, tangannya ditahan oleh Dio. Pria itu memperlakukan gadisnya seolah akan meninggalkannya pergi begitu jauh dari sisinya. Pria itu masih terus menangis, namun tak bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break the Rules ft Jeno-Karina
FanfictionHe fell first, but he never fell harder. Until he break the rules. Warning : 🔞 Start : 26 Maret 2023 Finish : - Please don't copy my story 🙏 copyright©2023 by JuliaJasmines