"Honesty does taste bitter, but would it be much better than hiding it?"
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dio yang baru saja tiba di apartemen langsung mencari keberadaan Agista, gadis yang sudah mempermainkan hasratnya sore tadi. Dipandanginya sekeliling ruangan, ia berharap gadis itu masih terjaga menunggu kepulangannya malam ini. Langkah demi langkah pria itu lewati, namun yang ia temui hanya sunyi dan sepi.
"Dimana dia?" batin Dio sembari tetap mengedarkan pandangannya.
Diorama lekas membuka pintu kamar. Sesuai dugaannya, ia menemukan Agis yang tengah tertidur dengan mengenakan baju dinas berwarna merah sesuai permintaannya sore tadi. Dio mendekatkan diri, pria itu mengambil posisi tepat di sebelah Agista yang masih belum menyadari keberadaannya.
Sejauh mata memandang, Dio hanya terpusat pada wajah ayu milik Agista yang sejak pertama pertemuan mereka, gadisnya sudah membuat hatinya berdesir. Sang pria kemudian mendekatkan wajahnya, mengecup kening Agista yang tertutupi helaian rambut. Menyalurkan segala perasaan yang hingga kini masih terasa asing bagi Diorama. Perasaan yang sejak awal masih ia sangkal. Perasaan ingin memiliki, namun enggan untuk mengakui.
"Kau selalu cantik, gadisku."gumam Diorama tanpa memalingkan pandangan.
Kemudian, Dio berinisiatif menyingkirkan helaian-helaian rambut hitam legam yang seolah menyembunyikan wajah cantik gadisnya. Meskipun Agista telah menghapus riasannya, kecantikan yang dipancarkan tak sedikitpun berkurang. Agis tetap cantik, bahkan jauh lebih cantik. Wajah polos tanpa riasan yang sudah berhasil mencuri atensinya sejak awal.
Agista mulai menggeliat setelah merasakan adanya pergerakan pada wajahnya. Lalu ia perlahan membuka mata, dan pandangannya masih terlihat buram. Namun meski hanya sebuah siluet ia tahu betul siapa yang tengah disampingnya. Agista merasa lega ketika menyadari siapa yang tengah duduk sembari memperhatikannya. Gadis itu langsung menyapa, "Aku merindukanmu. Why did you come home so late?"
Agis bangkit dari posisi tidurnya, menyamakan kedudukan dengan pria yang tengah mencuri separuh kewarasannya. ia tanpa basa-basi langsung menyambar tubuh atletis itu, merengkuhnya, melingkarkan kedua tangan pada leher Diorama. Aroma maskulin yang terpancar dari parfum bercampur dengan keringat, bersatu padu menjadi wangi yang menjadi candu bagi Agista. Just like nicotin, heroin, and morphine.
"Miss you too, baby girl." balas sang pria.
Agis bisa merasakan pergerakan telapak tangan pada punggung polosnya. Gerakan meraba perlahan yang membuat dirinya mulai dikuasai hasrat.
"Mau ku siapkan makan malam?"tanya Agista berbisik tepat didekat daun telinga prianya.
Dio menjawab singkat, "Aku sudah makan tadi."
Agis bertanya lagi, "Atau mau ku buatkan secangkir kopi?"
"Tidak, sayang. I want you, just you."balas Diorama dengan merendahkan suara, hal itu terdengar begitu seksi dalam pendengaran Agista.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break the Rules ft Jeno-Karina
FanfictionHe fell first, but he never fell harder. Until he break the rules. Warning : 🔞 Start : 26 Maret 2023 Finish : - Please don't copy my story 🙏 copyright©2023 by JuliaJasmines