Chapter-21

1K 132 44
                                    

"When karma comes, you can never run away from it."


Diorama mondar mandir di ruangannya sendiri, ia merasa gelisah karena gadis yang ia tunggu sejak tadi belum juga menampakkan batang hidungnya. Agista Nirrina, nama itu kini terus berputar-putar dalam pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang janggal pada gadisnya. Semenjak kemarin, si gadis bersikap acuh padanya.

Tok...tok...tok

Seseorang mengetuk pintu ruangan, Dio yang mendengar sontak langsung menaruh perhatiannya ke arah pintu masuk itu. Ia berharap jika yang datang adalah Agis, gadisnya.

"Akhirnya kau datang juga, Ag- "

Dio berbalik badan ke arah datangnya suara langkah memasuki ruangannya. Ucapannya mendadak terhenti saat melihat siapa yang menghampirinya, ekspresi wajah pria itu langsung berubah drastis. Dari wajah antusias, kini menjadi datar tanpa senyuman.

"Apa kau kembali melupakan janjimu?"

Tanpa menyapa terlebih dahulu, Tsamara yang mendatangi Dio langsung menanyakan kembali janji yang telah Dio berikan. Tsamara memang begitu, ia tak suka berbasa-basi. Dio sontak merasa kecewa, yang datang bukan gadis yang ia tunggu, Agista. Melainkan Tsamara Adine yang selalu datang bak hantu gentayangan.

Dio menghela nafas kasar, pria itu dengan sabar menjelaskan perihal situasinya saat ini, "Ara, bukan seperti itu. Akhir-akhir ini aku begitu sibuk dengan urusan bisnis."

Tsamara melangkah lebih dekat, menjangkau jarak yang tercipta antara dia dan Dio. Wanita yang tengah berbadan dua itu mengamati perubahan ekspresi wajah dari si pria. Dipandanginya terus menerus hingga jarak yang berbentang telah terkikis. Wanita itu berusaha mencari kebohongan dalam mata sang pria, namun yang ia temukan hanya kehampaan.

"Lalu, mengapa wajahmu terlihat kecewa ketika melihat kedatanganku?" tanya Tsamara yang sekarang tepat berdiri didepan Dio, dengan melipat kedua tangannya serta tak goyah memandang pria itu dengan tatapan tajam.

Diorama menolehkan wajahnya, menghindar dari tatapan tajam milik Ara. Pria itu kemudian mengambil langkah sedikit menjauh,  memberi jarak kepada mereka berdua. Ia merasa tak nyaman bila terlalu dekat seperti ini, apalagi ini Ara dan bukan Agista gadisnya.

Diorama lekas menjawab jujur, "Aku hanya mengira jika itu orang lain yang datang."

Gadis berambut pendek sebahu itu menyeringai ketika mendengar jawaban Dio yang membuatnya geram. Ia kemudian bertanya, "Aah jadi gadis itu tak datang hari ini? tapi, bukankah itu bagus. Kau bisa menjaga jarak dan segera menjauhinya."

Bagi Dio, Ara sama saja seperti sebuah kutukan yang terus mengikatnya. Kemanapun ia pergi, wanita itu tak segan mengejarnya meski ke ujung dunia pun. Ia kini menyesali segala ucapan janjinya tempo dulu. Membuatnya berhutang dan harus segera menepatinya. Sebagai seorang pria, ia memang tergolong brengsek. Namun Diorama bukan tipe pria yang akan dengan mudah ingkar. Untuk sekarang ini memang begitu, namun kedepannya apakah keteguhan pria itu akan goyah?

Break the Rules ft Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang