39

1.2K 144 25
                                    

Happy reading cok!!
.
.
.





"Nini" panggil irene dengan lembut, rasanya sudah tak terhitung sudah berapa kali irene memanggil adiknya namun jennie tak sekalipun merespon

Irene kembali menghela nafas kasar, sedari kemarin jennie terlihat berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi jennie yang cerewet dan manja, tidak ada lagi jennie yang 24/7melawak, yang ada hanyalah jennie yang murung jennie yang suka melamun entah apa yang sedang dipikirkan nya.

"Baby, waeyo?" Kali ini irene duduk disamping jennie yang sedang menatap televisi diruang rawatnya dengan tatapan kosong, irene menggiring kepala adiknya masuk ke dalam dekapannha mencoba menyalurkan kehangatan.

Sejujurnya jennie yang seperti ini sama mengkhawatirkannya dengan jennie yang koma kemarin kemarin, adiknya memang kembali namun rasanya tidak dengan raganya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan sayang, tidak perlu khawatir, kami disini" jennie mengeratkan pelukannya mencoba mencari kenyamanan, hal itu membuat irene tersenyum lega karena setidaknya jennie dapat merespon meski tidak dengan perkataan.

"Nini mau apa? Biar eonnie belikan nanti saat nini sudah boleh pulang dari sini hmmm" ucap irene dengan menundukkan kepalanya mengecupi kepala adiknya yang terus bergerak kekanan dan kekiri

"appa" lirihnya membuat irene menghentikan aktivitasnya mengusapi punggung ringkih jennie

Irene memilih diam, bingung mau merespon bagaimana. Tak lama pintu ruangan terbuka menampilkan dua sosok tua berbeda kelamin dan gadis cantik disana

Jennie menoleh, tatapan sayunya berubah menjadi amarah

"JANGAN DEKET DEKET! PERGI" teriaknya pada mereka yang baru saja hendak masuk

"Nini"jisoo mendekat memeluk adiknya yang sedari kemarin lebih banyak diam, mengamuk jika tuan dan nyonya kim datang, dan sesekali merengek untuk pulang.

Pelukan yang diberikan jisoo memang obat penenang yang ampuh setelah pelukan ibu dan ayahnya menurut jennie, mungkin karena faktor terlahir kembar jadi mereka lebih memiliki ikatan batin yang lebih kuat dibanding dengan saudaranya yang lain. Jennie memejamkan matanya sambil berkata lirih kembali,

"Mereka jahat, jennie ngga mau ngeliat mereka. Jennie mau pulang chu" jisoo mengangguk mendengar rengekan manja adik kembarannya lalu menolehkan kepalanya pada sosok kakek dan neneknya yang masih setia memandang mereka dari kejauhan tidak berani mendekat

"Halmonie dan harabojie lebih baik pulang saja ne, oppa sebentar lagi datang nanti jichu akan meminta mereka mengantar kalian" tuan dan nyonya kim hanya bisa mengangguk pasrah saat lagi lagi mendapat penolakan dari cucunya.

mereka memaklumi sikap jennie saat ini, dokter bilang bahwa jennie masih berada di fase denail, fase diamana seseorang akan selalu mengelak bahwa mereka telah kehilangan sesuatu, seperti jennie yang menolak fakta bahwa ayahnya telah meninggalkannya. . Hal ini adalah suatu hal yang wajar bagi seseorang yang merasa kehilangan.

Awalnya memang jennie mencoba ikhlas, namun hari berikutnya semakin membuat dia merasa rasa kehilangannya semakin nyata. Hari hari biasanya dimana saat bangun tidur, ayahnya akan melayaninya dengan baik, menyiapkan makan, memberinya pelukan dan ciuman, mencurahkan kasih sayangnya dengan sempurna hanya untuknya. Namun pagi itu jennie sudah tidak mendapatkan semua itu lagi dari cinta pertamanya, jennie memang masih mendapatkannya namun dari sosok yang berbeda dan rasanya itu cukup berbeda.

"Jika Nini ingin menangis tidak apa, menangislah" sungguh jisoo tidak bisa melihat adiknya dengan versi barunya ini, dia lebih baik melihat jennie menangis mengekspresikan semuanya sekalian dari pada diam melamun seperti sekarang

J twins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang