BAB 4

2.5K 283 1
                                    

Just like the deep and shallow expectation between us.
Perhaps, it's all misunderstanding.

[Fahrenheit-Misunderstanding]







"Dipasangkan dengan Rebecca?" Jenny berlari ke ruang tamu untuk menatap Freen tidak percaya. Mulutnya separuh terbuka.


"Benar dengan Rebecca yg ITU?"


Informasi yg disampaikan Freen begitu mengejutkan Jenny hingga hampir tak bisa dipercayai akal sehatnya.


Tak bisa fokus, Freen mendongak dan menatap Jenny dengan mata menyipit.


"Memang ada Rebecca yg lain?"


"Tidak bisa dipercaya, kenapa Becca mau?" Jenny menggeleng-gelengkan kepalanya.


"Hei!" tegur Freen, tidak terima. Bahkan, adiknya berkata seperti itu?


"Maksudku, bukankah Becca selalu bersama Lisa? Mengapa kali ini mereka dipisahkan?" Jenny bertanya-tanya.


"Tidak usah difikirkan," Freen memasukkan bukunya kedalam tas, lalu melirik keranjang di depannya yg dipenuhi roti.


"Kenapa roti ini banyak sekali?"


"Oh, stok yg kemarin habis jadi Kelly pesan seratus,"


Freen menganggung-ngangguk, lalu memperhatikan Jenny. Sudah setahun ini, Jenny menyetok roti buatan tetangga mereka, ke kantin sekolah. Memang hasil nya tidak seberapa, tetapi bisa untuk membantu membayar kontrakan dan Jenny bisa sedikit menabung untuk keperluan-keperluan mendadak. Dulu, Freen pernah melarang Jenny berjualan roti. Namun, Jenny tidak ambil pusing. Dia melakukannya dengan senang hati, demi menghemat uang peninggalan orangtua mereka yg sudah berkurang.


Tiga tahun lalu, orang yg menabrak orangtua mereka hingga tewas mendaftarkan mereka ke Thailand International School. Freen dan Jenny pun menerima beasiswa silang, biaya sekolah mereka disubsidi oleh siswa-siswa yg mampu. Frenn dan Jenny memutuskan untuk mengontrak rumah mungil dan memutuskan untuk tinggal berdua saja. Kalau saja orangtua mereka tahu penting nya asuransi, mungkin mereka bisa hidup dengan lebih baik.





*****





"Semua sudah bersama pasangan masing-masing?"


Semua siswa menjawab riuh dari samping pasangannya masing-masing, kecuali Becca, Freen, dan Lisa. Becca dan Freen hanya duduk diam dan berjarak sambil menatap lurus ke arah Saint dengan ekspresi berbeda, sedangkan Lisa mengawasi Becca dengan konsentrasi penuh.


"Percobaan kali ini adalah menumbuhkan kecambah! Perhatikan baik-baik perintah yg ada pada kertas petunjuk kalian!" Saint menyaut sementara semua siswa sudah mulai bekerja.


"Aku suka memakan bubur bayi rasa kacang hijau," kata Becca tiba-tiba, matanya berbinar menatap beberapa butir kacang hijau yg tenggelam didalan gelas.


"Bubur.....bayi?" Freen menggaruk tengkuk, merasa salah dengar.


Diantara kebingungannya, Freen menangkap bayangan Lisa yg masih mengawasi mereka. Menurut Freen, dia benar-benar berlebihan. Bahkan, Freen masih menjaga jarak sejauh satu meter dari Becca.


"Lalu? Mereka mau diapakan?" tanya Becca, menyadarkan Freen.


"Ditanam,"


Freen akhirnya bangkit dari bangku dan mengambil salah satu pot untuk di isi tanah sementara Becca memperhatikannya, setelah beberapa saat diperhatikan, Freen meliriknya.


"Tidak berniat membantu?"


Becca menatap Freen bingung.


"Bantu apa?"


"Bantu tanam. Ada dua pot yg harus diisi," dahi Freen berkedut menahan kesal.


"Maaf, aku tidak bisa. Aku tidak pernah menyentuh tanah. Kalau ada serangga atau benda tajam bagaimana?" jawab Becca nyaris terdengar tanpa dosa.


Freen tahu dia sudah melongo, jadi satu-satunya kata yg bisa keluar dari mulutnya adalah..


"Ha?"


"Tapi aku akan memperhatikanmu," lanjut Becca dengan mata berbinar.


"Tidak perlu," sambar Freen, lalu menyalurkan rasa kesalnya dengan mengisi tanah banyak-banyak ke dalam pot.


Becca sepertinya tidak sadar dan malah kembali menatap biji kacang hijau penuh semangat.


"Kira-kira nanti tumbuhnya seperti apa?"


Alih-alih menjawab, Freen hanya menatap Becca tak habis fikir. Sekali lagi, dia bisa melihat Lisa dari sudut matanya, Lisa menatap mereka ingin tahu. Freen balas menatapnya sengit, lalu menghampiri Becca. Hilang sudah kesabarannya.


"Dengar. Jangan pernah ikut campur dalam urusan praktikum ini,"


Mata Becca membulat.


"Maksudnya?"


"Sekarang aku paham mengapa Saint membuatku berpasangan denganmu, sisimu bagian ini tidak tertolong," Freen mengetuk dahi Becca dengan telunjuknya yg belepotan tanah.


Becca masih belum paham. Namun, Feeen tidak akan membiarkan dirinya tertipu oleh kepolosan Becca.


"Jangan pernah sentuh apapun selama praktikum. Yg harus kamu lakukan hanya duduk manis. Mengerti?" jelas Freen, membuat Becca mengerjap.


Freen lantas melirik Lisa yg sudah berdiri, menatap dirinya tajam.


"Dan, tolong beri tahu pacarmu untuk berhenti bersikap berlebihan. Aku benci melihatnya,"


Becca menoleh kepada Lisa yg balas menatapnya cemas. Becca melempar senyum, meyakinkan bahwa dia baik-baik saja. Becca kembali menatap Freen yg sudah kembali mengisi pot keduanya.


"Kamu marah karna aku tidak bisa bantu?" tanya Becca, membuat Freen menghela nafas.


"Kamu tahu kan perbedaan antara 'tidak bisa' dan 'tidak mau'?" Freen balik bertanya.


"Aku mau. Tapi aku tidak bisa," Becca menatap ragu tanah yg dipegang Freen.


"Terserah," Freen menggelengkan kepala, tak ingin mendengar lagi.


Orang kaya memang menyebalkan. Namun, Freen bersyukur ada hal yg selamanya tidak bisa dibeli dengan uang.


Gadis di sebelahnya ini baru saja membuktikannya.







TBC.

I FOR YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang