BAB 6

2.5K 280 12
                                    

When I looked up, radiance filled the sky, without fading.
If only we could have been like the sun, shining all the time.

[L'arc~en~Ciel--Hitomi no Jyuunin]







Becca mempercepat langkahnya menuju kelas. Hari ini, matahari bersinar begitu cerah, secerah perasaannya. Sementara itu, Lisa menatapnya cemas dari belakang. Biasanya, Becca tak pernah berjalan di depannya seperti sedang ikut dalam lomba jalan cepat.


"Jangan terburu-buru, Becca. Nanti lelah," tegur Lisa sambil memperlebar langkah.


Tampaknya, Becca tidak mendengar karna dia justru semakin cepat dan memperlebar jarak mereka hingga dua meter. Lisa menggeleng tak habis fikir, lalu mengejar dan menggapai lengan Becca, menghentikannya dari hal yg bisa membahayakannya.


Becca menoleh, lalu menatap Lisa yg menggenggam lengannya.


"Jangan berjalan terlalu cepat," tegur Lisa lagi.


"Oh, aku terlalu cepat, ya?" tanya Becca, tak sadar kalau dia melakukan itu. Yg dia tahu, dia sudah tidak sabar untuk bertemu seseorang.


Lisa melepas tangan Becca, lalu kembali melangkah sambil sesekali meliriknya, kalau-kalau gadis itu kembali berjalan dengan cepat. Lisa tahu pasti apa yg membuat Becca begitu.


Belum sempat Lisa menggapai kenop pintu kelas, Becca sudah membukanya dan masuk lebih dulu. Gadis itu melangkah mantap menuju bangkunya. Seperti biasa, Freen tampak tenang di bangkunya, membaca buku entah apa.



Becca menghentikan langkah didepan meja Freen, lalu memperhatikannya lekat. Jika sebelumnya dia hanya memperhatikan baju dan tasnya yg lusuh, kali ini matanya menyusuri rambut Freen yg tebal dan sedikit kecoklatan.



Mata Freen menangkap sepatu putih milik Becca di sebelah mejanya. Dia mendongak, lalu mengernyit mendapati Becca berdiri di hadapannya. Sebelumnya, Becca memang pernah memperhatikannya seperti ini, tetapi tidak dengan senyuman itu. Freen jadi menyadari gadis itu memiliki dua lesung pipi. Seolah dia belum cukup cantik saja.


"Lihat apa?" Freen membuka mulut, gerah dilihat terlalu lama seperti ini. Di sekeliling mereka, siswa lain pun sudah berbisik seru.



"Selamat pagi," sapa Becca manis, begitu manis hingga membuat mulut Freen dan semua siswa lain terbuka lebar.




Selama beberapa saat, Freen hanya melongo tanpa berkedip. Becca masih menatapnya dengan senyuman, menunggu jawaban saat Freen bisa mendengar suara gugup yg keluar dari mulutnya sendiri.



"Pagi..."



Mungkin Freen berhalusinasi, tetapi dia seperti bisa melihat semburat merah muda di pipi Becca sebelum gadis itu melepas tas dan duduk di bangkunya sendiri. Mendadak, Freen merasa seperti gunung es yg ditembak oleh laser. Meleleh begitu saja oleh seulas senyum dan sapaan 'selamat pagi'.


Sementara itu, Becca berusaha mengendalikan perasaannya sendiri. Dia masih tidak tahu mengapa dia merasa sangat senang bisa bertemu dengan Freen setelah kejadian kemarin. Dadanya terasa hangat saat melihat sosok Freen.


Rasanya, seperti sedang melihat matahari.



******



Becca menatap kecambah yg tumbuh begitu baik di hari ketujuh. Panjangnya sudah dua belas senti, dan kali ini Becca membawa penggaris supaya yakin. Becca baru akan menulis data itu pada bukunya saat melihat Freen yg sedang berjalan di koridor depan perpustakaan. Menyangka Freen akan meneliti kecambah, Becca bangkit dan melambai. Namun, Freen tak melihatnya, malah menghilang di balik pintu perpustakaan.


I FOR YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang