BAB 18

2.1K 260 18
                                    

Please don't go, but I love you.
You will leave me all alone.
Don't go, don't go, don't go.

[Brown-eyed Soul--Don't go]






Setelah beberapa hari izin, hari ini akhirnya Becca kembali ke sekolah. Tn Armstrong sudah melarangnya, tetapi Becca bersikeras untuk masuk. Ada yg ingin Becca lakukan sebelum dia benar-benar menyesal.


Saat melewati lapangan basket, Becca menatap bangku taman tempat dia biasa menghabiskan waktu sebelum bertemu dengan Freen. Bangku itu masih tetap tampak nyaman, terlindung dari sinar matahari oleh pohon akasia yg sedang berbunga indah.


Becca sampai di depan koridor kelasnya, lalu mendongak pada papan nama kelas itu. Dia ingat, saat pertama kali masuk kelas ini, dia membencinya karna mendapat bangku di tengah. Dia sama sekali tidak menyangka, posisi bangku itu akan mengubah segalanya.


Setelah Lisa membuka pintu, Becca melangkah masuk. Jika ada yg berubah dari sekolah ini, itu adalah teman-temannya. Tidak seperti pada saat pertama kali masuk, mereka sekarang tidak peduli padanya dan Lisa. Alih-alih mengatakan pujian kagum seperti dulu, mulut mereka sekarang mencetuskan cemoohan dan prasangka.


Becca melangkah pelan ke arah bangkunya di tengah kelas. Seperti biasa, Freen sudah duduk tenang di bangkunya, membaca sebuah buku tebal yg kertas nya sudah mulai menguning. Becca bisa tahu kalau Freen mengawasinya melalui sudut mata, namun Becca memilih untuk tidak menyapanya seperti dulu. Becca sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menyanggupi permintaan Freen untuk tidak mengganggunya lagi.


Tak lama setelah Becca duduk, Saint muncul dengan wajah tak secerah biasanya. Anak-anak segera duduk di bangku sementara Saint meletakkan buku-buku dimejanya.


"Hari ini kita akan mengadakan observasi di luar kelas." Saint memulai kelasnya dengan gugup. Dia bahkan lupa untuk mengucapkan selamat pagi. Yg ada di otaknya sekarang adalah pemberitahuan di rapat guru sebelum bel berbunyi tadi.


Dengungan bersemangat sekarang mulai terdengar dari seluruh penjuru kelas. Hanya Lisa, Becca dan Freen yg tampak tidak bereaksi.



"Sekarang, bawa buku kalian, lalu berkumpul di taman depan perpustakaan."



Satu per satu, anak-anak melangkah riang ke luar kelas. Becca menunggu hinga semua orang keluar, lalu bangkit. Saint menatapnya simpati, lalu membiarkannya keluar lebih dulu bersama Lisa.



Setibanya di taman sekolah, Saint segera membuat anak-anak mengelilingi sebuah ember.



"Seperti yg sudah kita pelajari pada pertemuan terakhir, ini adalah salah satu contoh bioteknologi." Saint berjongkok, lalu menunjukkan isi ember pada semua anak.



"Ini adalah pupuk kompos."



Anak-anak mengangguk sementara Saint mulai menjelaskan cara pembuatannya. Becca dan Lisa pun tampak serius mencatat. Freen mengawasi mereka dari sudut lain.



Selama setengah jam, mereka di sana untuk melihat cara pembuatan pupuk kompos. Setelah mengisi tabel pada buku, Saint mulai menyuruh mereka untuk membersihkan diri dan kembali ke kelas.



"Tunggu."



Semua anak berhenti melangkah, lalu menatap Becca yg tadi menyahut. Becca sekarang tampak salah tingkah.



Becca mencengkram bukunya erat.



"Boleh...kita foto dulu?"



"Hah?" celetuk Friska bingung, dan semua anak setuju padanya. Permintaan ini terlalu absurd dan tiba-tiba.



I FOR YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang