BAB 20

2.4K 251 34
                                    

Becca melangkah pelan menuju area parkir sementara Freen masih mengikutinya. Walaupun tak ingin, matahari akhirnya tenggelam juga, mengakhiri kencan pertama dan terakhir mereka.



Freen mengawasi punggung Becca yg tampak kecil dan rapuh. Langkah Becca tampak sudah tidak stabil, mungkin karna terlalu lelah berjalan. Mungkin selama ini Freen yg berlebihan. Mungkin selama ini Becca jauh lebih lemah daripada yg dia pikir.



Freen baru akan mengajak Becca untuk beristirahat saat tiba-tiba gadis itu tersandung batu. Sebelum Freen sempat menolongnya, Becca jatuh dan menabrak bangku beton yg ada di pinggir trotoar.



"BECCA!!!" Freen segera menghampiri Becca.



"Kamu tidak apa-apa?"



Freen meraih bahu Becca, lantas terperanjat saat melihat dahi Becca sudah sobek dan berdarah. Rupanya tadi kepala Becca terbentur pinggiran yg tajam dengan cukup keras. Selama beberapa detik, Freen tak melakukan apa pun. Refleks, dia membiarkannya menunggu reaksi Becca untuk memanggil Lisa, dan menyangka Lisa akan muncul dari suatu tempat untuk menolongnya. Namun, Becca tak melakukan apa pun. Dia hanya berusaha menutup lukanya dengan tangan yg gemetar.



"Sebentar." Freen segera melepas topi Becca, lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya.



Becca sendiri berusaha untuk terlihat tenang walaupun hatinya terasa takut. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa hari ini, apa pun yg terjadi, dia tidak akan memanggil Lisa. Dia tidak ingin membuat Freen menjadi lebih kecewa lagi.



"Ini, tekan pakai ini." Freen menempelkan saputangan itu pada dahi Becca begitu tidak melihat penolakan dari gadis itu.



"Nanti kita ke klinik terdekat."



Becca mengangguk, menekan saputangan itu sekuat tenaga ke lukanya. Pandangannya mulai berkunang-kunang.



Freen pun bangkit.



"Kamu bisa berjalan?"



Sambil menggigit bibir, Becca berusaha bangkit. Namun, badannya segera oleng dan dia berhasil ditangkap Freen sebelum kembali terjatuh. Freen menatap Becca yg tampak pucat.



"Naik," perintah Freen sambil membungkuk.



Setelah menatap punggung Freen selama beberapa saat, Becca naik ke atasnya. Freen mengangkatnya, lalu mulai melangkah. Becca merengkuh bahu Freen dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya terus menekan luka yg sama sekali tidak terasa nyeri. Aroma tubuh Freen seperti bius yg membuatnya tak merasakan apa pun selain rasa nyaman.



Freen sendiri sibuk dengan pikirannya. Tubuh Becca sangat ringan.



"Maaf, Freen."



Freen mendengar Becca bergumam di telinga kanannya.



"Maaf, sampai terakhir aku masih menjadi beban untukmu," gumam Becca lagi.



Freen menghela napas.



"Aku yg minta maaf. Ini bukti kalau Lisa benar. Kalau aku tidak pernah bisa menjagamu."



Becca menggeleng-geleng kuat.



"Aku harusnya berterima kasih kamu mau pergi denganku hari ini."



Kawasan pantai tampak semakin gelap. Lampu-lampu taman dan trotoar sekarang menyala, mempertunjukkan kilau indah yg membuat pandangan Freen mengabur.



I FOR YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang