BAB 22

2.1K 246 23
                                    

Freen melangkah ke arah kamar Becca dengan perasaan senang. Seikat mawar merah tergenggam ditangannya. Tadi siang, dia mendapatkan kabar baik dari Saint. Para donatur sepakat memberikan kembali beasiswa untuk Freen.



Walaupun Becca tak akan ingat soal hal ini, namun Freen akan membantunya. Hari ini, Freen akan membantu Becca mengingat dirinya dan apa yg pernah mereka jalani bersama.



Dada Freen terasa berdebar saat dia tiba di depan pintu kamar Becca. Rasanya seperti memulai semuanya dari awal. Namun, Freen tak akan keberatan. Freen akan melakukan apa pun supaya Becca bisa mengingatnya kembali.



Tangan Freen sudah terangkat, bermaksud mendorong pintu itu, saat pintunya terbuka. Begitu melihat siapa yg keluar dari ruangan itu, Freen melangkah mundur.



Tn Armstrong menatap Freen bingung, lalu detik berikutnya, dia paham. Lisa sudah menceritakan semua tentang Freen.



"Saya..." Freen tergagap.



"Saya minta maaf. Karna saya, Becca..."



"Kamu tidak bersalah. Kamu tidak tahu apa-apa," kata Tn Armstrong, membuat Freen menatapnya.



"Kamu tidak tahu apa-apa soal Becca. Ini semua kesalahan saya. Sebagai Ayah, saya tidak bisa menjaganya dengan baik. Kamu jangan pernah merasa bersalah."



Freen menatap Tn Armstrong lama, lalu menurut saat pria itu menarik lengannya dan membuatnya duduk di bangku tunggu.



Tn Armstrong duduk disampingnya, lalu mendesah.



"Dulu, saya sudah melakukan kesalahan dengan menimpakan tanggung jawab besar ke pundak gadis kecil. Saya begitu yakin gadis kecil itu bisa menjaga Becca, hingga saya mempercayakan sepenuhnya padanya. Saya sangat berdosa."



Mata Freen melebar, tahu Tn Armstrong sedang membicarakan Lisa. Jenny sudah menceritakan semuanya semalam.



"Sekarang, saya tidak akan mengulangi kesalahan yg sama. Saya akan menjaganya," kata Tn Armstrong lagi, lalu menatap Freen dengan mata teduhnya.



"Saya yakin kamu sudah tahu tentang keadaan Becca saat ini?"



"Ya," jawab Freen, tak berani menatap Tn Armstrong.




"Kalau begitu, biarkan semua tetap seperti ini."



Freen segera mengangkat kepala, menatap Tn Armstrong yg telah menatapnya serius.



"Maksud anda?"



"Biarkan dia mengingat hal-hal yg seperlunya saja." Tn Armstrong berucap lagi, membuat Freen menganga.



"Kamu paham maksud saya, kan?"



Mendadak, Freen merasa lemas. Otaknya bisa mencerna perkataan Tn Armstrong, namun hatinya menolak untuk mempercayainya.



"Saat ini, otaknya tidak bisa mengingat hal-hal yg berat. Dia tidak bisa lagi mengalami stress." Tn Armstrong melanjutkan.



"Jika dia dipaksa mengingatmu, dia akan kembali sedih."



Freen menatap mawar ditangannya kosong.



"Ini bukan soal kaya atau miskin. Ini soal kesehatannya." Tn Armstrong menepuk bahu Freen.



"Dan, saya dengar kamu juga sedang mengejar cita-citamu. Itu yg penting untuk kalian sekarang. Masa depan."



Cengkraman Freen pada batang mawar semakin erat. Tn Armstrong memang benar. Yg paling penting sekarang adalah masa depannya.



I FOR YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang