"ALISTER! APA BENAR KAMU BERANTEM LAGI DISEKOLAH?!"
Suara lantang milik -Gilang Dirgantara menghentikan langkah Alister yang hendak menaiki tangga ia menatap sebentar sang ayah lalu matanya melirik seorang gadis bertubuh pendek yang tersenyum mengejeknya.
"Kenapa diam?! Jawab daddy apa benar kamu berantem lagi?! Kata adikmu kamu disekolah tadi berantem dengan kakak kelas kamu. Apa gak cukup kamu bikin Daddy pusing karena ulah kamu Al!"
Alister yang sudah muak dengan pertanyaan itu pun menatap tajam Fredelle Nadine Dirgantara yang merupakan adik kandungnya. Sementara yang ditatap hanya menjulurkan lidahnya. Ia sudah menduga adiknya itu akan mengadu lagi.
"Udah dad, Al mau istirahat capek" Balasnya
"Awas lo nadin!" Umpatnya dalam hati lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan keduanya .
Sementara gilang memijat pelipisnya pusing dengan kelakuan anak keduanya itu, sudah hampir 2 tahun Alister masuk SMA tak jarang ia mendapat laporan bahwa Alister sering keluar masuk ruang BK karena berantem, Bukan hanya itu ia juga mendapat laporan dari anak bungsunya yang juga bersekolah disana bahwa Alister sering bolos sekolah. Padahal setahunya dulu Waktu Alister masih SMP anaknya itu sangat rajin bahkan selalu mendapat nilai bagus dan tidak pernah berbuat ulah, lalu ini apa kenapa anaknya sekarang jadi berandalan.
"Udah dad nanti nadin coba nasehatin Abang ya" Nadin mengusap pelan punggung Gilang menenangkan.
"Daddy udah gak habis pikir dengan kelakuan abang kamu nad, sampai kapan ia bertingkah seperti itu, kalau saja daddy bukan donatur terbesar disekolah kalian mungkin abang kamu sudah lama dikeluarkan dari sekolah."
Nadin hanya menganggukan pelan kepalanya ia tidak tau harus menjawab apa, ia sendiri kasihan melihat ayahnya karena ulah abangnya. Tapi ia juga sayang sama abangnya walaupun keduanya tidak pernah akur berbeda dengan Ravindra Arwan Dirgantara Saudara sulungnya yang sekarang sudah kuliah.
Nadin sendiri tidak berniat melaporkannya ke orang tuanya tentang Alister namun orang tuanya selalu bertanya, jika ia berbohong pun orang tuanya juga pasti akan tau dari orang lain ataupun dari para guru.
"Oh ya dad Nadin mau kekamar abang dulu mungkin aja dia mau dengerin Nadin" Gilang hanya mengangguk tanpa menatap sang bungsu.
••••
Sesampainya di depan kamar Alister, Nadin pun menggedor-gedor keras pintu kamar Abangnya membuat sang pemilik kamar kesal dan keluar.
"Apa! Lo mau ngadu lagi ke daddy?"
Nadin yang mendengar itu memutar bola matanya malas lagi-lagi kata-kata itu yang keluar.
"Abang bisa gak sih sehari gak usah bikin daddy pusing!"
"Dih si bocil sok nasehatin lagi udah kayak paling bener aja hidup lo"
"Apa lo bilang gue bocil! Ingat ya bang kita itu cuma beda setahun bukan sepuluh tahun" bantahnya tak terima.
Alister yang gemas dengan Adiknya pun mengacak-acak rambut panjang Nadin yang terurai membuat rambutnya menjadi kusut.
"Liat tuh badan lo pendek gitu masih ngeles dibilang bocil haha"
"Lo ngeselin banget sih gue itu bukannya pendek tapi belum tinggi aja" kesalnya.
"Dih dasar bocil tukang ngadu, kayaknya seru nih kalo gue aduin ke Daddy kalau Anak bungsu kesayangannya punya banyak pacar"
Nadin yang sudah sangat kesal pun menendang kuat tulang kering Alister membuatnya meringis kesakitan.
"Anjing lo sakit bangsat!"
"Makanya jangan Nyolot! Udah ah gue bobo siang!"
Ia mengibaskan rambutnya kebelakang dan melangkah pergi begitu saja dari kamar Alister. Sepertinya ia melupakan tujuan awalnya kesini.
Alister yang menatap punggung adiknya yang mulai menjauh pun hanya geleng-geleng kepala. Ia memang sangat kesal dengan adiknya tapi tidak bisa dipungkiri kalau ia juga sangat menyayanginya.
Setelah serasa tidak ada yang menganggunya lagi Ia pun kembali memasuki kamarnya dan merebahkan tubuhnya disana. Ia berusaha memejamkan matanya namun bayang-bayang masalalu masih menghantui pikirannya.
"Natasha" lirihnya lalu ia segera menepis pikirannya, buat apa dia mikirin gadis itu.
Walaupun hubungannya dengan Natasha sudah berakhir lama sudah hampir dua tahun namun ia masih sangat mencintai gadis itu namun ia juga sangat membencinya saat tau gadis yang sangat ia sayangi dengan tulus hanya memanfaatkannya dan memilih pergi dengan orang lain.
Semenjak ia lulus SMP ia tak pernah mendapat kabar atau melihat Natasha lagi, sepertinya ia bersekolah di SMA lain bersama pacarnya.
Memikirkan Natasha membuatnya tak bisa tidur ia pun meraih benda pipih diatas Nakas membuka Aplikasi berlogo hijau yang penuh dengan spam chat seorang gadis yang selalu mengejarnya di sekolah entah dapat nomornya darimana. Ia pun keluar dari Aplikasi berlogo hijau itu dan membuka game mungkin ini bisa membuatnya tenang.
•••••
Jam menunjukkan pukul 06.30 kali ini ia berangkat lebih pagi itu pun karena desakan Orang tuanya. Walaupun jika sampai disekolah pun ia pastinya membolos lagi yang penting pagi-pagi ia tidak mendapat Omelan.
"Nah gini dong pagi-pagi udah siap semua" Kata Camella Veronica Dirgantara selaku ibu dari ketiga Anak itu. Sekarang mereka tengah duduk di meja makan.
Alister yang tengah menikmati Roti panggang hanya melirik kedua orang tuanya sekilas setelah itu ia kembali fokus dengan makanannya tanpa menjawab ucapan dari sang ibu.
"Iya dong Mom kalo Ravin kan selalu siap pagi-pagi" Ravin menyahut.
Memang benar Ravin selalu berangkat kuliah tepat waktu ia sendiri dijuluki Anak paling teladan oleh orang tuanya dibandingkan dengan Alister dan Nadin yang bandelnya gak ketolongan.
"Nadin juga pagi-pagi terus kok" ujar Nadin sembari mengunyah rotinya.
"Iya-iya adek Abang juga pagi-pagi terus" Ravin mengacak gemas rambut Nadin yang duduk disampingnya.
"Dih Caper!" Sindir Alister.
"Iri bilang bos"
"Udah-udah kalian ini mau makan atau mau ribut" kata Camella.
sementara Gilang hanya menggeleng-geleng kan kepalanya melihat tingkah ketiga anaknya. Namun ia sedikit senang karena walaupun anaknya tidak pernah akur setidaknya mereka saling menyayangi satu sama lain, ia tak membahas masalah kemarin karena percuma saja Alister tak akan mendengarkannya.
"Bang Ravin, Nadin mau susu itu ambilin dong" pinta Nadin Manja.
"Ini dek, padahal dekat loh kok minta Abang ambilinnya"
"Kan Nadin mau abang yang ambilin" ia mengerucutkan bibirnya membuat Ravin gemas.
Alister yang tengah menatapi kedua saudaranya itu bergidik ngeri, ia justru sangat geli melihat tingkah keduanya.
"Gini nih kalau kelamaan jadi jones"
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTER ; Bad Boy (END)
Fiksi Remaja[Follow Author Dulu sebelum membaca] Namanya Alister galen Dirgantara, cowok yang dikenal dengan paras tampan, nakal, dan dingin, juga seorang ketua geng hingga seringkali ia dijuluki badboy. wajahnya yang tampan membuat banyak perempuan yang mend...