"honey Kok kamu pucat, kamu sakit?"
" Itu wajah kamu pucet banget, kamu belum makan? Tadi jam istirahat kemana? Aku gak liat kamu"
"Kamu kok tadi gak jemput aku dikelas"
Alister yang baru sampai didepan kelas Merry langsung mendapat pertanyaan beruntun dari kekasihnya. Ia tidak menjawab sama sekali hanya diam. Sedangkan Merry tangannya sudah menempel di dahi kekasihnya.
"Panas, honey aku telpon supir aja ya biar kita dijemput, motor kamu tinggal aja kondisi kamu gak memungkinkan kalo nyetir motor.
"Aku gapapa, ayo pulang" ia mengabaikan ucapan Merry. Wajah gadis itu cemberut mendapatkan jawaban singkat dari kekasihnya.
Dalam seminggu ini mereka pacaran bahkan cowok itu sangat jarang berbicara panjang, dia tidak berubah sama sekali tetap dingin.
"Kamu ada masalah?"
Alister menggeleng ia mengambil tangan kanan Merry mengajaknya pergi dari sana. Merry hanya menurut saja.
"Honey kita kerumah sakit ya"
"Ngapain?"
"Periksa keadaan kamu" Ucapnya sembari mengamit lengan kekasihnya.
Semenjak mereka pacaran Merry selalu bersikap manja ia merasa perasaannya menghangat selama bersama dengan Alister walaupun terkadang cowok itu selalu bersikap dingin tapi kehadirannya mampu mengobati rasa kesepian Merry.
Merry bersyukur mempunyai Alister setidaknya dia mempunyai seseorang yang menemaninya selain Doggy seekor anjing kesayangannya yang selalu menemani kala ia kesepian.
"Honey kamu beneran gapapa?"
Alister mengangguk "Aku gapapa tenang aja, mau kemana sekarang? Pulang atau jalan"
Merry sejenak berfikir "hmm gimana kalau taman"
"Ide bagus"
Setelahnya tidak ada percakapan diantara mereka, sampai akhirnya mereka berada di parkiran. Seperti biasanya Alister akan memakaikan helm untuk Merry.
Menyalakan motornya dan meninggalkan Area sekolah menuju taman seperti apa yang gadis itu minta. Sesampainya di taman mereka berdua duduk di bangku dan menghirup udara segar.
Lama mereka saling diam sampai akhirnya Alister membuka suara.
"Kalau boleh tau Mama kamu kemana? Kenapa setiap aku antar kamu aku gak pernah liat?"
Entah kenapa wajah Merry yang semula ceria berubah menjadi sendu kala mendapat pertanyaan seperti itu dari kekasihnya.
"Mama ya..." Ia tersenyum getir menundukan wajahnya "Mama lagi diluar negeri, besok baru pulang"
Alister mengangguk tanda mengerti "Mau jajan?" Tawarnya, tentu Merry mengangguk antusias.
"Tunggu bentar aku beliin sosis bakar"
Baru saja Alister hendak beranjak dari bangku tiba-tiba seorang anak kecil berumur sekitar 2 tahunan menghampiri mereka. Ia menarik-narik baju Alister.
"Abang anteng" panggilnya. Sontak Alister menoleh ke anak kecil berwajah lucu itu ia berjongkok menyamai posisinya dengan anak itu.
"Hm" Alister hanya berdehem pelan. Entah kenapa tangannya tergerak untuk mengusap surai anak laki-laki itu. Mata anak itu mengerjap-ngerjap ia tidak takut sama sekali melainkan menikmati setiap usapan itu.
Merry yang tadi duduk anteng dibangku kini ikut berjongkok didepan anak kecil itu. Ia menatap gemas anak itu.
"Nama kamu siapa? Kok bisa ada disini dimana mama kamu?"
Anak kecil itu berganti melirik Merry "Alen nama aku Alen ata ibi itu dali mama"
Deg!
Entah kenapa jantung Alister tiba-tiba berdetak kencang, ada perasaan aneh saat anak itu menyebut namanya.
"Alen?" Beo Alister.
"Ukan abang, ukan Alen tapi Alen"
Merry terkekeh kecil, anak itu sangat lucu "Iya Alen nama kamu Alen, itu nama dari mama kamu kan nama yang lucu sama kayak orangnya.
"Galen!"
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka, sontak Alister menoleh ke sumber suara, Apakah wanita itu memanggilnya?
Belum sempat ia bertanya wanita itu sudah membuka suara duluan. "Maaf ya dek kalau dia mengganggu kalian" wanita itu menunduk penuh rasa bersalah.
"Galen kita pulang ya udah puas mainnya, nanti Om marah loh" Wanita itu hendak meraih tangan Anak kecil itu tapi tiba-tiba anak itu menyentaknya.
"Gapapa kok kita malahan senang ketemu sama si imut ini" Merry mencubit gemas pipi Galen kecil.
Sedangkan Alister sudah mematung ditempatnya. Kenapa nama anak itu sangat mirip dengan nama panggilan Mantannya untuknya. Jika ini hanya kebetulan kenapa harus nama itu.
"Abang, alen mau abang adi papa Alen" Anak itu menggoyang-goyangkan lengan Alister namun lelaki itu masih tak bergeming sedikitpun.
"Hus Galen gak boleh gitu,Galen kan punya Om dan bibi yang sayang sama Galen, kita pulang ya" bujuk wanita itu namun yang namanya anak kecil ia menggeleng tidak mau pulang.
"Mama tak cayang Alen, Alen engen unya Papa" mendengar ucapan anak kecil itu Merry terenyuh, kenapa anak sekecil itu bisa bicara seperti itu. Apa anak itu bernasib sama sepertinya.
"Mama sayang kok sama Galen, Galen gak boleh ngomong gitu ya, kita pulang ya ketemu mama" lama wanita itu membujuk Galen kecil mendengar kata mama wajah anak itu berbinar.
"Mamaa, ibi gak boongin Alen agi kan" Wanita itu mengangguk.
"Iya Galen, kita pulang ya"
Tapi Galen kecil masih menggeleng "Alen mau abang ini jadi papa Alen!"
Wanita itu kewalahan harus membujuk anak itu Gimana lagi. "Dek maafin Galen ya dia emang suka gitu sama orang-orang, sekali lagi maaf sudah menganggu waktu kalian"
"Gapapa bu, kalau boleh tau ibu siapanya Galen ya?dan mama sama papanya kemana?"
"Saya pengasuhnya Galen, Mamanya ada tapi dia tidak pernah peduli sama anaknya, sedangkan papanya-" wanita itu terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya "Galen sendiri tidak tau siapa papanya"
Merry menatap sendu Galen kecil ia seperti melihat dirinya waktu kecil yang hanya dirawat pengasuhnya, ia sendiri juga tidak tau siapa ayahnya ibunya tidak pernah memberitahunya.
"Galen-" tiba-tiba Merry memeluk anak itu penuh sayang, air matanya luruh begitu saja. "kakak beruntung bisa ketemu kamu, kamu boleh anggap kakak ini kakaknya Galen, Galen nurut ya sama bibi, Galen pulang ya nanti kita ketemu lagi nanti kakak beliin permen kapas dan mainan yang banyak oke"
Anak itu membalas pelukan Merry, ia sangat senang dipeluk seperti itu, andai mamanya yang memeluknya tapi mamanya sendiri bahkan membencinya entah apa sebabnya. Galen kecil seringkali mendapat bentakan jika ia merengek untuk meminta waktu mamanya. Padahal ia sayang sama mamanya, tidak pernah sekalipun ia nakal seperti anak lainnya. Ia cuma butuh sosok orang tua yang menyayanginya.
"Akak Anji?" Merry menautkan jari kelingkingnya. -"Janji"
Setelahnya mereka berdua pun pergi meninggalkan Merry dan Alister. Wajah Alister tampak murung dan pucat hal itu tak lepas dari pandangan Merry.
"Kamu kenapa honey? Kenapa muka kamu makin pucat" ia mendongam lalu menangkup pipi kekasihnya. Terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya.
"Honey kamu dengar Aku kan?"
"Honey!"
Ia menepuk-nepuk pipi Alister hingga lelaki itu tersadar dari lamunannya.
"Kamu pucat banget honey, kita pulang okay, kamu masih bisa nyetir kan, klo gak bisa aku telp-"
"Bisa, ayo pulang " jawab Alister cepat lalu ia mengenggam jemari kekasihnya membawanya pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTER ; Bad Boy (END)
Roman pour Adolescents[Follow Author Dulu sebelum membaca] Namanya Alister galen Dirgantara, cowok yang dikenal dengan paras tampan, nakal, dan dingin, juga seorang ketua geng hingga seringkali ia dijuluki badboy. wajahnya yang tampan membuat banyak perempuan yang mend...