CHAPTER 35

210 33 7
                                    

"Apa apaan ini!."bentak ananda memberikan selembar kertas rumah sakit kepada ridho,iapun mengambilnya dan perlahan mulai membacanya,ia sangatlah kaget mengapa kertas ini bisa berapa ditangan ke2 orang tuanya?bagaimana bisa?siapa yg masuk ke dalam kamar al.

"Kok kertas ini besa ada di tangan papah sama bunda?."batin ridho

"Dho jawab!."pekik inne

Namun ridho tetap terdiam taj menjawab perkataan dari papah dan bundanya ia tak tau harus menjawab apa jikalau ini sudah menyangkut keselamatan al adik sulungnya.

"Kenapa kau tidak memberitahukan kami soal penyakit al, ridho!."bentak ananda

"Dho, kita ini orang tua kamu yg berhak tau soal penyakit anaknya. Bukan apa apa ini menyangkut keselamatan al."ucap inne yg sudah mengeluarkan butiran air mata dri kelopak matanya.

"Kalian itu masih remaja tidak tau apa apa!."ucap inne dengan suara seraknya

"Iya,maafin ridho."ucapnya dengan suara pelan namun masih terdengar.

"Tapi ini semua bukan ridho yg minta, tapi al dia gak mau kalian itu sampe khawatir apalagi tulang rusuk al lagi bermasalah."ujar ridho

"Awalnya ridho juga gak setuju bund,pahh tapi al keras kepala minta sembunyiin penyakitnya dari kalian."

Ananda dan inne hanya bisa saling tatap dan menarik nafas panjang, mereka merasa gagal menjadi orang tua yg baik untuk mereka, karna masalah penyakit anaknya sendiri mereka tidak tau?orang tua macam apa kita ini.

"Yasudah besok kita jemput al, bawa dia kerumah sakit."titah ananda

"Iya pah."ucap ridho

"Oh iya pah, ridho mau bicara bentar boleh gak?sekalian ajak orang tuanya tammy."ucap ridho

"Mau ngapain?."tanya ananda

"Ada dehh...ridho cuma mau minta sesuatu sama papah dan juga bunda."ucap ridho

"Nanti aja ya setelah al diperiksa dirumah sakit."ucap ananda

"Oke! Pah."ucap ridho tersenyum girang.

Kembali ke al.
"Yg bener lo al?."tanya david tak percaya.

Jemari jemari al meraih sebuah barang kecil di saku celana miliknya lalu ia tunjukan kepada naufal dan ke 2 temannya. Naufal mengambil barang yg al tunjukan yg berupa foto kecilnya bersama al dahulu netranya berkaca kaca sangatlah tidak percaya bahwa al adalah teman kecilnya dulu, jikalau dirinya tau dari dulu pasti ia tidak akan berbuat semena mena dulu kepada al sampai membully al setiap datang sekolah butiran air mata turun dari kelopak mata naufal ia menggelengkan kepalanya tak percaya kepalanya pun mulai terangkat menatap wajah al sayu sedangkan al hanya tersenyum tipis menatap naufal yg tengah menangis.

"Jadi, lo?..."ucap naufal dengan isakannya

Al mengangguk sebari tersenyum manis kepada naufal, tanpa aba aba naufal langsung memeluk al seerat eratnya dan menangis dipelukan al. Sungguh ia sangatlah merindukan sahabat kecilnya dulu yg selalu ada disaat suka maupun duka.sejujurnya al juga sangat merindukannya sedikit demi sedikit air mata jatuh dikelopak mata al tanpa diminta.

Dendam Abadi(END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang