Sean's Hug

524 20 0
                                    


"Selamat atas kesempatan yang sudah kalian dapatkan. Saya pastikan 30 finalis yang saat ini berdiri di tengah-tengah panggung adalah finalis yang beruntung melaju ke panggung SHOW TIME 2!! Tepuk tangan untuk 30 finalis SHOW TIME 2." Pemandu acara melantangkan ucapannya. Kelima juri serentak berdiri, memberikan tepuk tangan dan senyum kebanggaan.

Aku meremas genggamanku dengan Nana. Detik selanjutnya kami sudah berpelukan penuh haru. Aku tahu langkah kami ke depan semakin terjal, usaha yang perlu dikerahkan juga akan semakin besar, tantangan, kesulitan, batu sandungan, mungkin sudah menanti di hadapan. Tapi aku yakin, selama kita berusaha keras dan tidak menyerah, apapun bisa terlalui dengan lancar.

Aku mendengar pemandu acara masih menerangkan tentang acara SHOW TIME 2 yang akan digelar minggu depan. Empat kamerawan mendekat, mengeliling kami, mengambil gambar yang menurut mereka bagus. Aku tak peduli. Lebih tepatnya aku hampir tidak bisa menahan kebahagiaan di dadaku yang sepertinya begitu meletup-letup, hingga aku bingung harus bagaimana bersikap saat ada kamera mendekat dan menyorot kami.

Detik selanjutnya, aku merasa ada satu orang mendekat dan merangkul kami berdua. Reflek aku mengangkat kepalaku dari pundak Nana, mencoba mengetahui siapa gerangan manusia yang sok kenal sok deket ini.

Jeng-jeng!

"Gue seneng kita lolos sama-samaaaaaaa," 

Busyeet!! Sean berteriak tepat di depan telingaku. Dengan seenak hati pula dia mempererat rangkulannya. Tak seperti Nana yang enjoy saja di rangkul Sean, aku mencoba untuk memberontak walau dengan cara yang tidak menarik perhatian. Mengingat masih ada empat kamera yang merekam moment-moment kebahagiaan kami.

"Bisa lepasin rangkulan loe. Jangan sok asyik jadi orang."

"Ya Tuhan galak bener jadi cewek."

"Siapa suruh lo rangkul gue!"

"Loe nggak lihat gue rangkul Nana."

"Nana rangkul gue. Jatuhnya loe juga rangkul gue."

"Ih. Kepedean!"

"Sean!" Aku meneriakinya dengan suara tertahan.

"Hush! Kalau lo cari ribut di sini, habis ini lo di DO mau?"

"Lo! Berani-beraninya ya. Awas aja—"

"Bisa anteng nggak Sav. Gue lagi nikmati dipeluk cowok ganteng."

"Nana. Bisa-bisanya loe!"

"Hush!" Nana mendesis seperti ular betina. Aku menahan gemerutuk gerahamku. Kesabaranku kembali diuji oleh dua manusia aneh ini. Aku merutuki mas-mas yang tak henti membidik kamera. Aku juga tak henti menyumpahi Sean yang semakin merapatkan rangkulannya. Bahkan aku bisa merasakan rahangnya menyentuh pucuk kepalaku dengan begitu hangat.

"Ya Tuhan, bisa kah Engkau memindahkan manusia jelmaan jin ini ke kampung durian runtuh. Kurasa ia lebih cocok berteman dengan Mail atau abang Salleh."

<<>>

IDOLS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang