"Hai, selamat pagi semua?" Mr. Wishnu sang produser acara STAR IDOLS berdiri di ujung meja oval. Dengan begitu berwibawa laki-laki itu mengambil laser pointer wireless dari meja dan memainkan slide presentasi di layer proyektor.
"Selamat pagi pak," Kami, finalis berjumlah 30 orang menjawab dengan lantang dan begitu bersemangat. Aku menahan nafas, seketika merasakan hawa rivalitas sangat kentara di antara semua finalis di ruang pertemuan ini.
Pak Wishnu tersenyum sumringah. Aku menebak laki-laki paruh bawa berusia 39 tahun itu sangat menyukai energi yang kami pancarkan.
"Kelihatannya tanpa saya tanya kabar kalian, saya sudah tahu jawabannya dari suara kalian saat menjawab pertanyaan saya tadi. Well, luar biasa sekali."
Hampir semua penghuni ruang pertemuan ini tersenyum sumringah penuh kebanggaan. Akupun merasakan uforia itu. Bagaimana perasaan ketika kamu merasa sudah mengalahkan begitu banyak orang untuk sampai di titikmu sekarang, meskipun di depan sana masih ada rintangan yang harus dihadapi.
Aku merasa sebuah tangan menyentuh punggung tanganku, menepuknya beberapa kali seperti ingin membagi kebahagiaan. Aku menoleh dan mendapati Sean tersenyum. Sorot matanya haru. Aku yang sebelumnya ingin menendangnya ke pluto karena sedari tadi begitu rajin mengusiliku, mengurungkan niat, karena tiba-tiba hatiku membiru ketika menatapnya.
"Sebelumnya saya sampaikan selamat kepada 30 orang hebat yang sudah bertahan sampai tahap SHOW TIME 2. Kalian adalah sang pemenang yang akhirnya bisa mengalahkan pesaing yang jumlahnya tidak main-main. Nggak hanya ratusan bahkan sampai ribuan. Luar biasa sekali. Give yourself a round of applause," lanjut Mr. Wishnu sambil bertepuk tangan.
Seperti terhipnostis, kami pun serentak bertepuk tangan. Nana menyenggol bahuku dengan senyum berseri-seri. Sean yang duduk menempel di samping kiriku juga menyenggol bahu kiriku. Laki-laki itu masih menyimpan senyum yang sama. Pun telapak tangannya, masih setia bertumpu di punggung tanganku.
"Oke. Selanjutnya, saya akan menjelaskan kepada kalian tentang tantangan kalian selanjutnya, yaitu SHOW TIME 2. Tidak seperti SHOW TIME 1 yang temanya MY LOVE SONG. Di tahap SHOW TIME 2 tema kita adalah BEST COVER. Jadi nanti, kami akan membagi kalian menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok akan mencover lagu yang sama. Kalian akan bernyanyi diiringi oleh Homeband. Konsep, arrasement, improvisasi, akan dibuat seperti apa lagu itu, semua kembali ke kreatifitas kalian masing-masing. Saya harap kalian bisa menjadikan lagu yang kalian cover menjadi lagu kalian sendiri. Mengingat yang akan dieliminasi pada babak ini sejumlah 5 orang. Jadi berusahalah dengan baik, supaya kalian tidak termasuk dari 5 finalis itu. Oke. Ini adalah pembagian kelompoknya. Bisa di lihat di layar."
Layar proyektor menampilkan satu per satu kelompok. Di sana terlihat sekali kalau pembagian kelompok berdasarkan genre music yang dikuasai oleh masing-masing finalis. Aku bisa mengatakannya dengan yakin, karena selama ini aku diam-diam memperhatikan dan mendalami penampilan setiap finalis di ruangan ini. Bahkan aku menghabiskan waktu malamku untuk menonton video mereka di aplikasi pemutar video. Jujur, aku seperti kebelet untuk mendeteksi kelebihan dan kekurangan masing-masing dari mereka.
Bukankah itu salah satu strategi untuk mengalahkan lawanmu? Temukan kelemahan dan gunakanlah ia untuk memenangi mereka.
Aku mendapati namaku bersanding dengan 4 nama lainnya. Aku menatap satu persatu dari rivalku. Dua laki-laki yang jika tak salah bernama Darren dan Rama. Tiga perempuan lainnya bernama Berlian, Sasya dan Nova. Aku sudah mencatat kelemahan dan kompetensi mereka beberapa hari yang lalu. Baiklah, walau keyakinanku tak sebulat bola volli tapi kurasa aku bisa mengalahkan mereka dengan kemampuan yang kupunya.
Aku menoleh kearah Nana. Kudapati seberkas kekhawatiran di wajahnya. Aku merangkul bahunya. "Hei, kemampuan mereka ada di bawah loe. Jangan khawatir, tetep optimis, oke? Gue yakin loe bisa ngalahin mereka. Kita pasti lolos ke babak selanjutnya. Percaya ama gue!" Aku tersenyum sambil mengepalkan kedua tangan.
"Iya, gue yakin kita bertiga pasti akan lolos ke babak selanjutnya. Semangat!" Sean menyatukan kedua kepalan tanganku dan menggenggamnya erat dengan kedua tangannya. Aku mendelik.
"Kenapa loe ikut-ikutan bocah!"
"Lah, gue kan sayang!"
"Sayang-sayang palelo peyang!" seperti biasa aku mulai kehilangan kesabaran menghadapi Sean.
"Hush! Jangan ramai kita sekarang nggak lagi di asrama." Nana menepuk pahaku sambil menyentuhkan telunjuk ke bibir. Aku dan Sean serempak anteng. Kami juga tidak ingin dinotice pak produser sebagai pembuat gaduh, karena tak dipungkiri, image terbaik juga salah satu kualifikasi yang diterapkan di STAR IDOLS.
Kami bertiga kembali memusatkan perhatian ke layar proyektor. Kali ini di layar lebar itu menampilkan 6 nama. Bella, Stevani, Lidya, Hanni, Anggi, dan Rio. Sontak Sean bereaksi dengan berkata "Wah". Walau terdengar lirih aku bisa merasakan bias kebanggaan di sana.
"Cantik ya!" ucapnya begitu pelan.
Aku menoleh ke Sean. Dan benar, ada sesuatu dari laki-laki itu yang tiba-tiba membuatku penasaran.
"Loe suka Bella?" Aku berbisik ke telinga Sean ragu, khawatir Nana akan mendengarnya. Sean sedikit menampakkan ekspresi terkejut, lalu senyum tipis. Laki-laki itu diam, memalingkan wajahnya kembali ke depan. Mengacuhkan pertanyaanku.
<<>>
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOLS IN LOVE
General FictionAku tidak tahu kehidupan yang dulu selalu aku aminkah disetiap sujudku, akan terasa begitu rumit saat ini. Perjuangan yang dulu selalu aku optimiskan pelan-pelan merangkak ke titik pesimis. Cacian, makian, tekanan yang dulu selalu aku entengkan, mul...