STAR IDOLS

320 18 0
                                    

Savina pov :

"Selangkah lagi menuju live STAR IDOL, aku sadar persaingan semakin ketat. Yang lolos nantinya adalah pilihan terbaik juri. Jadi aku harus berjuang dan tidak boleh menyerah,"

Darren pov :

"Alasan aku tidak boleh berhenti di babak ini karena di idols adalah salah satu pencapaian terbesar aku. Dan aku tidak bisa mensia-siakan kesempatan yang sudah aku dapatkan sampai saat ini,"

Video yang aku dan Darren ambil beberapa hari lalu terputar di layar besar di depan kami, dan tentu saja di layar kaca pemirsa di rumah. Aku merasa dua mataku mulai berembun. Jujur, semua ini mengharukan. Seorang Savina yang selama hidupnya begitu memperjuangkan mimpinya, hari ini, seperti berada di ujung gerbang takdir. Semua sangat membuatku bungah walau aku sendiri tak yakin aku akan melewatinya dengan senyum kebanggaan, atau malah sebaliknya.

Aku menoleh kearah Darren yang berdiri di sebelah kiriku. Laki-laki itu juga tengah menatap layar besar dengan sorot haru. Aku yakin perasaannya tak jauh beda denganku. Sebelah tangan Darren terangkat dan meraih jemariku. Laki-laki itu menoleh ke arahku dengan senyum menenangkan.

Sedetik kemudian jemari kananku juga diraih seseorang. Aku sudah bisa menebaknya, karena semenjak awal manusia es itu memang sudah berdiri di samping kananku.

Aku menoleh, dan yang kudapati laki-laki cuek itu memandang lurus ke depan dengan tatapan datar. Huh, selalu seperti itu, bertingkah sok cool dan keren. Bagaimana bisa dia melakukannya, genggaman tangannya bahkan terasa sangat kuat tetapi kenapa raut wajahnya bisa selempeng itu?

"Darren, jadi gimana menurut loe? Loe udah ngerasa oke dan puas dengan penampilan loe tadi?"

Aku mengerjapkan mata. Perhatianku yang sejenak teralihkan ke sosok manusia es, kembali memusat lagi ke kak Pradi, salah satu juri tamu yang akan mengumumkan takdirku, Darren, Nick, Sonia dan Rossa.

"I-ya," Darren menjawab dengan ragu. Aku menelan ludah. Genggaman tangan Darren meng-erat. Aku mencoba mengirimkan telepati dukunganku kepada Darren walau aku sendiri tak memungkiri juga membutuhkannya.

"Berarti loe nggak segitu yakin dengan kemampuan loe?" Darren diam, hanya tersenyum canggung. Aku menatap wajah kak Pradi. Laki-laki muda bertalenta itu menatap kami berlima dengan sangar, seolah-olah dia sedang tak puas dengan penampilan kami hari ini.

"Moon Savina, loe sendiri gimana, ngerasa cukup atau oke dengan penampilan loe hari ini?"

Tuk kesekian kali aku menelan ludah, sebelum, lagi-lagi mengikuti jejak Darren, menjawab dengan ragu. "Hem. Cukup oke."

"Nggak yakin juga? Jadi dua dari 5 orang yang berdiri di depan gue hari ini, semua nggak yakin dengan kemampuannya sendiri. Kalau kalian gak yakin kenapa kalian berdiri di sini?"

Darren semakin mengenggam erat tanganku. Aku tersenyum getir. Tak lagi bisa mengirimkan stimulus dukungan kepada Darren. Melihat tatapan Kak Pradi saja sudah cukup membuatku pesimis untuk bisa lolos ke tahap live STAR IDOLS.

"Darren, Savina, Jujur gue bener-bener nggak pengen kalian berdua ada di sini—"

Aku menatap kak Pradi lamat-lamat, mencoba menerka kalimat apalagi yang akan keluar dari bibirnya. Apa itu membahagiakanku, atau malah membuatku harus berbesar hati nanti.

Kak Pradi masih menjega kalimatnya. Mungkin bagi orang lain itu sebentar, tapi bagiku yang sudah seperti berdiri di papan pesakitan, mau itu satu detikpun terasa begitu lama dan tak ayal membuatku ketar-ketir.

Aku mencoba menyapu pemandangan di depanku. Kelima juri menampilkan kesan yang sama. Murung, kecewa, sedih, seperti tidak tega. Aku mencoba membasahi kerongkonganku yang lagi-lagi terasa mengering. Ingin rasanya melirik Darren, mencuri semangat darinya. Tapi jangankan itu bisa kulakukan, Darren pasti merasakan hal yang sama denganku.

"Gue rasa kalian nggak seharusnya berdiri di sini, karena kalian berdua harus belajar lagi untuk lebih bagus di babak selanjutnya." Ekspresi wajah kak Pradi seketika berubah. Aku menoleh cepat kepada Darren. Berusaha untuk mencerna dan bertanya kepadanya. Apakah aku dan Darren benar-benar lolos ke babak STAR IDOLS?

"Kalian berdua LOLOS." Teriakan kak Pradi menjelaskan dengan sangat yakin takdirku dan Darren. Senyumku spontan mengembang. Aku menoleh cepat ke Darren. Laki-laki itu menutup wajah, seperti mengucap syukur. "Ya Tuhan terimakasih,"ucapnya lirih.

Senyumku pun berubah tawa. Ke empat juri berbarengan berdiri mengucap selamat.

Darren tiba-tiba memelukku, memaksa kaitan ganggamanku dengan Nick terlepas. Walau kaget, aku menyambut pelukannya dengan gembira. Kelima juri itu langsung histeris.

Darren melepaskan pelukannya, mengajakku mendekati juri dan mengucap terimakasih ke juri.

"Terimakasih banyak juri." Aku menyalimi ke lima juri. Mereka sekali lagi mengucapkan selamat kepadaku dan Darren.

Darren kembali menjangkau jemariku dan menuntunku berjalan ke sisi pinggir panggung, tempat di mana beberapa finalis yang sudah dinyatakan lolos ke babak STAR IDOLS berdiri. Senyum kami masih mengembang. Darren berlari-lari kecil dengan gembira. Aku mengikuti langkah cerianya. Di pinggir panggung Sean sudah menanti kami. Sean tersenyum sumringah sambil mengacungkan dua jempolnya.

Aku mengangguk haru. Terimakasih juri atas kesempatan yang sudah diberikan. Terimakasih semuanya karena masih mensupprort aku sampai detik ini. Sampai jumpa di babak live STAR IDOLS guys!

<<>>

IDOLS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang