Angry with You

287 23 0
                                        

Sehari telah berlalu setelah digelarnya SHOW DREAM 1. Kenyataan bahwa aku masih bisa berlari pagi di kompek perumahan mediterania saat ini membuatku bersyukur, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk memperjuangkan mimpiku.

Minggu depan, 20 finalis yang tersisa akan disaring kembali di SHOW DREAM 2. Aku mulai bisa mengenal satu per satu dari mereka. Ya, tidak seperti dulu saat finalisnya 40 orang, bahkan sebelum kami dikumpulkan di karantina, jumlah finalis mencapai 100 orang. Jujur, aku bingung menghadapi manusia sebanyak itu. Dimana-mana yang terdengar hanya sosok-sosok yang berlatih menyanyi. Karena itulah aku cenderung diam dan memisahkan diri. Pun saat di karantina, aku masih konsisten dengan kediamanku dan hobbyku yang menghilang. Aku masih belum terbiasa dengan begitu banyak orang.

Sekarang hanya tersisa 20 orang. Suasana di karantina juga tidak seramai sebelumnya. Jadi aku bisa memberikan diriku kesempatan untuk bersosialisasi, karena nyatanya aku memang bukan orang yang bisa diajak diam.

Aku menyapu pemandangan sekitar perumahan yang masih temaram. Lariku melambat saat aku melihat seorang laki-laki duduk di pinggir jalan. Laki-laki itu mengenakan setelan celana training hitam dan hoodie emerald menutupi kepalanya. Kurasa aku mengenalinya.

Laki-laki itu mengangkat pandangan, dan aku harus mengapresiasi tebakanku yang ternyata benar. Aku berjalan mendekatinya. Dia lalu berdiri dan memberiku senyum creepes-nya.

"Sendirian aja?" aku lebih dulu membuka pembicaraan.

"Loe lihat makhluk lain kecuali gue di sini?" ucapnya dingin.

"Oh." Aku mengangguk sambil menyebik. Laki-laki ini memang susah ditebak. Kadang sikapnya friendly, kadang perhatian, kadang cuek, kadang menyebalkan, haduuh! Untung aku tipe manusia masa bodoh. Jadi mau bagaimanapun mood dia, aku tidak akan terpengaruh. Singkatnya aku tidak peduli.

"By the way, makasih." Aku kembali membuka suara.

"Buat?" Nick menoleh.

"Apa yang sudah lo lakuin,"

"Apa yang sudah gue lakuin?" aku tahu Nick bingung. Dan aku hanya tersenyum melihat responnya. Sebenarnya ingin mengatakan terimakasih lebih heboh dari ini, tapi aku menahan diriku. Aku sudah berjanji dengan seseorang akan merahasiakan semuanya. Ya, karena Nick juga menginginkan itu. Dia tidak mau aku mengetahui sesuatu yang sudah Nick lakukan diam-diam untukku.

"Mau lomba lari?" Aku menyenggol bahu kirinya.

"Ogah,"

"Kok ogah? Loe itu harus lebih kuat lagi tahu! Iya, loe sudah jalan-jalan pagi setiap hari. Tapi badan loe itu masih, hem...,apa ya namanya? Hem.., masih letoy—" aku menutup mulut mendapati Nick melotot mendengar perkataanku.

"Letoy?" laki-laki itu mendekatkan wajahnya.

"Nggak, maksudnya, sebagai penyanyi yang profesional, badan loe itu harus tegap, lakik! Gitu lo! Ngertikan maksud gue? Jangan kaya—"

"Apa perlu gue tunjukin kalau gue laki-laki sungguhan?" Nick memangkas jarak diantara kami. Nyaliku tiba-tiba menciut. Ini kenapa Nick pagi-pagi sudah kumat? Aku membalas tatapannya yang dalam, dan aku sungguh merasa hawa dingin di pagi hari ini mulai memanas.

"Boleh, tapi tangkap gue dulu!" Aku langsung menginjak sepatunya dan lari. Ini tindakan penyelamatan yang terbesit di otakku sedetik lalu. Nick mengaduh. Laki-laki itu mengomel tak jelas. Aku terus berlari dalam tawa. Nick mengejarku.

Saat si cuek itu hampir menjangkau pundakku, aku mengelak. Nick tak pernah menyerah. Laki-laki itu terus menguberku. Berlari kemanapun aku berlari. Aku semakin tidak bisa menahan gelakku, pun dia. Baru kali ini aku melihat Nick tertawa selepas dan se-ekspresif itu.

Aku masih tertawa saat tiba-tiba ingatan tentang satu hal menghentikan seketika tawaku.

Nick dan gelang couple-nya.

Loe tahu nggak Cherry dan Nick ada di puncak voting tadi malam. Tadi saat gue telepon kakak gue, katanya sudah ada shipper antara Nick dan Cherry. Mungkin itu yang bikin mereka banyak yang nge-vote. Loe tahu sendiri masyarakat Indonesia sukanya shipper-shiperan kaya gitu. Gue nggak tahu yang sebenarnya, mungkin mereka memang sudah ada hubungan special, atau..."

Nana diam sejenak sebelum dia melanjutkan gibahannya. "Atau mereka berdua sengaja membuat gimmick. Memakai gelang pasangan agar penonton gemas sendiri, lalu ngeshiperin mereka. Terus banyak yang suka. And then lo tahu sendiri akhirnya. Mereka banyak yang nge-vote.

Aku berhenti berlari saat pembicaraan dengan Nana kemarin malam berhasil menginterupsi uforia dalam otakku. Nick mengerem larinya karena takut menabrakku. Laki-laki itu tentu bingung melihat keadaanku yang berubah 180 derajat dalam sekejap.

"Loe kenapa? Nggak lagi kesambet kan?"

Aku menatap wajah Nick yang terlihat khawatir, tapi entah kenapa itu malah membuatku kesal dan marah. Aku kembali menginjak sepatunya. Kali ini 2 kali lebih kuat dari sebelumnya. Nick mengerang dan berteriak. Aku berbalik dan berjalan cepat. Mengacuhnya yang terpincang membuntutiku dengan berbagai omelan yang sama sekali tidak kudengarkan.

Na, dari dua kemungkinan yang kamu katakan kemarin. Kenapa aku sama sekali tak ingin salah satupun dari keduanya menjadi kenyataan.

<<>>

IDOLS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang