Love vs Comfort

307 17 0
                                    

Hari ini menyenangkan. Pasalnya Mr. Wishnu mendadak menjadwalkan kami, 15 finalis yang lolos masuk ke babak live STAR IDOLS untuk menonton film di bioskop. Ini seperti angin segar diantara lelah dan penatnya kehidupan kami selama di hotel. Oh iya aku belum cerita ya, kalau setelah babak SHOW DREAM 2, kami ber-15 yang lolos ke tahap STAR IDOLS langsung diboyong ke hotel yang memang satu lokasi dengan studio televisi tempat acara STAR IDOLS disiarkan live setiap minggunya. Lagi-lagi aku sekamar dengan Nana. Bella dengan Alice, Darren dengan Nick, Sean dengan Rama, Clara dengan Rossa dan yang lainnya aku tidak hafal.

Aku berlari-lari senang di lobby hotel. Jujur, agenda hari ini bagiku lebih seperti tambahan pasokan oksigen di sempitnya zona hidupku yang sudah mulai ke arah hipoksia. Jadi jangan salahkan jika hari ini aku akan sedikit banyak tingkah.

Seseorang berdiri di pintu lobby utama. Aku melewatinya begitu saja. Tapi langkah cepatku sedikit terkurangi karena dia mengikutiku dan mengatakan hal yang aneh lagi.

"Hati-hati dengan langkah loe. Ntar jatuh,"

Aku melambatkan langkah, menoleh ke belakang. "Loe ngomong ama gue?"

"Hem,"

"Tenang, kaki gue lincah. Gue nggak akan jatuh,"

Baru saja aku mengatakannya, dan Tuhan langsung menegurku. Sekonyong-konyong kaki kiriku kehilangan kendali, dan Ya! BRUKKK!!

Aku keseleo teman-teman! Dengan posisi jatuh mendoprok di lantai depan hotel. Jangan kira si manusia kutup utara akan serta merta menarikku dan kemudian tercipta adegan seperti di drama korea atau sinema dari negeri vrindapan. Tidak! Sweer! Tidak segampang itu ferguso!

Yang ada si Nick HANYA menatapku dengan sorot mata seakan mengatakan, Nahkah, kubilang apa!!

Aku melengos, menahan kesal. Apalagi saat beberapa pengunjung hotel menatapku dengan iba.

"Loe nggak ada niatan gitu, bantuin gue berdiri?"

"Loe nggak bisa berdiri sendiri?" Nick sudah bersiap berjalan lagi, mengabaikanku yang masih terduduk di lantai.

"Cok!" aku meneriakinya.

"Dih! Ngomong kasar!"  Langkah manusia kutup berhenti. Menoleh ke arahku dengan sorot mata mulai kehilangan kesabaran. Aku berusaha berdiri dengan menahan sakit di kaki kiriku.

"Loe bener-bener nggak punya rasa setia kawan emang. Sedih boleh karena ditinggal pacar, tapi jangan setega itu juga sama temen yang kena musibah,"

"Ngomong nggak ada yang bener ni orang!"

"Lagian disuruh kompetisi nyanyi malah pacaran, kacau!"

"Siapa yang pacaran Savinaaa?"

Alih-alih menanggapi sangkalan Nick, aku memilih diam dan berjalan pelan. Entahlah, tiba-tiba saja malas mengobrol dengannya. Nick menyusulku, menjejerkan langkah denganku.

Saat aku mulai berjalan lebih cepat, sebuah tangan mengapai lenganku, dan mengalungkannya ke lehernya. Aku mengerjap, menoleh cepat.

"Gue bantuin loe Sav,"

Aku tersenyum. Laki-laki ini memang selalu mampu kuandalkan.

"Sakit?" tanyanya pelan.

Aku menggeleng. "Nggak papa Darren, makasih,"

"Manja!"

Aku melengos mendengar ocehan super pelan yang keluar dari bibir manusia kutup. Tepat saat aku akan membuka mulut untuk mengomeli Nick. Sean tiba-tiba muncul di belakang Nick dan merangkul pundak Nick. Bella dan Alice juga terlihat di samping Sean.

"Makanya bro, jangan lelet jadi orang. Sat-Set kaya gue dong!"

Nick tak bereaksi. Wajahnya masih lempeng. Mungkin saja bingung, kenapa Sean tiba-tiba mengatakan sesuatu yang masih dia terka arahnya kemana.

"Gini gue bilangin, loe harus pinter membaca hati loe. Yang baik banyak, yang bikin nyaman juga banyak, tapi yang bener-bener loe sayang, cuma atu. Bedakan antara nyaman dan sayang, Oke?"

"Ngomong apa sih? Nggak jelas!" ujar Nick dengan wajah bad mood.

"Yang penting gue udah bilangin lo ya. Yuk Bella, kita nikmati hari kita berdua."

Bella hanya tertawa pelan.

"Siapa bilang loe bisa sama Bella berdua aja! Ada gue!" Alice memprotes dengan suara lantang. Sean tertawa terbahak, kemudian mengenggam tangan Bella dan mengajaknya berlari. Alice mengejar dua manusia kasmaran itu. Aku sendiri masih berjalan bersama Darren dengan ritme lambat. Sedang Nick. Tahulah!

Akubahkan terlalu malas untuk meliriknya yang notabene masih setia berjalan takkalah pelan di sampingku.

<<>>

IDOLS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang