The Beginning

949 35 1
                                    


"Di sinilah kalian akan tinggal selama babak SHOW TIME. Sisi sebelah timur khusus untuk finalis cowok, sisi sebelah barat finalis cewek. Ada 1 ruang tengah yang bisa kalian pakai untuk bersantai, ada dapur juga jika kalian malam-malam laper dan ingin buat mie instan, walau itu nggak bagus ya buat kesehatan. Terus ada ruangan khusus buat latihan. Lantai 2 dan 3 khusus untuk latihan dan kantor," kak Bima, seorang karyawan televisi itu mencoba menjelaskan kepada kami ber-40 yang berjejer penuh di depan sebuah bangunan besar berlantai 3.

"Oh iya, 1 kamar dua orang ya. Pembagian kamar dan kuncinya nanti sama kak Tyas. Sehari besok kalian masih free. Lusa baru ada meeting untuk pemilihan lagu. Okey. Met istirahat semua. Gue pamit dulu."

"Tyas. Loe handle ya. Gue udah ditelponin bos dari tadi. Suruh balik kantor."

Kak Tyas, karyawan perempuan berpostur tinggi kurus itu mengangguk dan mengacungkan jempol. Dia lalu membuka tas, mengeluarkan selembar kertas dan clutch besar warna hitam. Dengan suara lantang dia memanggil satu persatu finalis, kemudian memberikan kunci kamar yang diambilnya dari dalam clutch hitam itu. Sampai tibalah giliran namaku dipanggilnya.

"Savana, Nana. Ini kunci kalian. Kamarnya di Nomor 10 ya."

Aku maju, bersamaan dengan seorang perempuan berambut panjang yang terlihat begitu manis. Aku menerima kunci dan mengajak Nana masuk ke dalam gedung itu. Dan hanya dalam hitungan menit, kami berdua sudah sampai di dalam kamar, menaruh koper di pojok ruangan dan duduk menselonjorkan kaki di sofa warna biru pastel yang berdiam di sisi kanan dipan.

"Hai, kenalin nama gue Helena Rima. Panggil gue Nana."

"Gue Savina."

"Loe asalnya dari mana?"

"Asal gue Surabaya, tapi gue audisi di Yogya."

Nana manggur-manggut. "Gue dari Jakarta. Betawi Punya. Moga-moga kita berdua bisa lolos terus sampai Grand Final ya." Ucapnya dengan senyum yang begitu lebar.

Aku mengangguk dengan beribu lafal aamin dalam dadaku.

Sungguh ini masih langkah awal dari mimpiku. Masih ada 39 finalis lagi yang harus aku kalahkan agar aku bisa berdiri di puncak mimpiku. Bukan hal yang mudah pastinya. Tapi aku merasa loncatan-loncatan semangat dalam dadaku mulai berkecambuk. Seperti tidak sabar untuk segera menampakkan diri. Seperti kata kak Bima tadi, besok masih free time. Lusa jadwal pemilihan lagu dan dalam 1 minggu kami masih harus dilatih. Minggu depan baru SHOW TIME.

Senyum tipisku semakin merekah. Ya Tuhan, ternyata selangkah mendekati mimpi itu bisa se-excited ini rasanya.

<<>>

IDOLS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang