Morning Baby

1.2K 30 0
                                    

Aku membuka tirai jendela kamar. Nana masih terlelap. Langit juga masih kelam. Mungkin hanya rona violet di ujung cakrawala yang malu-malu menunjukkan keindahannya. Lambat, aku berjalan ke arah pintu, menggeser gagang pintu begitu pelan. Terlalu takut menganggu gadis betawi yang masih terbuai mimpinya.

Keluar kamar aku disambut oleh koridor sepi. Aku kira semua masih menikmati istirahat mereka. Toh, hari ini memang belum ada kegiatan, jadi sah-sah saja jika mereka ingin terlambat bangun.

Aku berjalan menuju ke ruang tengah, lalu melaju ke depan. Agenda hari ini sama seperti kemarin yaitu Olahraga pagi. Mr. Solasido dulu pernah berpesan, jangan menyepelekan olahraga. "Nafasmu akan lebih kuat, lama dan stabil jika kamu melatihnya dengan olahraga."

Gedung karantina ini berada di sebuah perumahan elit. Samping kanan kiri depan belakang yang ada hanyalah rumah mewah, berlantai dua yang didesain dengan konsep mediterania. Aku tersenyum, menghirup dalam-dalam udara pagi yang begitu segar. Merentangkan kedua tanganku, mengayunkannya ke depan-belakang,

Lamban aku berlari-lari kecil di tempat. Earphone yang sedari tadi mengalung di leher segera aku pasang di kedua telinga. Oke, Savana sudah siap berlari santai mengelilingi komplek. Lets Go!!

Lagu keroncong Selendang Sutera ciptaan Ismail Marzuki mengalun menyusuri gendang telingaku dengan irama lembut menenangkan. Playlist-ku hari ini memang special keroncong, karena nyatanya jauh dari kerabat dan keluarga itu rasanya memilukan. Beberapa hari, walau sudah ditemani Nana, aku masih kesulitan mengontrol perasaan rindu akan mereka yang jauh di mata. Ajaibnya, hanya dengan mendengarkan lagu keroncong, rasa rindu ini sedikit terobati.

30 menit berlalu, aku selesai mengitari komplek megah ini dua kali. Keringat sudah mengucur. Kurasa badanku juga sudah cukup bugar. Matahari segan mengintip di tepi langit. Aku berjalan ke teras, duduk dan meminum air mineral yang sudah kusiapkan sebelumnya.

Baru seteguk air segar itu menyusuri kerongkonganku, seorang laki-laki yang memakai training hitam, hoodie hitam melintasi pagar, menyapaku seperlunya dan masuk ke dalam rumah. Aku mengerutkan kening. Sejenak penasaran, apa laki-laki itu juga salah satu finalis STAR IDOL?

Aku mengangkat bahu, tak ambil peduli.

<<>>

IDOLS IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang