Di tengah keremangan, sosok itu membuka mulutnya lebar-lebar hingga mengeluarkan asap merah dari mulutnya. Asap itu dengan cepat kian merebak ke sepenghujung ruangan. Kabut merah lantas terbentuk menghalangi penglihatanku.
Selanjutnya bola padat berwarna merah melayang dari berbagai arah menuju posisiku. Aku langsung menghentakkan kakiku dan seketika lapisan api hitam yang ada di sekujur tubuhku kian menebal. Hujaman dari bola merah itu lantas meledak menjadi tumpukan darah segar. Untungnya cairan darah itu terhalau oleh lapisan api hitam yang melindungi tubuhku.
Sosok yang bersembunyi dalam kabut merah itu tampaknya belum menyerah. Dia lantas melayangkan serangan yang sama secara bertubi-tubi. Ledakan demi ledakan terjadi hingga membuatku terpukul mundur beberapa langkah.
"Jangan harap kau bisa keluar dari sini, hahaha!" Suara parau itu menggema mencemoohku.
Sementara itu, tersungging sebuah senyuman sinis di bibirku. Ternyata kemampuan dari sosok itu tak sehebat seperti apa yang ada di bayanganku. Tampaknya aku terlalu waspada hingga terlalu banyak berpikir tentang hal yang tak penting.
Dengan satu tarikan nafas, energiku memuncak dan seketika menghempaskan kabut merah yang menghalauku. Sosok itu lantas terkejut dan langsung mencoba mengeluarkan kabut dari mulutnya lagi.
Namun aku tak diam saja, aku membentuk sebuah bola seukuran bola kasti di tangan kananku. Tanpa basa-basi, aku melemparkan bola itu ke arah mulut sosok yang berada di hadapanku. Makhluk itu mencoba untuk menghindar, tetapi belum sempat dia bergerak, sudah muncul bayangan yang mengikatnya dari lantai. Lidahnya yang menjulur kian ditarik tanpa ampun.
Bola hitam yang menyerupai warna tinta akhirnya jeblos ke dalam mulut makhluk itu. Tanpa sempat bereaksi, makhluk itu telah meledak terlebih dahulu hingga memuncratkan gumpalan darah ke segala arah.
Di sisi lain, para makhluk berwujud balita dan anak kecil telah kembali muncul ke permukaan. Muncul senyuman dari beberapa sosok itu. Aku juga bisa merasakan suasana gembira terpancar dari mereka. Aku mengambil kesimpulan bahwa sosok yang baru saja kukalahkan adalah entitas yang selama ini membelenggu mereka di ruang ini.
Setelah itu, tiba-tiba muncul portal merah di langit-langit, sama seperti yang sebelumnya. Aku merasa seperti ada entitas yang mengawasiku sedari awal. Dia seperti mengundang sekaligus menantangku untuk naik ke lantai tertinggi.
Tampaknya aku tak memiliki pilihan lain selain mengikuti permainannya. Maka dari itu, aku bergerak menyentuh portal itu lagi, diiringi dengan tatapan polos dari para makhluk kecil di sekelilingku. Aku lantas terserap ke dalam portal itu. Pemandangan yang ada di mataku berubah dan kini tertuju pada dinding yang tertempel angka tiga di permukaannya.
Berbeda dari lantai sebelumnya, di mana hanya ada sosok polos yang pasif tak menyerangku. Namun kali ini, aku melihat berbagai sosok makhluk menyerupai manusia dengan perawakan remaja. Sesuai dengan tampangnya, mereka bertingkah jahil layaknya remaja yang butuh perhatian. Mereka tertawa cekikikan sembari menunjukkan rupa mereka yang berantakan. Berharap bahwa itu akan membuatku ketakutan.
Namun penampilan yang mirip dengan mereka sudah terlampau biasa untuk kujumpai. Aku hanya menatap mereka dengan datar sembari berusaha merasakan entitas lain yang menunggangi mereka. Ternyata sesuai dugaanku, aku merasakan ada dua energi yang bersemayam sedang menyembunyikan diri di sekitarku. Tepatnya mereka berada di dua sisi yang berlawanan arah dariku, seakan ingin menghimpitku.
"Keluarlah!" ucapku memancing mereka.
Sadar bahwa persembunyian mereka telah terbongkar, kedua sosok itu lantas menunjukkan dirinya ke permukaan. Sosok pertama yang ada di hadapanku adalah makhluk menyerupai pria dewasa dengan rupa yang menawan. Dia mengenakan tuxedo hitam dengan kemeja dalam putih. Sedangkan sosok yang ada di belakangku menyerupai wanita bergaun putih yang wajahnya tertutup oleh topi berjaring. Sekilas kulit dari kedua sosok itu tampak pucat seperti tak dialiri darah. Mereka berdua tampak bagai sepasang pengantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMURTI
ParanormalSequel dari Awakening : Sixth Sense Di saat Rama telah pulih kembali dari kecelakaan yang menimpanya, semesta seakan belum puas untuk menguji dirinya. Masalah yang baru satu-persatu menghampiri dan menghantamnya secara bertubi-tubi. Menimbulkan kere...