Chapter 23

388 14 4
                                    

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu, aku lantas mengerahkan api hitam menuju sisa-sisa tubuh dari rusa dan kalajengking itu. Energiku yang tadinya telah melemah, kini mulai melejit kembali. Racun yang melumpuhkan tubuhku perlahan ternetralisir oleh energi yang melonjak.

Sementara itu, Omyang jagad itu hanya menyilangkan kedua tangannya di dada sembari menatapku datar. Sejujurnya aku ragu untuk menaklukkan lawan yang ada di hadapanku. Sebab kenyataannya, energi yang dikeluarkannya jauh lebih kuat dari semua sosok yang pernah kutemui selama ini.

Tak memakan waktu yang lama, aku selesai menghisap semua sisa energi dari sosok rusa dan kalajengking tersebut. Aku bangkit berdiri dan menatap sosok omyang jagad itu dengan tajam. Keraguan dalam batinku kutekan dengan memunculkan perasaan amarah yang menggebu-gebu.

Tanpa basa-basi, semburan api yang mengarah kepadanya keluar dari telapak tanganku. Namun raut wajahnya tetap tak bergeming. Dia lantas menepis api itu dengan salah satu punggung tangannya, layaknya sedang mengusir serangga.

"Jangan sia-siakan belas kasihanku," ucapnya. "Keluarkan kemampuanmu yang sebenarnya."

Tanpa perlu disuruh, aku telah membentuk senjata di tanganku. Beberapa cakram dan tombak kulempar satu per satu ke arah berbagai bagian tubuhnya. Namun lagi-lagi seranganku digagalkan dengan mudah olehnya. Makhluk itu hanya menghentakkan salah satu kakinya hingga membuat seluruh seranganku terhempas kembali.

"Itu saja?" tanya makhluk itu dengan nada yang kecewa.

Kepercayaan diriku perlahan menyusut. Aku sibuk memutar otak untuk mencari celah, namun makhluk itu tampak kokoh tak menunjukkan titik lemah sedikit pun. Melihat keraguan muncul di raut wajahku membuat kesabaran makhluk itu terkikis, dia lantas bergerak menghampiriku. Menyadari itu aku langsung mundur mencoba untuk memperluas jarak.

Naasnya tubuhku seketika menjadi berat bagaikan ada tekanan yang memaksaku untuk tetap berdiri di tempat. Sementara itu, makhluk itu berjalan dengan santainya mendekatiku. Semakin dekat jarak posisi kami, semakin besar pula tekanan yang kurasakan di sekujur tubuhku. Hingga saat dia sudah berada tepat di depan mataku, lututku sudah mendarat di lantai. Wajahku kini tertunduk paksa layaknya dalam posisi sebagai tawanan.

Makhluk itu menunduk lalu mengangkat daguku dengan satu jarinya. "Cukup main-mainnya. Sekarang tunjukkan jati dirimu yang sebenarnya. Jangan bersembunyi dalam tampangmu yang polos."

Mendengar ucapannya membuatku bingung, sebab sebenarnya aku sudah mengerahkan seluruh kekuatanku. Kenapa dia seperti berharap hal yang jauh lebih kuat.

Terdengar suara menghela nafas dari makhluk itu. "Sepertinya kau masih tak mengerti. Apa boleh buat, aku harus memaksamu menyadarinya."

Selesai dia berbicara, seketika terjadi gempa yang menggucang ruangan ini. Berbagai macam jenis suara muncul bagai terjadi kerusuhan. Beberapa portal merah muncul di sekelilingku. Dari portal merah itu keluar berbagai macam makhluk yang saling menyerobot.

"Nikmatilah," ucap sosok omyang jagad lalu dia mundur beberapa langkah menjauh dariku.

Makhluk-makhluk yang muncul dari portal itu langsung menyambarku bagai melihat sebuah sasaran empuk. Aku lantas mengobarkan api hitam di sekujur tubuhku. Namun makhluk-makhluk itu tak ragu terjun ke dalam api. Mereka terlihat seperti sedang menari-nari di dalam kobaran api.

Seketika terjadi lonjakan energi di dalam diriku. Aku sadar bahwa ini sangat berbahaya, sebab sebenarnya wadahku sudah berada dalam batas kepenuhan. Jika dipaksa seperti ini, aku tak tahu apa yang akan terjadi. Namun saat makhluk-makhluk itu secara bersedia memberikan energinya, rasanya aku akan meledak karena tak kuat menahan lonjakan energi ini.

AMURTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang