Jantaka beserta pasukannya membawa Amurti pada kediaman Mandala. Ternyata di sana pertarungan sengit masih berlangsung. Tampaknya kedua pasukan dalam keadaan yang berimbang. Oleh sebab itu, Jantaka menyerang pasukan Cakra dari belakang. Serangan itu pun berhasil mengejutkan pasukan Cakra.
Situasi langsung berubah drastis, di mana pasukan Cakra dibantai oleh serangan dari dua sisi. Cakra tak menyangka bahwa Jantaka akan berkhianat, sebab selama ini dia selalu mendukung dan mengikutinya tanpa berani membantah.
Ditambah dengan melihat sosok Amurti yang dalam keadaan tak berdaya, Cakra langsung berteriak menyuarakan perintah bagi pasukannya untuk segera mundur dan melarikan diri. Namun Mandala dan Jantaka pastinya tak akan membiarkan itu terjadi. Mereka mencoba untuk mengepung dan menutup akses keluar dari lokasi pertarungan itu.
Walau harus mengorbankan banyak nyawa, Cakra memusatkan pasukannya untuk menerobos gerbang keluar. Dan benar saja, Cakra berhasil melarikan diri walau harus membayar harga yang mahal, sebab hampir seluruh bawahannya habis terbantai.
Mandala lantas memerintahkan pasukannya untuk mengejar dan menangkap Cakra hidup-hidup. Selain itu, dia juga memerintahkan bawahannya untuk menangkap istri dan anak dari Amurti. Dia lalu menyuruh Jantaka untuk membawa Amurti ke tengah lapangan yang tampak telah dipenuhi oleh mayat.
Sembari menunggu proses penangkapan itu berhasil, Mandala mulai mengumpulkan masyarakat sekitar. Menyuguhkan mereka pemandangan mengerikan yang mungkin tak akan pernah bisa mereka lupakan dalam seumur hidupnya.
Tubuh Amurti yang dipajang di tengah-tengah lapangan menjadi pusat perhatian. Wajah dan sekujur tubuhnya yang berlumuran darah membuat dirinya sulit untuk dikenali. Maka dari itu, dengan berteriak Mandala memberitahu pada masyarakat akan identitas Amurti.
Hingga beberapa saat kemudian, tepat saat Mandala mengumumkan identitas Amurti, istri dan ketiga anak Amurti akhirnya muncul. Mereka ditawan dan dibawa ke tengah lapangan, tepat di hadapan sosok Amurti.
Mandala lalu berbicara dengan suara lantang, menjelaskan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Amurti bersama Cakra. Dari orasinya, Mandala berhasil menunjukkan wibawa yang sekaligus memicu simpati dari para masyarakat. Selain itu, melihat mayat yang berceceran di tanah menimbulkan rasa takut yang mendalam akan figur Mandala pada batin mereka.
Setelah selesai berorasi, Mandala akhirnya mendapatkan alasan pembenaran untuk melakukan penghakiman. Maka dari itu, Mandala memerintahkan bawahannya menjadi algojo untuk mengeksekusi istri dan anak-anak Amurti.
Tanpa bisa berbuat apa-apa, Amurti menyaksikan satu per satu anggota keluarganya dipenggal di depan matanya. Dimulai dengan istrinya yang menatap Amurti dengan senyuman tulus di bibirnya. Tak ada kemarahan ataupun ucapan yang menyalahkan Amurti dari dirinya. Menyadari itu, tangisan darah pun mengalir dari sela-sela mata Amurti.
"Aku bersumpah! Keturunanku yang akan membalaskan dendam ini!" teriak Amurti yang diiringi suara gemuruh dari langit.
Suasana menjadi ricuh, akibat suara petir yang menyambar keras, di saat Amurti selesai berteriak. Raut wajah Mandala yang datar kini berubah menjadi tajam. Dia langsung memerintahkan algojonya untuk melanjutkan proses eksekusi.
Anak-anak Amurti lantas menangis tanpa henti karena ketakutan. Namun Mandala tak merasa iba, dia hanya diam seakan memerintahkan algojonya untuk melanjutkan prosesi eksekusi. Keraguan pun terlihat dari gerak-gerik algojo, namun mau tak mau dia harus melakukan tugasnya. Golok itu akhirnya melayang pada leher kedua anak yang tak berdosa.
Saat dua anak telah tewas secara tragis, tiba-tiba muncul sosok Padma yang berteriak histeris berusaha untuk menghentikan kegilaan itu. Kehadirannya berhasil menghentikan golok yang mengarah pada bayi mungil yang bahkan belum genap berumur satu tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMURTI
ParanormalSequel dari Awakening : Sixth Sense Di saat Rama telah pulih kembali dari kecelakaan yang menimpanya, semesta seakan belum puas untuk menguji dirinya. Masalah yang baru satu-persatu menghampiri dan menghantamnya secara bertubi-tubi. Menimbulkan kere...