#8 Lelaki yang Menghamili Aidah

33 3 0
                                    


Pasca peristiwa di kontrakkan tersebut, semuanya kembali ke pesantren. Kecuali Umi yang masih ingin menemani Aidah. Ia khawatir, akan terjadi apa-apa lagi dengan anaknya.

Ketika sampai di depan gerbang pesantren, Aisyah dan Kyai Rahmat mulai berdebat kembali.

"Abi lihat kan gimana anaknya di sana. Lihat kan? Abi masih mau membuang Aidah dari pesantren?"

Ucapan Aisyah itu tidak di respons oleh Kyai Rahmat. Lebih tepatnya, Kyai Rahmat bingung bagaimana jawabannya. Melihat abinya yang tidak bisa tegas dalam mengambil keputusan, Aisyah pun kembali naik pitam.

"Abi lihat sendiri kan media sosial bagaimana. Kalau Abi masih mau mengusir Aidah dari sini, berarti Abi memang tidak punya hati!" ucap Aisyah sambil berlari masuk ke pesantren.

Ustazah Hani yang melihat momen tersebut hanya diam dan meminta izin kepada Kyai Rahmat untuk masuk pesantren duluan.

***

"Pelan-pelan dong Sayang ngomong sama Abi."

"Abi tuh enggak ngerti perasaan perempuan, Mas."

Di kamar, Aisyah langsung memposisikan dirinya duduk di kasur. Ia kembali melihat linimasa di Instagramnya. Sekarang, sudah bukan Aidah saja yang di-bully secara digital, tapi Aisyah pun akhirnya tahu bagaimana perasaan Aidah membaca semua komentar-komentar pedas tersebut.

Komentar yang awalnya hanya 900.000-an, sekarang sudah melebihi dua juta komentar di Instagram Aidah. Akun Instagram Aisyah pun akhirnya kena bully netizen juga.

Ia membekap mulutnya. Merintih dan larut dalam tangisnya. Wajar saja kalau Aidah ingin bunuh diri. Semua fitnah di media sosial benar-benar tidak bisa disaring.

Ilham yang melihat istrinya pun langsung duduk di sampingnya dan mendekapnya hangat. Ia mengambil handphone yang ada di tangan istrinya.

"Sudah. Jangan dilihat lagi. Nanti kamu malah kepikiran, Sayang," ucap Ilham sambil mengecup kepala istrinya.

"Aku tahu sekarang gimana perasaan Aidah, Mas." Aisyah pun semakin larut dalam kesedihannya.

Sungguh luar biasa kalau Aidah masih bisa bertahan sampai sejauh ini.

***

Sejak hari itu, Aidah memutuskan untuk tidak membuka media sosialnya. Pagi hari yang cukup cerah. Sejak peristiwa kemarin, Aidah sampai lupa untuk membereskan kontrakkan yang akan dihuninya. Hari itu ia putuskan untuk membereskan kontrakkan.

Seperti biasa, Aisyah ditemani Ustazah Hani pergi ke kontrakkan untuk membawakan Aidah sarapan. Namun, kali ini ditemani oleh Ustaz Zakaria.

"Saya ... ikut ya ...." pinta Ustaz Zakaria.

Aisyah dan Ustazah Hani pun saling memandang. Walau tanpa bicara, sepertinya mereka saling memahami apa yang ingin mereka sampaikan kepada lawan bicara. Mereka pun akhirnya mengiyakan.

***

Aisyah, Ustazah Hani, dan Ustaz Zakaria membantu Aidah membereskan kontrakkan. Aisyah menaiki kursi dan mengangkat tangannya yang sudah memegang kemoceng. Ia selipkan kemoceng tersebut pada sela-sela ventilasi udara.

Sedangkan Ustazah Hani membantu Aidah merapikan pakaiannya. Ustaz Zakaria, karena laki-laki, ia pun melakukan pekerjaan yang mengharuskannya membawa barang berat.

"Oia, Mba lupa beli minum," ucap Aisyah.

"Kan sudah ada air putih, Mba," ucap Ustazah Hani.

"Enggak-enggak. Sesekali kita minum yang menyegarkan dong Ustazah. Saya beli es kelapa dulu ya di pinggir jalan."

JATUHNYA CATATAN MALAIKAT RAKIB (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang