#9 Aidah Melahirkan

23 5 2
                                    

Ruangan berdinding putih itu dilengkapi dua buah kasur pasien yang terpisah oleh tirai yang mengelilingi masing-masing kasur tersebut. Ustaz Zakaria sedang duduk di kasur pasien dan diobati oleh Faisal. Walau bukan dokter, tapi Faisal lulusan sarjana keperawatan sebelum akhirnya ia putuskan untuk masuk pesantren ketika sudah di semester ujung.

Faisal meneteskan obat merah ke kapas dan mengarahkan kapas tersebut ke bibir Ustaz Zakaria yang terlupa.

"Staz, itu giginya ada yang tanggal?"

"Iya kayaknya," jawab Ustaz Zakaria sambil meraba posisi giginya yang hilang dengan lidahnya.

"Pasti pukulannya kencang sekali ya, Staz."

"Kalau enggak kencang. Enggak mungkin bengkak begini dong Faisal."

"Hehe, afwan Staz. Oh iya, di sini tidak ada obat pereda sakit, Staz. Tapi tadi saya sudah menghubungi kenalan saya kok, Staz untuk datang ke sini bawa obatnya."

"Enggak apa-apa. Enggak sakit banget kok."

"Em. lebih tepatnya pacar sih Staz."

"Astagfirullah. Berani ente ngomong pacaran di depan ane?"

"Hehe becanda Staz. Tapi nanti kalau saya siap nikah. Saya pengennya ngelamar dia Staz."

"Ente tuh ya. Cinta mulu dipikirin. Itu setoran juz 25-nya mana? Perasaan enggak setor-setor dari kemaren. Aduduhh ...." protes Ustaz Zakaria sambil memegang pipinya yang bengkak.

"Hehe kalo itu ... anu ...."

Di tengah obrolan Ustaz Zakaria dan Faisal, Kyai Rahmat dan Ilham pun masuk ke dalam ruang UKS. Mereka membuka tirai dan melihat Faisal yang sedang mengobati Ustaz Zakaria.

Ilham terperanjat melihat wajah shohib-nya itu. Akibat pukulannya, wajah Ustaz Zakaria jadi sedikit membengkak.

Dengan kepala yang tertunduk, Kyai Rahmat dan Ilham benar-benar merasa bersalah dan meminta maaf atas khilaf yang baru saja mereka lakukan.

"Enggak apa-apa kok Kyai. Wajar kalau Kyai dan Mas Ilham melakukan itu. Emang, manusia mana kan, yang rela anak dan istrinya dekat dengan laki-laki yang bukan mahramnya?"

Mendengar jawaban Ustaz Zakaria, Ilham pun langsung mendekap erat-erat. Dalam tangisnya, ia benar-benar merasa menyesal telah melakukan kesalahan fatal kepada saudaranya sendiri.

"Saya mah Insyaa Allah enggak apa-apa Kyai, Mas Ilham. Daripada mikirin saya, mending kita pikirin, siapa orang yang memfoto dan menyebarkan foto tersebut ke media sosial."

"Iya, bener tuh Kyai. Berita tentang pesantren dan Mba Aidah tuh enggak kelar-kelar seperti ada yang sengaja memberitakan yang buruk-buruk tentang pesantren kita loh Kyai," tambah Faisal.

Kyai Rahmat pun jadi kepikiran tentang hal tersebut.

"Kalian benar juga. Saya akan coba cari kenalan yang bisa membantu."

Seorang perempuan pun datang mengucapkan salam sambil mengetuk pintu.

"Nah, itu dia teman saya datang, Staz," ucap Faisal sambil berlalu menghampiri pintu.

"Kok dia semangat banget, Zak?" tanya Ilham

"Katanya dia mau ngelamar perempuan itu kalau dah siap."

"Kalau dah siap, iya kalo si perempuannya masih jomlo ya," ledek Ilham.

"Assalamualaikum Pak Ustaz," salam perempuan bernama Atikah.

"Waalaikumussalam warahmatullah."

"Oh ini yang pipinya bengkak. Maa Syaa Allah, bengkak aja ganteng, gimana enggak bengkak, Staz," goda Atikah sambil tersipu malu.

JATUHNYA CATATAN MALAIKAT RAKIB (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang