Hari mulai petang. Namun Yahya dan Ustaz Zakaria masih asyik mengobrol di tengah danau. Ustaz Ilham sebenarnya penasaran, ke mana Ustaz Zakaria membawa Yahya dan apa yang sedang mereka lakukan. Ia pun akhirnya keluar pesantren dan mencari mereka.
Aidah yang baru saja mengobrol dengan beberapa ustazah di masjid, ia merasa sedang diperhatikan banyak orang. Semua pasang mata sedikit melirik ke arahnya yang sedang berjalan. Bahkan ada yang membicarakannya diam-diam. Aidah menyadari itu. Ia sedikit resah. Sampai akhirnya, Ustazah Hani menghampirinya. Mereka berdua berjalan menuju rumah Aidah yang memang sudah ada di dalam pesantren.
"Aidah, kamu mau pulang?"
"Iya. Oh iya, Ustazah. Kenapa semua orang memandangi saya seperti itu ya?"
"Kamu belum tahu beritanya ya?"
"Berita apa?"
"Memang Ustaz Ilham tidak cerita?"
"Tadi sih selepas salat asar mau cerita, tapi keburu Ustaz Zakaria datang ke rumah. Jadi, ia lupa melanjutkan ceritanya. Memang berita apa Ustazah?"
"Tadi pagi, ketika jam pelajarannya Ustaz Ilham, Yahya ketahuan menyontek."
"Menyontek? Tapi Yahya enggak mungkin ...."
"Iya. saya juga berpikir seperti itu, Ai. Toh dari dulu Yahya memang nilainya selalu paling tinggi satu pesantren kan. Gara-gara peristiwa itu, akhirnya beritanya menyebar ke satu pesantren dan menganggap kalau Yahya itu sebenarnya pintar karena menyontek saja. Bahkan kadang saya kesal, beberapa Ustazah suka membicarakan hal tersebut dari belakang."
Aidah yang mendengar kabar tersebut pun, langsung mencari Ustaz Ilham untuk memastikan.
***
Ustaz Ilham yang baru saja keluar rumah, melihat Aidah sedang berlari ke arahnya. Awalnya ia ingin pergi mencari Ustaz Zakaria dan Yahya. Namun langkahnya terhenti setelah melihat Aidah yang sepertinya akan menghampirinya.
"Staz, apa benar berita yang beredar?"
"Berita apa?" tanya Ustaz Ilham yang sebenarnya sudah tahu apa yang akan Aidah katakan.
"Berita Yahya yang katanya menyontek di kelas Ustaz. Jadi itu yang tadi Ustaz mau katakan di rumah? Kenapa tidak bilang sejak awal!" teriak Aidah.
Ustaz Ilham sebenarnya ragu untuk mengatakan hal tersebut. Karena ia tidak ingin melihat Aidah menderita lagi seperti dulu. Bahkan, ia pun bingung, melihat respons Aidah yang seperti orang panik seperti itu. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Berita itu sudah tersebar ke satu pesantren. Aidah pun mencari Yahya dan Ustaz Zakaria berada.
***
"Loh, kok nangis?" tanya Ustaz Zakaria.
"Yahya pikir, Ustaz enggak percaya kalau Yahya sudah jujur. Teman Yahya cuma Ustaz aja. Kalau yang lain enggak ada yang mau berteman sama Yahya. Kalau Ustaz enggak percaya sama Yahya, nanti Yahya enggak punya teman lagi," isak Yahya sambil menyeka air matanya berkali-kali.
"Yahya, coba lihat itu."
Ustaz Zakaria sedang mengarahkan telinjuknya pada salah satu batang pohon yang muncul di permukaan danau. Di sana terlihat beberapa kura-kura yang sedang muncul di permukaan air dan menikmati suasana sore.
Yahya takjub melihat kura-kura brazil ada di depan matanya. Namun, dari semua kura-kura yang sedang berkumpul, ada satu yang berbeda. Ia memiliki tempurung dengan corak yang lebih cantik, unik, dan bersinar dari yang lain."
"Apa yang Yahya lihat?"
"Kura-kura."
"Iya, Ustaz tahu. Coba perhatikan lagi. Apa ada yang berbeda?"
![](https://img.wattpad.com/cover/249492899-288-k743175.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUHNYA CATATAN MALAIKAT RAKIB (TAMAT)
Genç KurguSemuanya duduk di ruang tamu. Tak ada yang berani berkata ketika Kyai Rahmat sudah berbicara. Hening. Malam hari yang sangat bergejolak. Aidah duduk di hadapan Umi dan Abinya. Kepalanya tertunduk tak berani memandang kedua orang tuanya. Sedangkan, A...