Memang, takdir Allah SWT tidak ada yang tahu. Kepercayaan Abidin yang selalu percaya dengan keajaiban Allah SWT terkabul sudah. Hari itu, ia melihat sosok saudaranya yang sudah dua tahun menghilang, sekarang muncul kembali di hadapannya.
Aidah yang sedang membawa nampan dengan beberapa gelas di atasnya, lepas begitu saja setelah melihat sosok yang ada di hadapannya.
Air matanya meleleh. Tubuhnya perlahan maju. Tulang kakinya sudah tak bisa menyangga tubuhnya lagi. Ia menggelongsor dan menangis. Tangan kirinya menyangga tubuhnya yang duduk berlutut. Sementara tangan kanannya memegangi dada yang mulai terasa begitu sakit. Seolah ada duri tajam yang menancap di hatinya.
Yahya pun menghampiri uminya. Mendekapnya erat-erat. Tangisnya tumpah ruah. Tangisnya begitu kencang tak terkira. Kesedihan dan kerinduan yang ia pendam selama dua tahun, lepas begitu saja.
Semua yang menyaksikan masih tidak menyangka.
Kenapa bisa, Yahya, yang dulu terjun dari atas tebing, terbawa arus sungai, tapi dirinya masih hidup dan baru kembali setelah dua tahun lamanya setelah peristiwa tersebut.
Cukup lama ia memeluk uminya. Ia melepasnya perlahan dan berlalih memeluk abinya.
"Abi percaya, Yahya akan kembali suatu hari nanti. Dua tahun Abi dan Umi menunggu dengan sabar, akhirnya Allah SWT mengabulkan permohonan kami," lirih Ustaz Zakaria.
Kyai Rahmat pun tak lepas dengan kesedihannya. Untuk pertama kalinya, ia mengekspresikan betapa sayang dan cintanya ia kepada cucunya, Yahya.
"Yahya ...." panggil Kyai.
"Maafkan Kyai kalau ...."
Yahya menggelengkan kepalanya.
"Kyai tidak salah. Memang Yahya yang salah. Maafkan Yahya ya, Kyai."
"Cucu Kyai memang tidak pernah berubah," ucap Kyai yang seketika menghambur memeluk Yahya.
Semuanya terenyuh. Kyai yang selama ini seperti terlihat tidak menyayangi Yahya, hari ini terjawab sudah. Beliau memang sosok yang gengsi mengungkapkan kasih sayangnya kepada Yahya. Namun hari itu, ia luapkan perasaan rindu dan sayangnya pada cucunya.
"Yahya!" teriak Abidin.
"Lihat! Nilai aku bisa lebih tinggi dari kamu kan!" ucap Abidin sambil menujukkan nilai rapotnya.
Yahya pun tersenyum. "Barakallah, Akhi."
"Ke-kenapa ... kamu, baru datang sekarang! Bi-bikin orang khawatir, tahu!" lirih Abidin dengan malu-malu.
Mereka berdua pun saling mendekap satu sama lain. Berawal dari musuh bebuyutan yang saling bertengkar satu sama lain, dipaksa dekat karena hukuman, dipersaudarakan karena ikatan pernikahan dan pengadopsian, hingga mereka pun dipisahkan, dan sekarang Allah SWT pertemukan kembali setelah dua tahun lamanya terpisah.
Setelah semua melepas rindu, Yahya menceritakan apa yang ia lakukan selama dua tahun ini.
"Waktu Yahya hanyut di sungai, tubuh Yahya terdampar di pinggir sungai. Saat itu Yahya belum sadar. Untung saja ada seorang kakek yang menolong Yahya. Kakek itu bercerita, dia melakukan CPR kepada Yahya, hingga akhirnya Yahya pun selamat. Kakek juga pernah bercerita, kalau kakek bertemu dengan Ustaz Zakaria di sepertiga malam. Namun, kakek belum memberitahu kalau Yahya ada di rumahnya."
"Kakek selalu meminta Yahya untuk pulang ke pesantren. Namun, Yahya belum mau. Yahya masih belum bisa menerima kalau Yahya itu anak haram. Alasan lainnya, karena kakek itu tinggal sendirian di dalam hutan. Semua cucu dan anaknya pergi meninggalkannya seorang diri. Yahya jadi tidak tega kalau harus meninggalkan kakek sendirinya. Makanya, Yahya memilih tinggal bersama kakek."
![](https://img.wattpad.com/cover/249492899-288-k743175.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JATUHNYA CATATAN MALAIKAT RAKIB (TAMAT)
Genç KurguSemuanya duduk di ruang tamu. Tak ada yang berani berkata ketika Kyai Rahmat sudah berbicara. Hening. Malam hari yang sangat bergejolak. Aidah duduk di hadapan Umi dan Abinya. Kepalanya tertunduk tak berani memandang kedua orang tuanya. Sedangkan, A...