Waktunya bel istirahat. Beberapa santri ada yang memanfaatkan waktunya untuk benar-benar istirahat, ada yang bermain di taman, ada yang ke kantin, dan ada yang hanya rebahan saja di kelas. Yahya ingin sekali punya teman. Ketika ia melihat Abidin dan beberapa teman lainnya sedang bermain di taman, ia pun menghampirinya.
"Aku ikutan dong," pinta Yahya kepada yang lain.
Melihat Yahya menghampiri mereka, semuanya mematung dan memerhatikan Yahya.
"Ngapain sih datang ke sini? Dasar tukang nyontek!" ucap Ismail.
Abidin pun berjalan mendekati Yahya. Ia dorong tubuh Yahya dengan kedua tangannya. Yahya pun jatuh tersungkur.
Dari kejauhan, Ustaz Zakaria dan Faisal melihat momen pertengkaran mereka. Faisal sudah tidak tahan dengan kelakuan Abidin. Apalagi setelah ia tahu dari beberapa Ustaz kalau Abidinlah yang ternyata menjebak Yahya sampai dituduh menyontek.
"Anak itu, memang harus dihukum sekali-sekali," ucap Faisal yang berjalan mendekati mereka.
Namun, Ustaz Zakaria menahannya.
"Staz, kalau Yahya kenapa-napa bagaimana?"
"Itu urusan anak kecil. Orang dewasa tidak boleh ikut campur."
"Hah?"
"Biarkan saja mereka seperti itu. Mereka akan memahami sendiri nantinya. Kalau sudah main fisik, baru kita ikut campur. Bisa dimengerti?" jelas Ustaz Zakaria yang kedua tangannya dilipat ke belakang.
"Siap, Bos."
Sebenarnya Yahya ingin menangis, tapi Yahya ingin menjadi sosok yang kuat. Walau jatuh sampai mencium tanah, ia berusaha untuk tersenyum. Ia tidak boleh menunjukkan ke mereka semua kalau ia tertindas.
Melihat Yahya tersenyum, membuat Abidin semakin kesal. Yahya pun berusaha bangun. Belum ia seutuhnya berdiri, Abidin sudah mendorongnya kembali.
"Pergi enggak! Main aja sana sama Ikan Koi kamu!" bentak Abidin.
Di tengah pertengkaran mereka, Khadijah pun datang memberikan kabar kepada semuanya yang sedang bermain.
"Eh cepat ke kelas. Ada yang ramai."
Semuanya pun kebingungan. Apalagi Abidin. Biasanya kerusuhan kelas itu gara-gara dia. Namun, ia tidak merasa melakukan apapun seharian.
Karena penasaran, semuanya pun masuk ke kelas. Yahya pun ikut penasaran apa yang terjadi di dalam kelas. Ketika mereka sampai, Abidin terperanjat melihat apa yang tertulis di papan tulis.
Bukan Yahya yang menyontek. Itu tulisan tangan Abidin yang sengaja menjebak Yahya agar dituduh menyontek oleh Ustaz Ilham
Telinga Abidin memerah. Semua mata tertuju padanya. Beberapa dari mereka saling berbisik membicarakan Abidin yang bermain licik untuk menjatuhkan Yahya.
Saat itulah, Abidin naik pitam, ia melampiaskan kemarahannya kepada Yahya yang berdiri di belakangnya.
"Ini pasti kamu kan? Kamu yang nulis ini kan!" teriak Abidin yang sudah menarik kerah Yahya.
"Ehem-ehem ada apa ini, kok ribut-ribut?" Ustaz Zakaria pun masuk kelas dan melihat apa yang tertulis di papan tulis.
"Ini, siapa yang menulis seperti ini?"
"Yahya Pak!" jawab Abidin.
"Yahya, benar kamu yang menulis ini?"
"Bukan, Pak. Yahya tidak menulis itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
JATUHNYA CATATAN MALAIKAT RAKIB (TAMAT)
Teen FictionSemuanya duduk di ruang tamu. Tak ada yang berani berkata ketika Kyai Rahmat sudah berbicara. Hening. Malam hari yang sangat bergejolak. Aidah duduk di hadapan Umi dan Abinya. Kepalanya tertunduk tak berani memandang kedua orang tuanya. Sedangkan, A...