Chapter 14

8.7K 980 129
                                    

~Selamat Membacaaa~

Malam harinya di markas Defensor terlihat mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius. Gibran berdiri paling depan dengan tubuh tegap dan gagah nya, dan jangan lupakan wajah datar nya dengan mata tajam bak elang yang menatap anggota Defensor dengan tatapan dingin.

"Gue yakin terror itu bakalan datang lagi, gue harap siapapun dari kalian yang nanti dapat info yang mencurigakan atau hal penting apapun langsung beri tahu anggota yang lain" Perintah Giban dengan tegas.

"Gue bingung motif dari tu peneror apa" Celetuk Kenzie dengan kening mengerut.

"Di surat nya kita harus tanggung jawab Bang" Ucap Haikal membalas pertanyaan Kenzie.

"Gue juga tau kalo masalah itu saepul! Maksud gue itu apa yang harus kita pertanggung jawab kan? Emang kita ada buat masalah gitu sama orang lain?"

"Sebelum ini semua terbongkar dengan sendirinya, gue minta siapapun itu yang emang ngerasa pernah buat masalah sama orang lain segera bilang sekarang!"

Mereka semua diam tidak membalas ucapaan Gibran. Mereka sama sekali tidak merasa pernah membuat masalah dengan siapapun. Bagaimanapun geng mereka ini sudah berada dalam nauangan pemerintah, jadi akan sangat beresiko jika mereka membuat masalah. Terlebih jika membuat masalah duluan pada lawan, itu sama sekali bukan visi & misi dari anggota Defensor.

"Ok. Kalo emang gak ada yang mau ngaku, biar gue yang cari tau" Ucap Gibran mutlak.

"Ken, lo udah coba cari tau lewat komputer lo?" Tanya Gibran pada Kenzie.

"Udah, gue gak nemu apapun. Lawan kaya sulit banget buat di tembus Gib" Ucap Kenzie pasrah.

Gibran menganggukan kepalanya mengerti. Dia lalu melirik arlojinya yang menunjukan pukul 8 malam.

"Balik! udah jam 8. Kelas dua belas harus fokus sama persiapan ujian dari sekarang, begitu juga kelas 10 & 11, harus banyak belajar juga buat akhir semester. Setiap jam 8 malam, markas harus udah di kunci dan jangan ada yang berkeliaran di markas" Perintah Gibran mutlak.

"Kalo diluar selain markas Bang?" Tanya Putra anak kelas 11.

"Bebas, yang penting kabarin orang tua kalian dan gausah macem-macem sama dunia malam"

"Siap Bang!"

Akhirnya Gibran menutup diskusi itu dan bersiap-siap untuk pulang. Begitupun anggota yang lainnya. Ada sebagian yang langsung bergegas untuk pulang juga, ada sebagiannya lagi yang memilih untuk bermain hanya sekedar untuk menghilangkan penat.

"Lo duluan aja Bang, gue mau beliin Isel martabak" Ucap Ghifar menepuk pundak sang Abang.

"Hem, jangan kelamaan nanti Bunda khawatir"

"Siap boskuh"

Ghifar dan Gibran berpisah di pertengahan jalan. Ghifar menikmati angin malam yang terasa sejuk dan menyegarkan. Setelah menemukan stan martabak, Ghifar pun langsung membeli 2 Bungkus martabak keju dan juga kacang.

Keju untuk Bundanya dan juga Gibran, sedangkan kacang untuk Ghisella, Ayah nya juga dirinya. Mereka memang mempunyai selera yang berbeda.

Ketika selesai membayar martabak tersebut, Ghifar memicing kan matanya ketika di perempatan yang sepi dia tidak sengaja melihat seorang perempuan yang sangat dia kenali. Namun bukan itu yang menjadi fokusnya saat ini, melainkan perempuan itu seperti tidak sadar berjalan kearah kumpulan preman yang sudah menatap dirinya dengan tatapan genit. Buru-buru Ghifar memberhentikan motornya dan sedikit berlari menghampiri Aila.

2G (Sequel ARFA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang