Chapter 20

8.8K 991 254
                                    

~Selamat Membacaaa~

Sekolah sudah sepi dan Gibran masih berada di sekolah bersama dengan Ayla, Gavin dan Frisly. Tadi Bu Lani meminta Gibran dan Ayla untuk mengajari Gavin dan Frisly rumus fisika kelas 12 untuk lomba olimpiade yang akan di laksanakan minggu depan.

"Mau balik bareng gue Kak?" Tanya Gavin pada Ayla.

Jam sudah menunjukan pukul setengah 6 sore dan Ayla bingung harus pulang naik apa karena di luar sedang hujan deras. Sedangkan Gibran sendiri sudah menyiapkan telinga nya untuk mendengar jawaban dari Ayla.

"Kamu duluan aja Gavin, aku mau minta jemput Ayah" Ucap Ayla sambil membuka tas nya untuk mencari ponsel milik nya.

"Lo balik sama Frisly aja Gav" Titah Gibran untuk Gavin mengantarkan Frisly pulang.

"T-tapi Bang....."

"Iya Gavin, kamu anterin Frisly pulang aja, kasian bentar lagi malem" Ucap Ayla membenarkan ucapan Gibran.

Gavin menganggukan kepalanya setuju. Lalu kemudian diapun pamit untuk pulang bersama Frisly. Meninggalkan Ayla dan Gibran berdua namun dengan jarak yang membentang jauh.

"Udah di angkat?" Tanya Gibran pada Ayla sedikit berteriak.

"Belum, Ayah nih kebiasaan suka lupa naro hp" Gerutu Ayla kesal.

Gibran melihat area sekolah yang sangat sepi. Belum lagi hujan yang semakin lebat dan hari semakin gelap. Apalagi saat ini dia bersama dengan seorang gadis.

"Lo tunggu disini" Titah Gibran.

Gibran menerobos hujan menuju parkiran. Dia mengambil jas hujan milik nya dengan hujan-hujanan. Ayla terkejut ketika melihat Gibran yang basah kuyup dan kedinginan.

"Pakai! Lo gue anter"

"T-tapi Gibran kamu...."

"Nurut Ay, udah mau gelap" Tegas Gibran yang tidak ingin terbantahkan.

Ayla yang melihat tatapan tajam dari Gibran pun menurut. Buru-buru dia memakai jas hujan milik laki-laki itu yang kebesaran di tubuh mungil nya. Setelah selesai, Gibran langsung mengajak Ayla pergi menuju parkiran.

"Taro tas lo sama tas gue di tengah buat jadi penghalang, sorry banget tapi lo boleh pegang jaket gue kalo takut jatuh. Asal jangan terlalu mepet" Pesan Gibran yang dibalas anggukan mengerti oleh Ayla.

Akhirnya mereka pun pulang sambil hujan-hujanan. Tidak, lebih tepat nya hanya Gibran yang hujan-hujanan. Sedangkan Ayla sendiri aman dengan jas hujan milik laki-laki itu. Ayla meremas jaket milik Gibran ketika suara petir semakin jelas. Dia merasa tak enak ketika melihat buku buku jari Gibran membiru krena kedinginan.

"Pasti dingin banget" Batin Ayla meringis.

Akhirnya mereka sampai dirumah Ayla tepat ketika adzan maghrib berkumandang tetapi hujan masih juga belum reda. Ayla berlari menuju pintu rumah nya dan memanggil Bunda Talita untuk mengambilkan handuk.

"Gue langsung balik aja Ay"

"Enggak Gibran please jangan! Kamu ganti baju dulu punya Ayah biar gak masuk angin. Lagian udah maghirb juga, kamu bisa shalat dulu disini"

"Gue...."

"Gibran please" Pinta Ayla khawatir dengan wajah yang memelas.

Gibran memalingkan wajah nya dan mengangguk. Dia tak tega melihat wajah memelas Ayla yang memohon seperti itu.

2G (Sequel ARFA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang