Chapter 24

8.7K 1K 177
                                    

"Semakin kita mendekat kepada Allah, semakin Allah berikan kita berbagai macam masalah, semakin Allah menguji kita dengan segala kesedihan dan kecewa"
Muhammad Arkan Atalaric Abiyan

~Selamat Membacaaa~

"Bundaaaa..... hiks.... Bundaaaaaa"

Ghisella berlari memasuki rumah nya dengan wajah yang sudah memerah. Tangisan nya semakin kencang ketika melihat Bunda, Abang dan juga Ayah nya yang ternyata sedang berkumpul di ruang tv.

"Ya Allah Adek kenapa?" Tanya Isfa khawatir.

"Ghifar ada apa?" Tanya Gibran dan juga Arkan yang sama khawatirnya.

"Isel benci... hiks... Isel gak suka Kakak di fitnah kaya gitu.... Bu guru baik ternyata jahat Bunda.... Isel gak suka" Ucap Ghisella semakin terisak.

"Kakak ada apa?" Tanya Isfa yang tidak mengerti dengan maksud si bungsu.

Arkan menggendong Ghisella dan memeluk perempuan mungil itu dengan sayang. Dia mencoba menenangkan Ghisella yang semakin terisak dan meracau tidak jelas.

Sedangkan Ghifar masih terdiam dan mencerna semua kejadian yang barusan saja terjadi. Jadi selama ini Aila salah paham terhadap dirinya? Lalu sekarang bagaimana caranya dia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Bunda dan Ayah nya?

"Ghifar?" Tanya Arkan dingin.

"Tunggu Adek tidur dulu Yah" Ucap Ghifar yang melihat nafas Ghisella yang sudah mulai mengatur.

Lama mereka menunggu dengan perasaan cemas dan khawatir, akhirnya Ghifar membuka suara.

"Aila salah paham"

Mereka semua diam dan tidak menyela. Mendengarkan apa yang selanjutnya akan Ghifar ucapkan. Ghifar bersimpuh di kaki Bunda nya dengan perasaan campur aduk. Dadanya bergemuruh hebat. Perasaan takut, cemas dan sedih melebur menjadi satu.

"Sumpah demi apapun Ghifar minta maaf Bunda..... maaaf maaf maaaf udah menyembunyikan hal sebesar ini dari Bunda"

Perasaan Gibran tidak enak. Apa mungkin saat ini Ghifar akan mengakui semuanya?

"Kakak kenapa? Apa yang Kakak sembunyiin dari Bunda?" Tanya Isfa dengan wajah bingung.

"B-Bunda..... hiks.... Kakak... Kakak mengidap penyakit kanker darah"

Deg

Bagai disambar petir disiang bolong, hati Isfa dan Arkan mencelos sakit. Arkan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Jadi fakta ini yang sikembar sembunyikan dari dirinya? Permasalahan ini yang tidak dia ketahui selama ini?

"K-Kakak gausah bercanda... Bunda... Bunda gak suka" Ucap Isfa terkekeh namun air matanya malah semakin mengalir deras.

"Wallahi Bunda... Kakak gak bohong, Kakak mengidap penyakit ini sudah 1 tahun lalu, dan Kakak baru mengetahui fakta ini 3 bulan lalu Bun" Ucap Ghifar yang masih bersimpuh pada paha Isfa.

Isfa terdiam. Hatinya sangat sakit. Sungguh tenggorokannya tercekat. Dia menatap Gibran yang sedari tadi terdiam. Mengapa anak kembarnya itu tidak seperti terkejut?

"A-Abang?" Tanya Isfa terbata-bata.

Gibran tersungkur dikaki sang Bunda dengan perasaan bersalah. Dia tau Bunda dan Ayah nya pasti sangat kecewa padanya.

"Maaf Bunda.... maaf.... Abang belum bisa jadi Kakak yang baik buat Adik Abang, maaf kalo Abang juga ikut andil menyembunyikan semua ini .... hiks .... maaf Bunda.... A-Abang gak tau harus apa saat itu"

2G (Sequel ARFA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang