Sebelum berangkat kuliah, Amara selalu menyempatkan waktu untuk mengurus tanamannya yang selalu dia jaga, sebagai teman sekaligus kegiatan yang membuat Amara melupakan banyak kesediham di rumah itu. Hanya dengan melihat mereka tumbuh dengan baik dan berbunga dengan indah cukup membuat Amara bahagia juga, suasana hatinya benar-benar akan sangat membaik di saat kepalanya bagaikan bom yang akan meledak.
"Serius mau mengikuti jejak ibunya? Lama-lama komplek kita di kutuk kalau kayak gini." Suara perbincangan di depan gerbang membuat Amara menghentikan kegiatannya dan melirik beberapa ibu-ibu tetangganya yang tengah berbelanja sayuran di jalanan depan.
Amara tau kalau mereka tengah membicarakannya, perihal beberapa hari ini Reksaga selalu mengantarnya pulang saat malam. Amara tidak ingin pulang dengan Reksaga juga karena itu, dia tidak ingin semua orang membicarakannya, cukup sekali dalam hidupnya dia menjadi pusat perbincangan semua orang karena kelakuan ibunya yang diakui sangat liar. Amara hanya ingin hidup tanpa perhatian semua orang, dia bahkan ingin hidup dimana orang-orang menganggapnya tidak ada, karena dengan begitu semua hal tentangnya tidak akan pernah dibahas dimanapun.
Tapi sekarang semuanya sudah terlanjur, apakah semua akan mendengarkannya jika Amara mengatakan bahwa apa yang mereka pikirkan tentangnya salah, tidak. Semua hal yang terlihat nyata harus dibuktikan secara nyata juga bahwa apa yang mereka katakan semuanya tidak benar, Amara adalah Amara, bukan siapapun yang terkait dengannya, yang memilih jalan hidupnya adalah Amara sendiri, tidak ada yang tau tentangnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dia ada kelas pagi sekitar jam setengah 9 sehingga harus siap-siap sekarang, mungkin masih ada bus yang lewat karena biasanya Amara juga berangkat jam segini kalau dia dapat kelas setengah sembilan.
Hoodie putih dipadukan dengan rok jeans selutut dan sepatu buluknya menjadi penampilan hari-hari Amara, dia tidak suka kuliah karena harus memakai pakaian bebas, sedangkan dia tidak punya banyak pakaian untuk dikenakan saat kuliah, boro-boro mau beli pakaian, mau beli makan aja kadang dia harus mempertimbangkan banyak hal karena uangnya menipis.
Baru saja melangkahkan kakinya keluar dari rumah, mata Amara menangkap sosok yang berdiri di depan gerbang rumahnya, laki-laki yang sangat tampan mengenakan pakaian simpel, hanya kaos polos di padukan dengan celana jeans tengah tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan di depan mobilnya. Siapa lagi kalau bukan Reksaga, hanya laki-laki itu yang saat ini gencar mendekatinya, karena Reksaga juga mungkin membuat laki-laki lain tidak berani mendekatinya, semua tau kalau mereka akan tetap kalah saing.
Amara sedikit berlari menuju ke gerbang dan membukanya, "Kak Reksa ngapain pagi-pagi kesini?."
"Jemput lo."
"Gue bisa berangkat sendiri kok kak."
"Gue tau, tapi gue mau jemput lo. Lagian gue udah sampai sini, masa harus balik lagi, sayang ga sih jalannya juga macet tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKSHAKE| Give Me More Your Life✓
Romance[END] Warning 21+ "Sayang... kamu kan tau kalau aku masih punya video kita." "Aku mohon jangan lagi." "Aku bisa sebar dan semuanya akan tahu bagaimana kamu. Bukannya lebih baik kamu mengikuti alur hidupmu. Tidak akan ada yang berubah Ra..." Amara Cr...