Sejak pindah ke apartemen, Reksaga tidak tidur di satu ranjang dengan Amara. Pria itu lebih memilih untuk membiarkan Amara tidur dengan nyaman di ranjang sendirian, Reksaga takut kalau Amara tertekan karena dirinya. Dia hanya masuk kamar untuk mandi dan berganti pakaian, atau mengecek keadaan Amara sebelum tidur dan pagi hari setelah bangun tidur. Hari ini hari dimana Reksaga kembali ke kampus setelah beberapa minggu mengambil libur, semua orang juga tau posisi Reksaga di kampus, dosen yang ingin menentang pun pada akhirnya juga mengizinkan, apalagi Reksaga lumayan mahasiswa yang pintar di kelas, mau ketinggalan satu bulan juga dia tetap bisa menyusul yang lain.
Sedangkan Amara akan tentu saja sama seperti Reksaga, dia menantu keluarga ketua yayasan, punya hak yang sama dengan anak ketua yayasan. Sebenarnya Amara ingin cuti, tapi kalau dia cuti maka beasiswanya otomatis akan tercabut dan dirinya harus membayar ganti rugi uang yang sudah diberikan selama masa kuliah sebelumnya. Dia hanya mengikuti apa yang Reksaga katakan, tapi Amara baru masuk besok karena hari ini dia tidak ada kelas.
Perihal Amara yang masuk rumah sakit selama berminggu-minggu tidak ada yang tau, hanya keluarga Reksaga dan Willy saja. Kabar itu juga disimpan baik-baik karena memang tidak ingin semua orang tau perihal kejadian itu, toh Amara sekarang juga baik-baik saja, karena mereka tidak akan membiarkan Amara sakit lagi.
Amara keluar dari kamar masih mengenakan pakaian tidur tebal, rambut panjangnya lumayan berantakan. Reksaga berada di dapur sedang menyiapkan sarapan untuknya juga untuk Amara, "Selama kamu di apartemen, akan ada Bibi yang datang menemani." Ucap Reksaga sambil membawa makanan yang dia buat ke meja makan. Reksaga juga mengambilkan obat serta air putih untuk Amara.
Reksaga duduk di depan Amara, dia juga memakan roti sarapannya sendiri dengan lahap.
"Kenapa? Aku nggak papa sendiri kak."
Reksaga melihat ke arah Amara "Di apartemen sepi, kamu bisa mengobrol dengan bibi selama aku pergi."
"Kak Reksa nggak percaya sama aku? Aku nggak akan ngelakuin lagi." Ucap Amara, entah kenapa Reksaga tidak bisa mempercayainya perihal ini.
"Udah terlanjur, jadi hari ini sama bibi aja. Aku pulang agak sore, jadi kamu tetap harus makan siang dan minum obat." Jelas Reksaga yang tidak bisa dibantah lagi oleh Amara.
Hubungan seperti ini menurut Amara lebih tidak nyaman, dia merasa merindukan sosok Reksaga yang selalu manis padanya, bukan manis seperti saat ini, sekarang juga sangat manis dan Amara menyukainya. Tapi rasanya sangat canggung dan tidak nyaman saat berbincang, seakan ada tembok yang menghalangi mereka berdua.
Reksaga beranjak dari meja makan setelah menyelesaikan kegiatannya makannya, pria itu pergi ke kamar untuk mengganti pakaian santainya dengan pakaian sedikit casual. Hanya beberapa menit hingga Reksaga keluar lagi, Amara baru selesai makan dan minum obatnya. Reksaga sudah siap berangkat ke kampus.
"Aku berangkat dulu, kalau ada apa-apa hubungi aku." Ucap Reksaga pada Amara, hanya itu setelahnya dia langsung pergi.
Sejujurnya Reksaga sama sekali tidak menyentuh Amara sejak sampai di apartemen, menyentuh dalam hal umum, bukan yang kalian pikirkan. Bersentuhan tangan, memegang tangannya atau sejenisnya, Reksaga tidak melakukan itu lagi.
Motor Reksaga meninggalkan basement menuju ke universitas, dia ada kelas pagi setelah itu harus laporan ke universitas mengenai kelanjutan dirinya yang mengundurkan diri dari jabatan ketua senat mahasiswa. Kalau Reksaga mengundurkan diri maka, yang akan menggantikannya adalah wakil ketua senat yang sekarang naik jabatan menjadi ketua senat selaku suara terbanyak kedua setelah Reksaga.
Sosoknya menjadi perbincangan, apalagi mengenai klarifikasi nya tentang pertunangan dengan Amara. Walaupun video tentangnya dan Amara yang terbilang sangat gelap itu pernah ramai, tapi tidak seramai video syur yang Reksaga sengaja untuk mengalihkan perhatian semua orang padanya dan Amara. Siapa lagi kalau bukan video orang pertama yang menyebarkan videonya dan Amara, dia sudah pindah kampus, lebih tepatnya di DO.
Reksaga masuk ke kelasnya, dia santai seperti biasanya seakan tidak terjadi apapun. Dosen yang mengajar di kelasnya pun tidak mempermasalahkan apapun, hanya mengajar seperti biasa seakan Reksaga memang berada di kelas sejak awal.
"Gimana Amara?." Bisik Willy yang duduk di sebelah Reksaga.
"Baik-baik aja."
"Tapi muka lo ditekuk amat bray."
"Ntar aja."
Setelah kelas berakhir, Reksaga dan Willy meninggalkan kelas, seperti yang Willy inginkan, dia penasaran dengan Reksaga saat ini. Willy terus mengikuti Reksaga di belakangnya, berharap pria itu akan bercerita padanya seperti biasa.
"Jadi kenapa?."
"Ntar aja, gue mau ke rektorat sekarang."
"Haiiihhh!!."
"Duluan Wil." Reksaga benar-benar ke Rektorat untuk mengurus surat-suratnya, tidak terlalu sulit untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Sebenarnya bagi mahasiswa biasa, jabatan ketua senat adalah jabatan paling jackpot untuk karir di masa depan, selain lebih jelas dan lebih didahulukan ketimbang mahasiswa biasa.
Organisasi di kampus itu sangat mempengaruhi dan memberikan nilai plus bagi pencari kerja. Untuk Reksaga tidak berlaku, dia bahkan tidak perlu susah-susah mencari pekerjaan, dia akan menjadi pewaris tunggal perusahaan keluarganya, bahkan dia akan menjadi ketua yayasan kampus ini juga nantinya, tapi untuk masalah kampus, Reksaga tidak dulu. Dia lebih memilih ke perusahaan ayahnya, yang bekerja dengan gaji lebih baik.
Setelah mendapatkan surat keterangan mengundurkan diri dari senat mahasiswa, Reksaga meninggalkan gedung tersebut menuju ke parkiran motor. Baru akan menyalakan motornya, sebuah pesan masuk kedalam ponselnya yang membuat Reksga mengernyit.
+00000000 : Hai... apa kabar? Minggu depan gue balik ke indo.
Pesan yang Reksaga tidak mengerti tersebut hanya berakhir di abaikan oleh pria itu. Reksaga pergi ke gedung fakultasnya kembali untuk melanjutkan kelas berikutnya.
Sedangkan di sisi lain, Amara tengah membaca buku mata kuliahnya di sofa ruang tengah. Bibi yang Reksaga maksud sedang berkutik di dapur menyiapkan makan siang untuk Amara, tidak ada perbincangan apapun antara mereka berdua. Rasanya percuma kalau Reksaga mengatakan dia akan menjadi teman ngobrol Amara.
Setelah sekian lama, Amara akhirnya memberanikan diri untuk membuka ponselnya. Karena masalah waktu itu, dia harus deact akun. Dia hanya menyalakan ponselnya kembali, dan pemberitahuan mengenai berakhirnya jabatan Reksaga karena pria itu mengundurkan diri dari ketua senat mahasiswa menjadi bahasan panas cukup lama. Sebenarnya hal ini memiliki arti bahwa Reksaga mengakui video yang beredar, walaupun Reksaga memilih jalan yang tepat dan bertanggung jawab.
Selain itu, ada banyak pesan masuk dari Fitria yang terus menanyakannya. Amara pikir semua orang akan pergi darinya, Amara pikir semua akan membencinya, tapi sepertinya tidak begitu. Amara tidak berharap pada siapapun mau berteman dengannya, karena Amara tidak pantas mendapatkan hal itu.
Hai... update setiap hari kamis di Wattpad.
Bisa cek KARYAKARSA untuk membaca bab selanjutnya lebih awal
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKSHAKE| Give Me More Your Life✓
Romansa[END] Warning 21+ "Sayang... kamu kan tau kalau aku masih punya video kita." "Aku mohon jangan lagi." "Aku bisa sebar dan semuanya akan tahu bagaimana kamu. Bukannya lebih baik kamu mengikuti alur hidupmu. Tidak akan ada yang berubah Ra..." Amara Cr...