Amara duduk bersebelahan dengan Reksaga di kantor polisi, Reksaga lah yang menjelaskan semuanya pada pihak kepolisian. Disana juga ada ayah tiri Amara yang duduk setengah sadar karena efek alkohol yang menghilangkan setengah kesadarannya. Menunggu Ibunya datang, Amara gelisah, ini pertama kalinya setelah Amara ditinggalkan sendirian di rumah itu, dia akan bertemu lagi dengan ibunya, ada rasa khawatir, tapi juga ada rasa bahagia yang dalam.
Tangan Reksaga tiba-tiba menyentuh tangannya yang diletakkan diatas paha, "Nggak usah khawatir, Bokap tiri lo bukan orang baik, jadi kalo ada yang disalahkan disini bukan lo tapi bokap tiri lo." Ucap Reksaga lirih namun bisa di dengar sangat jelas oleh Amara.
Seorang wanita yang masih nampak cantik dengan pakaian seksi sekaligus make up perfect nya di umur yang sudah menginjak hampir 40 tahun memasuki kantor polisi. Diandra, ibu kandung Amara yang sejak tadi di tunggu kedatangannya. Wanita dua anak itu masuk dengan wajah marah, bukan marah pada suaminya yang setengah sadar, melainkan berjalan menuju ke Amara.
Plaaakkk
Satu tamparan keras mengenai pipi Amara, membuat kulit putih itu memerah sekaligus panas.
"Ibu..." Amara tidak tahu apa yang harus dikatakan, tapi Amara sekarang percaya kalau ibunya tidak akan pernah percaya apalagi memihaknya, padahal sudah ada di kantor polisi sekarang.
"Aku tidak ingin bicara apapun padamu dan mendengarkan apapun yang kamu katakan, jadi aku harap cabut tuntutannya. Itu rumah bukan milikmu, itu rumah milikku, sehingga aku ataupun suamiku berhak atas rumah itu. Kamu mengerti kan?."
Amara hanya mengangguk, sedangkan Reksaga tidak habis pikir atas apa yang dikatakan oleh Diandra pada putrinya sendiri.
"Saya pikir, ini keputusan dari pihak yang berwajib, setelah melihat apa yang terjadi, seharusnya kalian juga paham ini kejahatan atau bukan. Jadi saya harap, kalian bisa memutuskan itu secara ADIL." Ucap Reksaga sebelum beranjak dari tempat duduknya.
Laki-laki itu menarik tangan Amara untuk mengikutinya berdiri, baru dua langkah meninggalkan kursinya, seorang kepala polisi keluar dari ruangan menghampiri Reksaga sambil tersenyum, bukan senyum biasa, tapi tersenyum hormat dan segan.
"Selamat malam... saya dengar putra tuan Kevin datang ke kantor polisi. Ada yang bisa saya bantu?."
"Selamat malam... anda sangat peka akan kehadiran saya kemari. Tidak ada hal penting, tapi saya harap anda bisa menuntaskan masalah ini lebih baik lagi." Ucap Reksaga, sebelum benar-benar meninggalkan kantor polisi bersama Amara, Reksaga kembali membuka mulutnya lebih dekat dengan sang kepala kepolisian "Saya akan mengatakan hal yang anda inginkan pada papa."
"Waahh terimakasih banyak, saya akan menuntaskan masalah ini sesuai apa yang anda inginkan."
"Terima Kasih kembali." Reksaga tersenyum.
Mereka berdua meninggalkan kantor polisi, melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti. Ada banyak pertanyaan yang ingin di lontarkan oleh Amara, tapi semua seakan terjawab saat dia mengingat satu fakta mengenai Reksaga, yaitu dia bukan dari keluarga sembarangan, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari apapun yang tidak bisa Amara bayangkan. Nama keluarganya memang bukan nama terkenal seperti artis pada umumnya, tapi mungkin kekayaannya bisa melebihi ekspektasi Amara tentang crazy rich.
...
Mobil Reksaga meninggalkan area apartemen menuju ke jalan rumah milik Amara, sejak duduk di bangku sebelah kemudi, Amara hanya diam saja karena Reksaga terlihat fokus pada pikirannya sendiri, apalagi laki-laki itu juga tengah membawa mobil. Tapi sekarang Amara benar-benar penasaran dengan tujuan Reksaga dan alasannya membawa Amara pergi meninggalkan kegiatan mereka yang sebenarnya Amara sangat tau kalau Reksaga tidak akan bisa dihentikan saat seks kecuali ada yang mendesak.
"Kita mau ke rumahku kak?." Tanya Amara dengan nada takut dan suara lirih namun Reksaga masih jelas mendengarnya.
"Iya, nanti kamu bisa lihat sendiri."
Amara tidak berpikir aneh-aneh, dia hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Reksaga, selama ini Reksaga memang selalu penuh kejutan, mungkin hari ini adalah salah satu kejutan dari Reksaga, walaupun rasanya masih aneh karena sangat tiba-tiba, sedangkan mereka tidak ada acara apapun untuk dirayakan, anniversary masih bulan depan.
Sampai didepan rumah Amara, beberapa orang ada disana seakan menunggu kedatangan mereka berdua. Reksaga langsung keluar dari mobilnya menemui kaki tangannya yang sudah menunggu sedangkan Amara masih kebingungan dengan kehadiran pasangan suami istri yang baru dia lihat pertama kali.
"Mereka adalah pembeli rumah ini, pemilik rumah ini yang baru tuan." Berkas tersebut berada di tangan Reksaga, Reksaga membukanya serta membaca isinya, dan kesimpulannya adalah benar, mereka adalah pemilik sah rumah Amara sekarang.
Reksaga melihat ke arah Amara "Ada apa ini?." Tanya Amara bingung.
"Rumah ini sudah dijual oleh ibumu, kamu bisa baca sendiri. mereka adalah pemilik rumah ini yang baru." Reksaga memberikan berkas yang ada di tangannya pada Amara.
"Nggak, nggak bisa, ini rumah nenek."
"Tapi ibumu berhak jika ingin menjualnya karena dia adalah pewaris rumah ini sejak awal. Ra, kamu nggak ada hak juga kan."
Amara terdiam, mungkin dia tidak terima dengan apa yang terjadi, ini rumahnya, tempat tinggalnya sejak masih kecil, bahkan sejak dia lahir sudah ada disini. walaupun kenangan dengan ibunya tidak bisa menjadi kenangan indah setidaknya ada kenangan dari neneknya yang mencintai Amara sangat tulus. Namun, ada satu hal yang Amara sadari dari kejadian ini, posisi Amara benar-benar sendiri. Amara itu sendirian, SENDIRI. dia tidak punya siapapun untuk pulang, Reksaga satu-satunya orang yang membawa Amara pulang. Bukan, lebih tepatnya memungut Amara.
"Maaf karena mengganggu waktu kalian, apakah kami bisa mengambil beberapa barang pribadi yang ada di dalam?." Tanya Reksaga pada pasangan suami istri tersebut.
"Kami akan pindah besok, jadi silahkan ambil barang yang masih tersisa milik kalian."
"Terimakasih atas waktunya." Reksaga tersenyum dan membawa Amara duduk di kursi teras depan, sedangkan pasangan suami istri pemilik rumah ini meninggalkan tempat setelah mengambil berkas nya kembali.
"Aku sekarang tidak punya siapa-siapa lagi, rumah, bahkan rumah yang aku katakan rumah sekarang bukan lagi tempatku pulang." Amara menertawakan dirinya sendiri.
"Kamu bisa pulang kepadaku, sejak awal aku tidak mengizinkanmu sendiri. Aku adalah tempat kamu pulang Ra, jadi jangan pernah buat aku kesal karena hal bodoh." Ucap Reksaga.
Reksaga kembali menghampiri beberapa orang suruhannya untuk membereskan barang milik Amara yang masih tertinggal di rumah itu untuk dibawa ke apartemennya. Beberapa barang penting milik Amara saja yang dibawa, sisanya tidak karena sudah menjadi hak milik pembeli rumah ini.
"Lebih baik kita pulang ke apartemen sekarang, sudah malam. Biar mereka yang melanjutkan membereskan barang-barangmu untuk dibawa ke apartemen."
"Maaf kak..."
"Kenapa minta maaf."
"Maaf karena aku selalu merepotkan dan tidak menurut dengan kak Reksa."
"Sekarang kamu paham posisimu kan? Jadi lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan sebagai pasanganku."
Amara hanya mengangguk.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKSHAKE| Give Me More Your Life✓
Romansa[END] Warning 21+ "Sayang... kamu kan tau kalau aku masih punya video kita." "Aku mohon jangan lagi." "Aku bisa sebar dan semuanya akan tahu bagaimana kamu. Bukannya lebih baik kamu mengikuti alur hidupmu. Tidak akan ada yang berubah Ra..." Amara Cr...