Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam sejak mereka tiba di rumah siang tadi tapi berlanjut kegiatan ranjang yang panjang, Reksaga membuka matanya tatkala melihat luar jendela yang sudah gelap, hanya nampak lampu dari bangunan bertingkat lain yang sudah menyala. Reksaga menoleh ke samping dan menemukan Amara yang tertidur lelap, pria itu hanya menyalakan lampu tidur dan mulai keluar dari selimut, tubuh polosnya tidak memakai apapun, Reksaga memunguti pakaian mereka berdua yang berserakan di lantai, sambil memakai celananya kembali.
Pria itu berjalan menuju ke dapur dan menuangkan air putih kedalam gelas lalu meneguknya tanpa sisa, perutnya mulai lapar tapi tidak banyak bahan makanan yang tersisa, Reksaga mengambil ponselnya yang ada diatas meja dan memesan makanan. Sambil menunggu makanan datang dan Amara bangun, Reksaga kembali ke kamar dan membersihkan badannya, mengganti pakaiannya dengan pakaian lain yang bersih dan nyaman, kaos polos di padukan dengan celana panjang.
Reksaga mengambil makanan yang sudah dipesan di depan pintu setelah mendengar suara bel dibunyikan, malam ini dia memesan ayam pedas, tapi khas orang indo makan ayam harus pakai nasi, makanya sebelum datang, Reksaga sudah memasak nasi terlebih dahulu setelah menyiapkan makanan di meja makan, Reksaga kembali ke kamar dan membangunkan Amara. Setidaknya Amara harus makan, wanita itu pasti sudah kelaparan sejak tadi.
"Hei... wake up baby..." ucap Reksaga sambil beberapa kali mencium wajah Amara, membuat wanita itu membuka matanya. Pandangan pertama yang dia lihat adalah wajah tampan Reksaga yang sudah sangat segar entah kapan bangunnya pria itu, Amara tidak tahu.
"Hmm?."
"Keluarlah, aku sudah menyiapkan makan malam. Kita makan dulu, terus boleh lanjut tidur."
Amara hanya mengangguk malas, setelah Reksaga keluar dari kamar, amara baru bangun dari ranjang dan langsung masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajah, gosok gigi, dan juga mandi. Wanita itu keluar dengan pakaian santai, kaos polos dipadukan celana pendek, wajahnya berbinar saat melihat makanan kesukaannya ada di meja makan. Reksaga tersenyum dan berjalan menghampiri Amara, pria itu meletakkan dua gelas minuman diatas meja dan ikut bergabung di meja makan dengan kekasihnya.
"Mom ngundang kita makan di rumah besok." Ucap Reksaga sambil memakan makanannya dengan santai.
"Besok?."
"Iya, apa kamu ada acara? sepertinya tidak."
"Bukan itu, aku belum siap ketemu semua orang."
"Mom udah biasa ketemu sama kamu, apanya yang harus dipersiapkan. Mungkin kali ini kak Rayden juga akan ada sama anaknya."
"Kak Rayden udah punya anak?."
"Anak mantan istrinya."
"Aahh gitu."
"Kamu mau belanja baju dulu? besok setelah dari kampus kita bisa beli baju sama kue kesukaan mommy."
Amara mengangguk sambil tersenyum, setelah makan malam berakhir, mereka berdua menuju ke ruang tengah untuk menikmati menonton tayangan film yang ada di layar tv. padahal banyak tugas yang harus dikerjakan apalagi Reksaga sudah semester akhir, tapi bisa-bisanya mereka masih bisa bersantai seakan tidak punya beban apapun.
Reksaga duduk di sebelah Amara sambil memainkan rambut wanita itu, pandangan mereka masih tetap di layar kaca yang menampilkan ketegangan film zombie, sesekali Reksaga juga mengambil popcorn yang ada di pangkuan Amara.
"Aaa!!." Amara sedikit berteriak saat jumpscare, membuat Reksaga tersenyum sendiri. Masalahnya Amara jadi memeluk Reksaga dan itu membuat Reksaga harus menahan diri sebelum film berakhir.
Reksaga mengambil popcorn yang masih ada di tangan Amara dan meletakkan di atas meja, masih dalam pelukan, amara masih melihat layar kaca. Amara itu bukan orang yang takut, tapi dia gampang terkejut, makanya Amara sendiri jarang menonton film yang banyak jumpscare, dia nonton horor tapi horor yang tidak banyak jumpscare, horor lain yang setidaknya lebih slow tapi menyeramkan dan sadis, itu lebih baik untuknya.
Fokus Reksaga semakin terganggu saat Amara terus berada dalam pelukannya, masalahnya adalah payudara Amara bergesekan dengan kulitnya sedangkan wanita itu sedang tidak memakai bra. Di posisi Reksaga pun cowok normal tidak akan berpikir dua kali untuk mengatakan dia tidak bernafsu kecuali memang tidak menyukai lawan jenis.
Film berakhir, memunculkan credit di layar yang sudah hitam. Reksaga menarik Amara duduk dalam pangkuannya, pria itu mendekatkan wajahnya kearah wanita itu dan mencium bibir manis Amara yang masih menyisakan karamel dari popcorn. Reksaga meremas payudara Amara dari balik kaos yang dipakainya, membuat Amara sedikit mengernyit dan membuka mulutnya, posisi yang pas untuk melumat bibir Amara dan mengabsen seluruh isi mulutnya.
"Ngghh aahhh..." desah Amara di sela ciuman mereka berdua.
Tangan Reksaga masih bergerilya di dada Amara, memasukkan kedua tangannya kedalam kaos yang Amara pakai, menyentuh dua gundukan lembut nan sintal berukuran tidak kecil. Meremasnya perlahan dan semakin kuat, nipple payudara Amara mengeras bersamaan dengan kulit tangan Reksaga yang bergesekan dengannya.
Ciuman panas mereka terlepas, Reksaga melepaskan kaos yang Amara pakai, payudara indah yang bergelantungan ingin disentuh. Reksaga menelan ludahnya kemudian meremas dua gundukan itu, menenggelamkan kepalanya di sana, menjilat dan menciumnya di setiap inci.
"Aaahhhh...." Beberapa kissmark Reksaga tinggalkan padahal bekas sebelumnya belum hilang, masih terlihat keunguan.
Reksaga memasukkan nipple payudara Amara kedalam mulutnya, menghisapnya dan sesekali menggigitnya dengan gemas, membuat Amara sedikit berteriak sakit sekaligus nikmat.
"Eeuummm... ur boobs so sexy baby..." puji Reksaga sambil terus memainkan lidahnya di dua gundukan payudara Amara.
"Aaaahhhh.... Give me more ngghh...."
"U like it??."
"Yaahh aaahhh..."
"Call me my name babyy..."
"Kakk Reksaa aaahh teruuusss..."
"Apa yang kamu inginkan hmm??."
"Hisaap teruuss aaahh putiingg aahh aakuu please..."
Mendengar suara Amara, Reksaga langsung memasukkan nipple payudara Amara kedalam mulutnya, memainkan menggunakan lidahnya, menghisapnya kuat seperti bayi yang tengah kehausan. Sejujurnya secara rasa di lidah tidak ada rasanya sama sekali, tapi itu seperti kepuasan yang lebih terasa nikmat ketimbang rasa yang ditinggalkan di lidah, bahkan berhasil membuatnya turn on.
Amara terus bergerak gelisah di pangkuan Reksaga membuat miliknya di bawah sana semakin membengkak dan keras, Reksaga yakin Amara bisa merasakannya juga.
Reksaga melepaskan mulutnya dari payudara Amara "jangan bergerak terus sayangg, kamu membuatnya semakin membengkak."Amara meneguk ludahnya mendengar ucapan Reksaga, dalam bayangan Amara adalah benda tumpul berukuran tidak kecil yang memasuki vaginanya, rasanya nikmat tapi saat masuk terasa sangat sesak dan perih.
Reksaga mengangkat tubuh Amara kedalam gendongannya sambil terus mencium bibir wanita itu tanpa jeda, mereka baru melakukannya beberapa jam yang lalu dan bukan hanya sekali saja tapi beberapa kali, tapi Reksaga menginginkan lagi. Dari reaksi tubuh Amara pun, bukan Reksaga yang menginginkan seks, tapi Amara juga. Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang di bawah lampu tidur yang redup, suara desahan saling bersahutan dan keringat saling membanjiri tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILKSHAKE| Give Me More Your Life✓
Romance[END] Warning 21+ "Sayang... kamu kan tau kalau aku masih punya video kita." "Aku mohon jangan lagi." "Aku bisa sebar dan semuanya akan tahu bagaimana kamu. Bukannya lebih baik kamu mengikuti alur hidupmu. Tidak akan ada yang berubah Ra..." Amara Cr...